Tanpa Pernikahan

Leonardo dan Riana tidak mempunyai tali ikatan, yaitu sebuah pernikahan. Keduanya sudah mempunyai anak, tanpa ikatan pernikahan.

Namun hubungan satu malam, membuat mereka sudah mempunyai anak. Gundah gulana kini perasaan mereka, saat putra mereka menderita kanker leukemia stadium tiga.

Sejak putranya ditemukan Leonardo hampir setiap hari, mendatangi rumah sakit. Riana selalu cemas dengan pikirannya, saat membayangkan, bagaimana suatu saat anaknya tidak bisa di selamatkan.

"Leo, bagaimana jika putra kita, tidak bisa diselamatkan suatu saat nanti?" Riana terlalu buruk pikirannya, pada pagi hari.

"Kamu ini bagaimana! Seharusnya berpikiran positif dong, bahwa putra kita akan bisa sembuh dikemudian hari," ucap Leonardo merasa tidak sepantasnya, jika Riana berbicara tentang hal buruk.

"Aku ini seorang ibu, kini pikiranku sedang diambang tidak tenang." Riana dengan perasaan tidak tenang.

"Sudahlah, semoga David sembuh."

"Iya, semoga saja."

Leonardo dan Riana belum terlalu mengenal pribadi masing-masing. Mereka bertemu sembilan tahun yang lalu, namun pada saat sebelum dan sesudah Riana hamil, mereka bertemu hanya sekali, saat baru bertemu langsung terlibat cinta satu malam, bahwa pada pertemuan tersebut. Mereka dalam keadaan tidak sadar mabuk.

Saat sudah mempunyai anak, mereka belum melibatkan perasaan. Leonardo dan Riana kembali menjalin komunikasi, sebab ada anak yang butuh suport.

"Sudahlah, jangan menangis. Putra kita ini akan sembuh," ucap Leonardo, selaku seorang ayah yang sudah mengeluarkan biaya banyak.

"Iya ...."

Saat Leonardo menggengam tangan ibu dari anaknya, ada panggilan telepon dari seseorang. Leonardo langsung mengambil handphonenya dari saku celana, melihat ada panggilan dari Mia.

"Miaaaaaaaaaaaaaaaaaa" gumamnya dalam hati.

"Halo sayang," sapa Leonardo.

"Halo, sayang. Kamu dimana? Sudah dua hari tidak bisa di hubungi," tanya Mia sebagai kekasih.

"Sayang, aku sedang ada urusan, bahwa pekerjaan sedang menumpuk. Ada apa sayang?" tanya Leonardo berpura-pura tidak mengerti, takut akan dimarahi oleh kekasihnya.

"Urusan? Jangan, kamu mengira aku ini bodoh tidak mengerti apa-apa! Kamu saja tidak berada di kantor," jawab Mia ternyata mendatangi Leonardo ke kantor.

"Sayang, aku minta maaf. Pacar kamu ini sedang tidak berada di kantor, aku sedang meeting bersama klien ...." Leonardo berbohong, jika memberitahu yang sebenarnya. Leonardo akan di putuskan oleh Mia.

"Jangan bohong! Kamu tidak seperti biasanya deh! Jika meeting, kamu pasti akan mengabari aku," jawab Mia, curiga kepada pacarnya.

"Nanti akan aku jelaskan ...," Leonardo memencet tombol merah mematikan panggilan dari Mia.

Leonardo tidak mau ribut dengan Mia di ruang rumah sakit, saat ini kesembuhan putranya prioritas nomor satu dan harta berharga untuk pria itu.

"Mengapa dimatikan?" tanya Riana, ketika sudah mengentahui, bahwa kekasih Leonardo menghubungi.

Namun Riana tidak mau terlalu banyak ikut campur, bukan ranah pribadi Riana untuk mencampuri urusan mereka. Riana berusaha tenang dan sebenarnya segan, bahwa kekasih Leonardo menghubungi.

"Hehehehe, nanti saja diselesaikan dengan Mia," jawab Leonardo, sambil tersenyum tetapi kepikiran Mia.

"Nanti pacar kamu marah? Kamu tidak ada menghubungi atau memberi kabar pada kekasihmu," Riana tidak mau, Leonardo bertengkar.

"Nanti saja diselesaikan, kini anak yang harus menjadi prioritas. Pacar nanti saja deh, ketika Davin sudah sembuh." Leonardo mengelak pembicaraan yang membahas mengenai pacarnya tersebut.

"Okelah, Leonardo."

