Mia sudah mendengar kabar, bahwa anak Leonardo bernama Davin. Dirawat disalah satu rumah sakit. Mia hendak menemui Riana untuk meminta kepada Riana menjauhi sang tunangan.
Mia mengancam Riana supaya jangan mendekat dengan tunangannya dan segera putuskan hubungan mereka. Biar Mia yang membayar biaya rumah sakit, namun jauhi tunangannya dengan anaknya.
Jika Riana tidak mau menjauh, maka Mia akan mengancam. Akan memastikan keadaan keduanya tidak akan baik-baik saja dan menghancurkan kehidupan Riana dan anaknya.
Saat Riana sedang meratapi Davin di ruangan rawat inap. Mia langsung membuka pintu dan betapa syok Riana saat ada orang asing masuk kedalam ruangan anaknya.
"Siapa kamu?" tanya Mia langsung berdiri saat itu, menduga Mia adalah orang orang jahat.
"Tenang, saya ini tunangan dari Leonardo dan ingin berbicara kepada anda," kata Mia memperkenalkan diri.
"Ohhhh ... kamu tunangan dari Leonardo dan saya adalah ibu dari anaknya," jawab Riana saat itu panik.
Riana langsung panik saat didatangi oleh tunangan Leonardo. Mungkinkah Mia sudah mengetahui hubungan diantara Riana dan Leonardo, membuat Riana sekujur badannya bergetar saat melihat tunangan ayah anaknya datang.
"Kedatangan saya cuma ingin ingatkan kamu saat ini, kamu tahukan, bahwa tunangan saya sudah menikah? Jangan gatal deh menemukan anak dengan ayahnya!" kata Mia dengan nada membentak.
"Maksud kedatangan kamu buat apa kerumah sakit?" tanya Riana, bahkan saat ini Riana sadar dengan posisinya, bahwa dirinya hanya ibu dari putranya. Hubungan mereka juga tanpa pernikahan.
"Kamu jauhi tunangan saya, biar saya membayar biaya rumah sakit!" ucap Mia memberikan uang yang ditaruh dalam amplop coklat.
Mia menyerahkan uang tersebut dan jika kurang biaya rumah sakit. Maka Mia akan siap memberikan lagi yang penting keduanya pisah dan jangan pernah mendekatkan anak lagi.
Riana menggelengkan kepala tidak mungkin akan menjauhkan putranya dengan ayah kandung. Anak masih dalam keadaan sakit yang ada Davin akan down berat bahkan tidak sanggup, untuk berpisah dengan sang ayahnya.
"Maafkan, saya. Tidak bisa menerima uang pemberian kamu ...." Riana menolak uang pemberian Mia.
"Kamu menolak! Dasar perempuan tidak punya harga diri, kamu sudah tak ada pernikahan, masih sanggup menampakkan diri di depan tunangan, saya." Mia marah kepada Riana dan mengatakan, bahwa Riana adalah perempuan murahan.
"Kamu jaga mulut kamu! Saya bukan perempuan murahan," kata Riana sambil sedikit membentak, sebab tidak terima dikatakan murahan.
"Jika kamu tidak murahan, anak itu tidak akan lahir, bahkan tidak akan ada hubungan cinta satu malam diantara kalian," teriak Mia menunjukan kearah Davin, bahwa Davin adalah anak haram.
"Jadi kamu mengatakan, bahwa anak saya anak haram?" teriak Mia.
"Iya, anak haram."
Riana ingin berteriak saat itu, mendengar putranya dikatakan sebagai anak haram tanpa ikatan pernikahan. Namun Riana tidak mau ribut dengan anaknya yang masih istrahat terbaring lemah, ketika baru selesai menjalani kemoterapi.
"Kita selesaikan di luar, anak saya lagi butuh istrahat." Riana menarik tangan Mia, untuk menyelesaikan diluar.
Mia ngomong baik-baik, apakah Riana akan menerima uang pemberiannya atau menolak uang pemberian Mia. Jika menolak maka Mia akan memastikan, hidup keduanya akan hancur dengan anaknya.
"Kamu terima atau tidak?" tanya Mia kepada Riana.
"Tidak ...," kata Riana menolak pemberian Mia saat itu.
"Kamu menolak uang pemberian aku? Baiklah akan aku pastikan, hidup kamu dan anak kamu tidak akan aman!" nada ancaman dari Mia.
