Kini saatnya Leonardo jujur kepada Mia, sang tunangan. Mia dan Leonardo akan melangsungkan pernikahan tahun ini tetapi ada perasaan Leonardo yang membuat sangat dilema.
Jika suatu saat Leonardo menikah dengan Mia, orang yang paling kecewa adalah anaknya Davin. Leonardo sangat menyanyangi Mia di satu sisi.
Pada pertemuan malam itu di cafe, Leonardo mulai membuka pembicaraan, pria itu bertekad untuk memberitahu semua, bahwa Leonardo sudah mempunyai anak.
"Sayang pada malam ini, aku mengajak kamu kesini. Sebab ada hal yang ingin aku bicarakan sama, kamu." Leonardo memegang tangan Mia.
"Ada apa, sayang?" tanya Mia kepada Leonardo.
Mia sudah berharap bisa menikah dalam tahun ini. Mia tidak mau kehilangan pria yang selama ini dia cintai tersebut, mereka sudah berpacaran selama 3 tahun.
Sebagai seorang perempuan hal yang sangat ditunggu, adalah sebuah kepastian untuk melangkah ke jenjang serius. Waktu 3 tahun bukanlah waktu yang singkat, melainkan waktu yang lama.
"Sayang, jika aku berbicara serius kepada kamu. Apakah kamu akan bisa menerima kenyataan?" tanya Leonardo.
"Kenyataan bagaimana? Sayang kita ini sudah berpacaran lama, bahkan kita sudah mau menikah. Aku pasti bisa menerima semua omongan kamu," jawab Mia menggengam kedua tangan Leonardo sambil tersenyum kepada tunangannya tersebut.
"Serius?"
"Serius dong ...," jawab Mia.
Leonardo mulai menceritakan dengan diawali menghela nafas, bahwa takut mereka berdua akan ribut. Sebab persoalan yang akan dibahas Leonardo adalah masalah yang sangat serius.
"Sayang kamu jangan marah ... aku sebenarnya sudah mempunyai anak," kata Leonardo, saat bercerita wajahnya sudah terlihat panik, bahwa takut Mia tidak bisa menerima kenyataan.
"Anak ...?" tanya Mia terkejut.
"Ia, anak." Leonardo menggenggam erat tangan Mia lalu menyentuh, kedua pipi Mia saat wajahnya mulai berubah.
"Tidak! Tidak, tidak mungkin kamu sudah mempunyai anak, sayang." Mia syok matanya berkaca dan wajah Mia berubah.
Mia tidak bisa menerima kenyataan, bahwa tunangannya sudah mempunyai anak, Mia menduga, bahwa Leonardo sudah menikah karena sudah mempunyai anak.
"Maafkan, aku. Selama kita berpacaran sampai bertunangan, aku menutupi semua ini dari kamu," ucap Leonardo.
"Berarti kamu sudah menikah? Mengapa kamu tidak pernah jujur dengan status kamu entah suami orang atau duda!" bentak Mia menggelengkan kepala.
Mia menepuk jidatnya apakah ini kenyataan atau mimpi. Ternyata ini semua benar adalah kenyataan, bahwa Mia tidak sedang dalam bermimpi.
"Aku tidak menduda ataupun suami orang saat ini," jawab Leonardo mengelengkan kepala.
"Jangan konyol! Tidak mungkin mempunyai anak tanpa ada ikatan pernikahan," kata Mia sambil ketawa, namun ketawa tersebut adalah ketawa paling menyakitkan untuk menerima kenyataan.
"Aku punya anak, namun anak itu tanpa ikatan pernikahan atau di luar nikah." Leonardo mulai menjelaskan.
"Apa? Kamu menghamili anak orang?" tanya Mia lebih dalam.
Mia menyangka Leonardo sudah menghamili anak orang, disaat mereka sudah bertunangan. Mia tidak menyangka, bahwa Leonardo bisa setega ini kepada dirinya yang sudah setia.
"Aku tidak menghamili anak orang pada saat kita saling mengenal atau pun sudah bertunangan. Namun kejadian ini terjadi sekitar 9 tahun silam." Leonardo mulai membuka kartu tentang hidupnya.
"Tidak mungkin! Kejadian ini sekitar 9 tahun yang lalu," celetuk Mia, bahwa semua ini adalah kebohongan bukan kenyataan yang harus Mia terima.
"Sayang ini serius, bahwa semua terjadi 9 tahun silam. Aku menghamili anak orang karena terlibat cinta satu malam, pada saat itu kami berdua, sedang dalam keadaan mabuk." Leonardo masih mengingat kejadian 9 tahun silam.
"Mengapa harus jujur sekarang?" tanya Mia dengan kemarahan, dadanya terasa sesak untuk menerima kenyataan.
"Aku baru bertemu pertama kali, semenjak anak gue lahir sampai sudah berumur delapan tahun, pada saat ini." Leonardo jujur tak ada ditutupi lagi dengan Mia.
"Aku tidak mau, kamu bertemu dengan wanita di masa lalu dan anak kamu," ancam Mia terhadap Leonardo.
"Aku tidak bisa di pisahkan dengan anak dan mama dari anak," jawab Leonardo belum siap untuk berpisah, dengan putra tersayangnya tersebut.
Bagi Leonardo putranya adalah separuh dari hidupnya. Tanpa anak Leonardo tidak bisa bersemangat dan kehilangan separuh dari hidupnya.
"Mengapa? Aku ini tunangan, kamu!" kata Mia membentak sang tunangan sampai di dengar oleh banyak orang.
"Davin putraku, tidak akan ada yang bisa memisahkan. Hubungan anak dan ayah di dunia ini," bentak Leonardo dengan suara lancangnya.
Lalu Mia meminta Leonardo untuk memilih siapa yang akan di pertahankan? Putranya atau tunangan. Leonardo tidak bisa memilih diantara keduanya karena sangat berperan penting dalam hidupnya.
"Kamu pilih siapa? Anak kamu atau aku tunangan kamu?" tanya Mia kepada Leonardo tidak terima.
"Aku tidak bisa memilih ...."
"Aku tidak bisa menerima dia menjadi anak aku. Suatu saat ketika, kita sudah menikah dan berumah tangga," ancam Mia.
"Sayang jangan begitu, Davin darah daging aku, bahwa kamu menerima aku karena cintakan?" Leonardo merayu Mia, untuk bisa menerima anak pria itu, tetapi Mia masih bersikeras. Tidak akan pernah menerima anak Leonardo menjadi anaknya, sebab Mia tidak sudi mempunyai anak, dari anak haram hasil hubungan gelap Leonardo dan Riana 9 tahun silam.
"Aku tidak sudi menerima anak haram! Aku minta jauhkan anak itu, dari kehidupan aku dan anak-anakku kelak!" kata Mia dengan egois.
Leonardo merasa di lema atas omongan Mia yang tidak akan bisa, menerima darah daging Leonardo. Bahkan Mia tak mau mengurus anak haram hasil hubungan gelap mereka dimasa lalu.
Mia langsung pergi begitu saja, namun terasa kecewa menyelimuti hatinya. Tiga tahun berlalu, mengapa semua harus terbongkar disaat Mia sudah menyanyangi Leonardo melebihi segalanya.
Jika dulu Leonardo jujur dengan keadaan dirinya. Mungkin Mia akan memilih pergi menjauh, namun sudah terlanjur cinta apa yang bisa di kata, Mia menangis pada saat menyetir mobilnya. Mengapa Leonardo sampai setega itu membohongi dirinya sudah terlanjur mencintai.
Leonardo nampak frustasi, ketika Mia pergi karena kecewa. Namun mereka tidak putus sebab Mia, hanya ingin menenangkan diri sejenak. Atas kejujuran Leonardo yang terlalu menyakitkan untuk dirinya.
Mia menangis sepanjang perjalanan, saat Leonardo berkata jujur. Membuat Mia berpikir untuk maju mundur, menerima kenyataan atau mundir secara berlahan.
Mia seorang gadis yang belum direnggut keperawanannya oleh pria. Sedangkan Mia harus menikah dengan pria yang sudah tidak perjaka lagi, bahkan sudah mempunyai anak dari perempuan lain.
"Tidak mungkin, gue bisa menerima anak itu menjadi anakku," ucap Mia sendirian.
Leonardo merasa lega, saat sudah berkata jujur. Sekarang keputusan berada ditangan Mia, apakah mau menerima pria yang sudah mempunyai anak dari orang lain. Leonardo tidak bisa memaksa Mia, untuk menerimanya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments