Sakit

Usia Davin kini sudah berumur 8 tahun, anak itu tumbuh menjadi anak pintar dan baik kepada ibunya. Sebab Davin menyadari bahwa ibunya lah yang selalu ada untuknya.

Pada suatu hari saat Ibu tidak bekerja tiba-tiba di hari minggu Davin merasakan pusing dan sakit kepala yang luar biasa. Hingga tidak sadarkan diri membuat Riana membawa anaknya kerumah sakit terdekat.

"Nak, kamu mengapa?" Riana menangis histeris lalu mengangkat anaknya tersebut membawa kerumah sakit seorang diri dengan menyetir mobil sendirian.

Riana menangis sepanjang perjalanan dan Riana sudah meminta bantuan kepada sahabatnya Citra. Mereka berdua membawa Davin kerumah sakit, sesampai dirumah sakit Riana berlari menemui Dokter.

"Dokter, tolong sembuhkan anak saya, putra saya pingsan tiba-tiba." Riana memohon kepada Dokter tersebut.

Akhirnya Dokter merasa iba dan membawa Davin kedalam ruangan pemeriksaan dan Dokter tersebut terlihat sedih, sebab Dokter merasa iba ada seorang ibu sendirian membawa anaknya kerumah sakit dan menyetir.

"Bu Riana ..." Suster Lina memanggil Riana untuk masuk.

"Iya, Suster." 

"Bu, Dokter menyuruh untuk masuk kedalam ruangannya."

"Baik, Suster. Terimakasih."

Riana masuk ditemani oleh Citra, lalu Riana menggengam tangan Citra. Berharap anaknya tidak terjadi apa-apa, Riana ingin Davin sembuh dari sakitnya.

"Dokter ..."

"Bu, duduklah. Saya akan menyampaikan sesuatu kepada Ibu, setelah kami melakukan pemeriksaan."

"Gimana hasilnya Dok?" tanya Riana berharap tidak ada penyakit serius yang terjadi dengan anaknya.

"Buk, setelah kita periksa anak Ibu menderita penyakit kanker leukemia stadium satu," ucap sang Dokter.

"Kanker leukemia stadium satu, Dokter?" tanya Riana mulutnya tidak bisa berkata apa-apa lagi pada saat itu.

"Iya, Buk. Kita akan melakukan tindakan operasi dan kemoterapi. Untuk biaya begitu besar dan bagian biaya silahkan berurusan dengan admin kami." Dokter tersebut adalah pemilik rumah sakit.

Riana membaca bagian administrasi begitu banyak untuk pengeluaran biaya. Awalnya Riana masih sanggup membayar biaya rumah sakit anaknya.

Tetapi semakin menjalani banyaknya proses operasi hingga membuat Riana tidak kuat lagi dengan masalah keuangan. Demi kesembuhan anaknya tersebut berbagai cara sudah di lakukannya termasuk meminjam kepada teman-teman.

Namun karena pinjaman begitu besar, teman-temannya. Tidak mempunyai uang untuk memberikan bantuan kepada Riana, hingga membuat otaknya buntu. Lalu Riana kepikiran untuk mencari Leonardo, ayah dari anaknya tersebut namun tak ada ikatan pernikahan.

"Bagaimana aku harus cari uang? Aku harus cari kemana? Gimana kalau aku harus menemui Ayah Davin. Leonardo kan kaya banget seorang Ceo, aku harus menemuinya untuk memberitahu anaknya sakit dan minta biaya kepadanya." Riana berpikir bahwa menemui Leonardo adalah jalan yang harus ditempuh.

Leonardo sudah bahagia dengan tunangan nya. Mereka juga sudah merencanakan akan menikah setahun lagi, namun Leonardo masih mempersiapkan perkembangan usaha dan bisnisnya supaya berkembang pesat.

Pada suatu saat ketika Leonardo tak masuk kerja karena hari itu minggu. Di depan pintu rumahnya sudah berdiri Riana, perempuan itu bisa mengetahui alamat Leonardo karena pernah ada alamat diberitahu pria itu, waktu mereka masih menjalin pendekatan.

"Pak, ada seseorang perempuan yang ingin bertemu, Bapak." Bibi Indah memberitahu kepada majikannya tersebut.

"Siapa? Kekasih saya?" tanya Leonardo.

"Bukan, Pak. Bukan Nona, melainkan perempuan yang tak pernah sama sekali datang kesini ..."

"Bibi sudah tanya namanya?" tanya Leonardo ingin tahu siapa nama perempuan tersebut.

"Tadi perempuan itu sebut ketika Bibi tanya  namanya ... Nama perempuan itu kalau tidak salah Riana, Pak." Bibi Indah memberitahu indentitas perempuan itu.

"Apa namanya Rianaaaaaa?" tanya Leonardo begitu syok, tiba-tiba Leonardo teringat akan kejadian 9 tahun yang lalu, bahwa perempuan yang sudah di hamili nya karena cinta satu malam adalah bernama Riana.

Pria itu langsung berlari menuju pintu masuk rumah tersebut. Ternyata benar kecantikan Riana dan postur badan masih tetap seperti itu membuat Leonardo grogi, ketika sudah 9 tahun mereka baru bertatap muka lagi.

"Hy, apa kabar?" tanya Leonardo grogi dan salah tingkah.

"Baik ..."

"Silahkan masuk ..."

Leonardo membawa wanita tersebut untuk masuk, namun muncullah rasa penasaran Leonardo mengapa Riana tidak membawa anak mereka? Leonardo ingin melihat wajah anak kandungnya tersebut yang diperkirakan Leonardo sudah berumur 8 tahun.

"Leonardo, begini maksud kedatangan aku ... Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada kamu," Riana terlihat panik untuk bercerita tentang sakit anaknya.

"Kamu kemana saja? Ada apa? Mana anak kita?" tanya Leonardo semakin penasaran.

"Saya ingin membahas tentang anak kita,"

"Kenapa anak kita?" tanya Leonardo semakin terlihat kuatir.

"Aku memang sudah melahirkan anak kamu dan anak tersebut laki-laki. Kini umurnya sudah 8 tahun dan sudah sekolah, maafkan aku sudah meninggalkan kamu dan tak memberi kabar pindah diam-diam." Riana menangis tak kuat untuk menahan sendiri penderitaan akan hidup ini hingga Riana berpikir untuk membagi masalah ini kepada ayah dari anaknya.

"Wah putra ... Aku bahagia mendengarnya." Leonardo tersenyum.

"Jangan senang dulu ... Putra kamu sedang sakit menderita kanker leukemia stadium satu dan kini sedang di rawat dirumah sakit." Riana menangis terisak-isak.

Seketika mendengar berita buruk tersebut membuat Leonardo lunglai lemas sekali, bertemu dengan putranya sebentar lagi namun pilu harus bertemu dengan hal yang begitu menyedihkan. Bahwa sang putra sakit kanker leukemia stadium satu, kemungkinan kecil untuk sembuh.

"Apa? Putraku menderita penyakit kanker leukemia stadium satu?" Leonardo terlihat kaget dan sedih.

"Iya ... Aku datang kesini untuk meminta tolong untuk kamu, supaya bertemu dengan putra kamu dan aku meminta tolong untuk kamu membayar biaya rumah sakit. Soalnya aku sudah habis uang untuk membawa putra kamu berobat dan kini sudah tidak mempunyai tabungan lagi ..." Riana bercerita dengan penderitaan nya selama ini.

Selama ini Riana selalu tegar dan sanggup namun untuk saat ini Riana harus meminta bantuan kepada Leonardo.

"Kamu jangan risau ... Aku akan menemui putra kita, sehabis ini kita kerumah sakit bersama dan aku akan membayar seluruhnya biaya rumah sakit."

"Terimakasih, Leonardo."

Lalu mereka pergi bersama, Riana kerumah Leonardo memakai taksi karena tidak kuat dalam menyetir. Sebab kekurangan darah karena menemani anaknya dirumah sakit.

Leonardo mengelus bahu Riana untuk bersabar didalam mobil. Mereka diantar oleh sopir pribadi Leonardo menuju kerumah sakit dalam perjalanan 4 jam.

"Sudah, kamu jangan panik dan yakinkan diri bahwa anak kita bisa sembuh." Leonardo menenangkan Riana dengan mengelus bahu Riana.

"Bagaimana aku tidak panik? Aku tidak mau kehilangan anak. Sebab yang aku punya satu-satunya hanya anak, aku tidak sanggup kehilangannya suatu saat nanti." Riana dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Sudahlah aku sebagai ayah akan bertanggung jawab dengan kesembuhan anak kita."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!