"Baiklah, aku akan menjauh dari tunangan kamu."
Riana akhirnya mengambil keputusan untuk menjauh dari Leonardo. Perempuan tersebut merasa kasihan dengan Mia, sang tunangan Leonardo. Mia sudah berpacaran lebih dari tiga tahun.
Riana tidak mau hubungan keduanya renggang karena lebih memprioritaskan Davin. Riana juga tidak mau disebut sebagai cewek murahan yang sudah merebut tunangan orang lain.
"Jika kamu merasa kasihan, lebih baik kamu menjauh," ucap Mia membujuk Riana.
Riana menuruti keinginan Mia, akan berpisah dengan Leonardo. Perempuan tersebut juga merasa kasihan dengan anaknya, harus kehilangan figur seorang ayah, saat sudah didekatkan kembali.
"Te-Tetapi, saya merasa kasihan dengan anak saya, harus kehilangan figur seorang ayah saat sudah dekat," ucap Riana tidak kuat menahan kesedihan.
"Itu urusan, kamu. Bukan urusan saya sekarang, jika kamu menyanggupi berapa pun uang rumah sakit. Hubungi saya, ini nomor yang tertera," kata Mia memberikan kartu nama dan Mia juga sanggup, untuk membayar biaya rumah sakit.
"Baiklah, aku akan hubungi, kamu."
Riana menerima kartu nama, lalu Mia pergi meninggalkan Riana. Lalu keluarlah air mata sebagai seorang ibu, Riana sebenarnya tidak sanggup memisahkan hubungan ayah dan anak.
"Maafkan mama, nak. Harus memisahkan kamu dengan papa, kamu," gumam Riana dalam hati.
Riana masuk melihat putranya masih tertidur lalu mengusap rambut anaknya. Wanita ini menginginkan anaknya kelak bisa sembuh dan menjadi orang sukses, Leonardo kebetulan tidak ada di rumah sakit dan sedang meeting.
Terdengarlah panggilan telpon dari Leonardo menghubungi Riana. Saat itu Davin sudah bangun dan sang ibu sedang menyiapkan makan siang Davin, putra mereka langsung mengambil hp di atas tempat tidur di letakkan oleh sang ibu.
"Maaaaa, papa nelpon." Davin bersorak bahagia.
"Angkat dong, nak."
Davin lalu mengangkat panggilan telpon dari papanya. Lalu anak ini menceritakan kepada papanya, sedang istrahat. Davin meminta kepada papanya untuk dibelikan mainan dan makanan.
"Papa, nanti belikan Davin makanan dan mainan. Davin pengen main sama ayah, nanti kita main iya, ayah." Davin ingin bermain mainan dengan ayahnya.
"Baiklah, sayang. Nanti papa akan belikan mainan," jawab Leonardo usai meeting.
"Serius papa?" tanya Davin.
"Serius dong sayang, bagaimana hari ini apakah sudah baikan?" tanya Leonardo bertanya tentang kondisi anaknya.
"Baik dong, papa. Davin sudah mulai pulih sekarang," jawab Davin, sudah mulai merasakan kesembuhan.
Leonardo bahagia mendengar, bahwa putranya mulai sehat. Bahkan bercanda pun sudah mulai normal, tidak merasakan kelemasan lagi. Riana ingin berbicara serius kepada Leonardo, ketika Ayah Davin sudah pulang dari meeting.
"Nak makan dulu ...," panggil Riana.
"Papa, Davin makan dulu. Nanti Davin hubungi kembali, papa."
"Baik, anakku. Baik-baik sama mama, jangan melawan," nasehat Leonardo untuk putra semata wayangnya.
"Oke, papa."
Keduanya pun mengakhiri panggilan telpon tersebut. Lalu Riana memberikan anaknya makan siang, terlihat binar-binar kebahagiaan di wajah Davin.
"Hore papa akan pulang," ucapnya kepada sang mama.
"Kapan papa kamu pulang, nak." tanya Riana membawakan sebakul makanan.
"Papa bilang nanti sore ...," jawab Davin.
"Baguslah ...."
" Mama rindu ayah?" tanya Davin curiga kepada sang mama.
"Tidak dong! Buat apa mama merindukan ayah, kamu." Riana menjadi salah tingkah ketika anaknya mengucapkan, bahwa mamanya sedang rindu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments