Leonardo dan Riana sudah mempunyai anak namun belum ada cinta dihati mereka berdua saat ini. Leonardo belum mempunyai perasaan yang mendalam, sebab Leonardo sudah mempunyai tunangan Mia.
Leonardo dan Mia akan berencana menikah dalam tahun ini, Leonardo begitu sayang dengan tunangannya tersebut hingga Mia selalu berada di sampingnya.
Kedekatan Davin dengan sang papa, membuat Davin mengira bahwa papa dan mamanya sudah menikah karena mereka sudah mempunyai anak.
Davin bangga mempunyai ayah seorang Ceo dari perusahaan besar, yaitu perusahaan tambang batubara, kuliner, perhotelan dan banyak proyek.
Saat makan siang, Davin disuapi oleh sang ayah. Membuat Davin sangat bahagia karena disuapi cinta pertama seorang ayah, Riana merasa kagum, bahwa ayah anaknya ternyata berjiwa besar.
"Papa, jangan kerja. Papa bos besar tidak perlu bekerja, cukup handle anak buah papa deh?!" kata Davin meminta kepada papanya supaya tidak berangkat kerja.
"Nak, jika papa tidak bekerja, dari mana ayah dapat uang. Siapa yang akan membayar biaya rumah sakit?" ucap Leonardo kepada putranya.
"Davin mau minta ditemani oleh papa." Davin memeluk ayah Leonardo dan tidak membolehkan pria itu pergi.
Riana merasa kasihan dengan putranya yang masih ingin bermanja. Riana mencoba untuk membujuk Leonardo supaya tidak berangkat bekerja, sebab putra mereka sehabis kemoterapi meminta untuk ditemani oleh papa kandungnya.
"Leonardo kamu tetap pergi? Lihatlah, putramu sudah meminta untuk tetap disini dan jangan berangkat bekerja." Riana membujuk Leonardo supaya tidak berangkat bekerja.
"Tidak bisa Riana, soalnya Mia meminta bertemu di kantor. Mia mau datang ke ruangan aku," bisik Leonardo ditelinga Riana pada saat itu.
"Kamu peduli dengan Mia atau peduli dengan anak kamu?" tanya Riana sangat marah saat Leonardo, lebih mementingkan urusannya bersama Mia, dari pada mengabulkan permintaan putra mereka.
"Riana ...." Leonardo menoleh kearah Riana sepertinya Riana cemburu.
"Apa? Kamu kabulkan saja permintaan perempuan itu!" kata Riana marah besar.
Dihadapan anak Leonardo dan Riana bertengkar. Davin menyaksikan saat Riana ribut masalah memprioritaskan, bahwa memang benar Leonardo tidak akan memprioritaskan mereka, sebab Mia segalanya.
"Papa dan Mama siapa Mia?" tanya Davin kebingungan, ada nama perempuan lain disebut.
Leonardo dan Riana terdiam, saat anak mereka menanyakan tentang Mia. Leonardo berpura-pura mengaku, bahwa Mia adalah temannya. Sebab anak mereka mengetahui bahwa Mama Riana adalah istri papanya selama ini.
"Sayang, dia hanya teman papa." Leonardo mengatakan teman kepada anaknya lalu mengambil minum memberikan kepada anak mereka.
"Teman? Papa tidak boleh mempunyai teman perempuan! Pokoknya papa hanya boleh menemani mama satu-satunya." Davin merajuk saat papanya, menganggap perempuan lain sebagai teman.
"Sayang, baiklah. Papa akan menganggap mama sebagai teman satu-satunya, kamu jangan memikirkan hal ini. Baiklah papa tidak akan berangkat lagi ke kantor dan hari ini khusus menemani anak papa." Leonardo mencium kening anaknya.
Belum selesai persoalan diantara mereka berdua. Leonardo akan menegur Riana supaya tidak membahas tentang Mia dihadapan anak mereka, tetapi nanti setelah anak mereka tidur.
Riana tidak mampu menatap ayah anaknya tersebut. Sebab mereka sudah berdebat karena Leonardo tidak bisa menuruti keinginan anak mereka, tetapi Leonardo kembali luluh ketika putranya sudah berbicara dan mengena dihatinya.
"Aku keluar dulu, biarlah kalian berdua saling romantis disini," kata Riana kepada Leonardo dan putranya.
"Tidak perlu kamu keluar, sinilah kembali kepada kami. Kita hibur anak kita dan meluangkan waktu selagi saya masih libur sekarang." Leonardo menarik tangan Riana tetapi Riana insecure untuk bergabung.
"Hmmmmmmmm."
Leonardo mengelus bahu Riana, bahwa jangan terlalu memikirkan perselisihan mereka. Leonardo mengelus rambut Riana sepertinya perempuan itu merasa bersalah saat membahas tentang Mia dihadapan anaknya.
"Mama, papa. Ayo pelukan ...," kata Davin meminta Orang tuanya, untuk memeluk Davin selesai menjalani kemoterapi.
Leonardo dan Riana salin bersitegang untuk memeluk. Putra mereka meminta untuk berpelukan, hal tersebut tidak mungkin mereka lakukan karena keduanya bukan pasangan suami istri.
"Ayo Ma, Pa ...," ajak Davin.
Davin sudah meminta akhirnya mereka berpelukan bertiga, betapa bahagia hati seorang anak. Davin sangat bahagia bisa merajut keromantisan dengan Leonardo dan Riana.
Davin menginginkan kedua Orang tuanya untuk tinggal satu atap atau tingga bersama saat ini, hal tersebut membuat keduanya saling menggaruk kepala.
"Papa dan Mama, kita harus tinggal satu rumah bertiga. Davin tidak mau melihat mama dan papa pisah rumah." Davin ada saja caranya untuk menyatukan keduanya.
"Maafkan papa, nak. Saat ini papa tidak mungkin satu rumah dengan Mama Riana sebab, papa sudah berpisah rumah dengan mama," jawab Leonardo sambil mengelus rambutnya.
"Papa hanya pisah rumah tidak bercerai saat ini, jadi kita bisa tinggal bareng."
Davin masih polos dan kecil, belum bisa mengerti dengan Orang tuanya, bahwa mereka bukan pasangan suami istri, selama ini mereka berdua sudah membohongi Davin mengaku sudah menikah secara sah.
Davin masih kecil hanya menginginkan Orang tuanya. Kembali bersama seperti temannya di sekolah, bahwa Orang tua mereka kebanyakan tinggal satu rumah selama ini.
"Nak, maafkan. Papa tidak bisa tinggal satu rumah bersama Mama Riana," kata Leonardo suatu saat, anaknya akan mengerti dengan masa lalu orangtuanya.
"Mengapa papa? Apakah papa tidak sayang sama mama?" tanya Davin sedih karena sang papa, tidak bisa tinggal satu rumah.
"Sudah nak, jika papa sudah mengatakan tidak bisa tinggal satu rumah. Pasti papa mempunyai alasan sendiri." Riana meminta anaknya, tidak memaksakan keinginannya sendiri.
"Mama ...."
"Nak, mama tidak pernah memaksa papa kamu, supaya tinggal satu rumah dengan mama!" kata Riana melotot ke putranya.
Davin akhirnya tidak memaksakan keinginannya. Mama sudah memberikan kode kepada Davin, jangan memaksakan Orang tuanya untuk tinggal satu rumah lagi bersama.
"Nak, suatu saat papa dan mama berjanji akan satu rumah," sambung Leonardo menggengam tangan anaknya.
"Kapan Pa?" tanya Davin.
"Nanti nak, saat papa dan mama sudah sama-sama tidak egois." Leonardo harus berbohong, alasan belum satu rumah karena belum menikah.
Seandainya Davin mengetahui semuanya bahwa anak di luar pernikahan. Davin mungkin tidak akan bisa menerima kenyataan dan menggangap dirinya sebagai anak haram di luar nikah.
Leonardo tak mau anaknya kecewa, bahwa orangtua terjebak dalam cinta satu malam delapan tahun silam. Jika Davin mengetahui hal ini, mungkin Davin tidak akan pernah memaafkan orangtuanya.
"Baiklah, akan aku tunggu. Suatu saat nanti papa dan mama, akan satu rumah dengan Davin."
"Sayang, semoga kamu cepat sembuh supaya kita bisa tinggal bersama." Riana memeluk anaknya dan matanya berkaca-kaca.
"Davin senang ma, saat melihat papa dan mama akrab." Davin mengharapkan hal ini seperti teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments