Keduanya Mencoba Berkata Jujur

Jantung berdenyut kencang, tangan bergetar dan bibir seakan tak mampu untuk berbicara ata kejadian 9 tahun silam. Dihadapan putranya, mereka saling menatap dan menghela nafas terlebih dahulu.

Setelah anak sembuh, keduanya bersepakat untuk berbicara jujur. Pada awalnya Leonardo tidak mau, tetapi mencoba lagi untuk berpikir mau sampai kapan seperti ini, sembunyikan dari si buah hati.

Jika besar nanti putra mereka mengetahui hal ini, mungkin lebih menyakitkan lagi untuk jika terus berbohong, tidak pernah menikah dan mempunyai hubungan spesial.

Di rumah, keduanya saling memegang tangan seakan saling menguatkan, apapun nanti kenyataan tersebut disampaikan, tidak bisa diterima anak mereka. Maka mereka akan siap menerima resikonya.

"Nak, ada hal yang ingin Mama dan Papa sampaikan," kata Riana, memegang halus tangan anaknya. Saat putranya sedang istrahat.

"Ada apa, Ma?" tanya Davin, saat mata Riana berkaca. Davin langsung menghapus cucuran air mata yang keluar membanjiri air mata sang mama.

"Mama ingin menyampai sesuatu ...." Riana menghela nafas, sebenarnya belum siap untuk berbicara.

Leonardo menatap wajah sang putra yang mirip sekali dengan keduanya, wajah putra mereka adalah perpaduan antara Leonardo dan Riana, bahkan begitu kagum pria itu saat putranya begitu menyanyangi mama yang telah membesarkannya, dengan sebuah kesederhanaan.

"Mau ngomong apa, Ma? Ceritalah, jangan lama begini dong, Ma," jawab Davin merasa tegang, sebab tidak pernah melihat sang mama setegang ini.

Leonardo yang memperhatikan wajah Riana pucat, tidak sanggup untuk berkata, sejenak terdiam. Dari belakang, pria itu mencoba untuk merangkul bahu Riana.

"Kuat, jangan lemah di depan putra kita," bisik pria itu ke telinga Riana.

"Baik ...," jawab Riana pelan, supaya tidak terdengar putranya.

Saat itu jiwanya terasa teringan, ingin berkata tidak sanggup. Riana menatap kearah Leonardo, biar pria ini saja yang menyampaikan secara pelan-pelan kepada putra mereka.

"Leo, tolong kamu saja yang sampaikan sama anak kita. Aku tidak kuat, untuk bercerita sama anak kita." Riana menyentuh pipi pria itu dengan keduanya tangannya, serta mata tersirat kesedihan.

"Baiklah," jawab Leonardo.

Leonardo tersenyum sumringah, lalu membelai putranya dengan elusan lembut luar biasa. Lalu sebagai ayah pria itu langsung memasangkan selimut dan kaus kaki anaknya, di pagi hari. Supaya putra mereka tidak kedinginan karena hujan deras menguyur tempat tersebut.

"Sayang, Papa mau sampaikan sesuatu sama putra, Ayah. Berjanjilah, bahwa Davin akan bisa menerima ini semua." Leonardo mencoba menenangkan anaknya sebelum bercerita.

Davin menjadi penasaran, hendak hal apa yang ingin dibahas, bahwa Davin tidak bisa menerima keadaan, jika yang disampaikan adalah berita buruk.

Dengan wajah mengerut, dengan seribu pertanyaan dipikirannya, bahkan terlihat alisnya miring sebelah, Davin langsung memeluk sang ayah, bahwa Davin siap untuk mendengarkan cerita.

"Papa jangan risau ... anakmu ini, siap untuk menerima." Jantung Davin berdenyut kencang saat itu, bahkan saat sudah sembuh sakit hal yang paling bahagia adalah bisa bertemu dengan seorang ayah.

"Nak, ketahuilah, bahwa Papa dan Mama belum menikah." Leonardo berterus terang dan saat hujan cuaca dingin menjadi panas di sekujur tubuh mereka berdua.

"Apa? Papa tidak main-mainkan ...?" tanya putra mereka, menatap kearah keduanya dengan penuh pamrih dan rasanya seperti tersambar dengan kenyataan pahit yang harus diterima.

Riana menghela nafas sebentar, takut untuk bercerita, akhirnya memberanikan diri untuk membantu Leonardo berbicara, " Nak, Papa dan Mama. Sebenarnya, tidak ada ikatan pernikahan diantara, Kami. Kamu adalah anak di luar nikah," sambung Riana sebagai ibu mulai membantu Leonardo berbicara.

Sontak saja, Davin kaget, rasanya hatinya bagaikan disambar petir. harus menerima kenyataan, bahwa dirinya adalah anak haram dan sejak saat itu, matanya tajam menatap kearah keduanya.

"Mengapa harus disampaikan? Tidak bisakah Mama dan Ayah? Menyimpan rahasia besar ini, apakah aku ini anak haram?" tanya Davin sejak saat itu tangisnya pecah.

Tangis Devan pecah sejak saat itu, Leonardo dan Riana berusaha untuk tenang. Mereka membisu, ketika anaknya menyalahkan terlahir sebagai anak haram.

Jika tidak ada pertemuan itu, mungkin Davin tidak akan pernah terlahir sebagai anak mereka. Ada makna dibalik peristiwa sembilan tahun, kini ada seseorang yang bisa membuat hidup Riana lebih berwarna dalam mengarungi hari-harinya.

"Nak, maafkan, Mama." Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dengan mulut bergetar dan suara parau.

Leonardo sebagai ayah, mencoba untuk membuat putranya tenang. Namun diselimuti rasa kecewa, Davin langsung menolak pelukan dari sang ayah.

"Maafkan Davin, Ayah. Davin tidak bisa terima bahwa aku anak haram," kata Davin menggelengkan kepala.

Davin menangis, mengapa semua ini terjadi pada dirinya. Kedua Orang tuanya yang berulah, tetapi anak yang menjadi korban masa lalu, " Mengapa aku! Mengapa harus aku menjadi anak haram." Sejak saat itu Davin mendeskripsikan dirinya sebagai anak haram terlahir.

Mendengar kata anak haram, Riana tidak terima anaknya menyebut diri sebagai anak haram, bagi Riana diri putranya sangat berharga, "Sayang, kamu bukan anak haram dan dirinya sangat bermakna, melengkapi hari-hari, Mama." Riana tidak ingin Davin insecure.

"Aku ini anak haram! teman-temanku, Orang tuanya, menikah dengan ikatan pernikahan yang jelas," kata putra mereka berdua membandingkan dengan teman yang ada di sekolahnya, "Mama berbohong, selalu bilang bahwa sudah menikah dan punya suami yaitu Papa!" ucap putra mereka mencap Riana sebagai pembohong.

Tidak ingin, nama Riana dicap sebagai pembohong, pria itu meminta kepada Riana untuk keluar sebentar, " Keluarlah ... biar saya yang berbicara pada putra, kita," perintah Leonardo.

Riana langsung memilih keluar, sebab tidak bisa menahan kesedihan. Anaknya menilainya sebagai pembohong, padahal Riana yang berjuang selama sembilan tahun membesarkan putranya, tanpa ada sosok ayah Davin, bahkan melahirkan pun Riana harus berjuang tanpa Ayah Davin.

Setelah anaknya mengerti, mamanya dicap sebagai pembohong, sedangkan pria yang duduk disamping Davin, tidak pernah dicap sebagai pembohong, lantas mengapa seorang perempuan yang selalu merasa dilema? Padahal kesalahan terjadi karena berdua, mengapa harus satu orang yang selalu tersakiti?

"Rasanya tidak adil, sembilan tahun aku berjuang sebagai wonderwoman, sembilan bulan aku melahirkan, bahkan berjuang sendiri melahirkan, tanpa ada sosok suami di di sampingku, mengapa kesalahan dilimpahkan kepadaku," gumam Riana dalam hati, terasa sesak banget, anaknya hanya menyebutnya pembohong.

Sedangkan Leonardo, tidak ada mendapat kata-kata dicap buruk oleh anaknya, tetapi walaupun tidak dicap buruk, Leonardo tidak tega jika sang putra, hanya memburukkan sang mama yang telah melahirkannya.

"Sayang, kamu tidak boleh ngomong begitu sama, Mama?" kata pria itu, saat Riana sudah keluar karena perintah dari Leonardo, bahkan pria itu ingin memberikan pemahaman tentang Mama Davin, bukan jahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!