Riana tidak melanjutkan pembahasan tentang kekasih Leonardo lagi, kini Riana fokus dengan kesembuhan putra mereka, didalam hubungan mereka hanya selaku orangtua bukan pasangan menikah.

Mereka berdua selaku orangtua, sedang menunggu putra mereka. Davin putra mereka sedang menjalani kemoterapi pada pagi hari ini, berharap, bahwa putra mereka akan baik-baik saja dan kemoterapi semoga berjalan lancar.

"Jam berapa kemoterapi anak kita selesai Riana?" tanya Leonardo merasakan cemas luar biasa.

Walaupun Leonardo pembawaan tenang pada pagi ini. Hati Leonardo ada guncangan dahsyat, dengan kekuatiran luar biasa terhadap putra tercintanya.

"Jam sembilan pagi ...." Riana melihat kearah jam tangan, bahwa 30 menit lagi. Putra mereka akan selesai menjalani kemoterapi di rumah sakit.

"Sebentar lagi, aku sudah tidak sabar ingin bertemu putraku," ucap Leonardo.

"Hmmmmm,"

Menunggu sekitar 30 menit kemudian, dokter memanggil mereka berdua. Untuk masuk melihat putra mereka di ruangan rumah sakit tersebut, saat Leonardo masuk langsung memeluk Davin.

"Anakku ..." Leonardo memeluk Davin.

"Papa, aku merindukan Papa." David bahagia ketika papanya datang menemuinya.

Riana tarik ulur langsung mundur, saat anak dan ayah ini bertemu. Riana merasa cemburu kepada mereka berdua, selama ini Riana yang mengurus dan membesarkan Davin, tetapi kini setelah bertemu papa. David lebih dekat kepada papa kandung.

"Riana, mengapa kamu mundur?" tanya Leonardo, ketika Riana mundur lima langkah kebelakang.

"Tidak apa-apa, lanjutkan saja obrolan dengan anak kita," Riana memberikan waktu, untuk putranya dan Leonardo berbicara, Riana langsung keluar dari kamar memberikan mereka kebebasan.

"Hei ... mau kemana?" tanya Leonardo kepada Riana.

"Saya mau keluar, saya memberikan kebebasan untuk putra kita dan kamu dalam mengobrol." Riana bukanlah seorang ibu yang egois.

"Baiklah, terimakasih sudah memberikan ruang untuk berbicara," ucap Leonardo hal ini yang diinginkan Leonardo.

"Sama-sama."

David kebingungan, bahwa merasa ada yang janggal. Dalam penyebutan panggilan papa dan mamanya yang memakai panggilan dengan sebutan kamu. David sering mendengarkan, bahwa Orang tua temannya di sekolah memanggil dengan sebutan suami atau istri.

Saat sang mama pergi dari kamar Davin dirawat. Putra Leonardo tersebut, langsung bertanya, mengapa papa dan mamanya tidak mempunyai panggilan spesial dan putra Leonardo tersebut, mengira bahwa Orang tuanya sudah menikah.

"Papa, ada yang ingin adik sampaikan kepada papa. Davin mau bertanya, mengapa papa dan mama, tidak memanggil dengan panggilan khusus seperti suami atau istriku papa." Davin masih bingung dengan panggilan kedua Orang tuanya.

Leonardo terdiam sejenak, tidak bisa menjawab pertanyaan Davin. Demi putranya tidak penasaran, lalu leonardo menjawab putranya, bahwa mereka tidak mempunyai panggilan dan mengaku sudah menikah dengan Mama Riana.

"Ayah dan mama memang tidak mempunyai panggilan khusus," jawab Leonardo.

"Mengapa bisa papa, biasanya jika sudah pasangan suami istri dan sudah pernah menikah. Mempunyai panggilan khusus dalam hubungan mereka ikat," jawab Davin masih merasa bingung, dengan menggaruk kepalanya.

"Mama Riana dan ayah tidak mau terlihat lebay deh ...," jawab pria itu membenarkan jasnya.

"Papa, Davin ingin. Papa memanggil mama dengan sebutan istriku," Davin ingin mamanya di panggil istri oleh papanya.

"Ahhhh panggil istri?" Leonardo langsung batuk, panggilan tersebut adalah panggilan yang tidak mungkin disebutkan, sebab mereka belum menikah.

"Papa ... please, panggil mama dengan sebutan seperti itu, putra papa ini akan sehat jika, papa memanggil dengan sebutan istriku kepada mama," kata Davin.

"Sayang ...."

Leonardo masih keberatan dengan panggilan tersebut, tidak mungkin bisa di lakukan Leonardo kepada Riana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!