H&W19. Kehabisan bensin

Tidak ada yang aku sukai, hari-hariku penuh dengan emosi tiga bulan belakangan. Demi untuk melindungi Galen dari emosiku, aku menyuruh bang Zio mengantarkan Galen ke ayah saja. Biar biyung yang mengurus cucunya, yang sering kumarahi tanpa jelas salahnya.

Lagian, aku merasa Galen rewel sekali sejak ke Cirebon kembali. 

"Makan, Ra." Kakak ipar menunjukkan isi piring makannya. 

"Nanti mau keluar, Kak." Aku tidak semangat makan, sebelum menghabiskan tenagaku dulu. 

Biasanya, aku rutin ngegym untuk mencari rasa laparku. Aku tidak gagah seperti binaraga, hanya saja bentuk tubuhku lebih berlekuk, terutama bagian perut. Aku tidak terlihat seperti pernah melahirkan, karena otot perutku terlihat membentuk seperti jam pasir. Padahal, waktu gadis tidak seperti ini. 

"Jangan keluyuran terus, Ra. Takutnya ayah tiba-tiba ke sini, terus kamu tak ada. Kakak sama bang Zio nutup-nutupin pun gimana, kalau ternyata buktinya kau tak ada di rumah?" Ia melirikku dan menikmati makanannya. 

"Aku bisa jaga diri, Kak. Aku bukan datang ke tempat maksiat, tenang aja." Aku menyandarkan punggungku di sofa. 

Rasanya begini bosan, begitu bosan. Tidak ada yang menarik, semuanya membuat moodku buruk. 

Aku tidak menyalahkan ayah, atas terjadinya perubahan moodku dan perubahan psikisku. Tapi mungkin aku belum bisa ikhlas, ditambah lagi dengan melihat story yang Bunga pajang saat ini. 

Aku ingin memukuli samsak seketika ini juga. 

'Zee, Farah' dua nama tersebut tersemat di foto yang ia jadikan status. Apalagi ini? Fakta apalagi? Kenapa bang Bengkel terlihat buruk sekarang? Kenapa ia harus menjadi foto yang dipajang oleh Bunga? 

Bukankah Bunga bersuami? Lalu bagaimana perasaan suaminya, melihat istrinya memajang foto pria lain? 

Fotonya tidak diblur, foto ini bukan editan atau semacamnya. Terlihat sangat jelas di mataku, bahwa bang Bengkel tersenyum tertunduk menggendong dua putri tersebut. Aku langsung mengambil tangkapan layar. 

Jadi, mereka akan menjadi keluarga? 

Rasanya aku ingin mendoakan mereka cepat mati saja.

Aaaam…. Oh, jangan. 

Terimakasih, telah membuatku sadar diri. Mungkin aku harus menyadarkan diriku sendiri, daripada terus berharap ayahnya Farah mencariku di Cirebon. 

"Aku keluar dulu, Kak." Tak lupa aku meraih kunci mobilku yang berada di atas meja. 

Entahlah, aku mengemudi ke arah mana dan menuju ke mana. Aku hanya mencoba melepaskan emosiku pada pedal gas yang aku atur sedemikian cepat, agar menimbulkan rasa berdebar yang c*n*u di jantungku. 

Tidak peduli sirine polisi, pemberhentian lampu merah, atau kemacetan pasar kue. Aku mencoba berkamuflase menjadi ambulans, yang menyalakan lampu segitiga terus menerus. 

Aku teringat saat aku menyuapi dirinya dengan garpu, saat ini aku ingin menusuk wajahnya dengan garpu. Aku teringat saat ia merangkulku dan meminta biyung untuk mengambil gambar kami, rasanya sekarang aku ingin membanting tubuhnya ke depan. Aku teringat saat dirinya menggenggam tanganku saat memegang garpu, rasanya sekarang aku ingin memutar tangannya sampai patah. 

Aku panas hati sekarang. 

Pasti Bunga menang tanpa usaha apapun. Bodohnya aku saja yang terus berharap ia akan datang, ayah memutuskan kan ia pasti sudah melirik Bunga yang akan janda. 

Tiiiinnnnn….

"Bawa ke rumah sakit mana? Dari sana ngebut terus," seru seorang sopir pick up yang sejajar denganku. 

Bapak-bapak bawel! Aku sedang tidak ingin ditanya dan ditegur. 

Aku berbelok entah ke arah mana, sampai akhirnya menepi karena sadar indikator bensin sudah menyala. Kenapa bisa aku hampir kehabisan bensin begini? Kan bisa rusak parah ini mobil.

Aku membawa mobil ini perlahan, sampai ke ujung aku tidak menemukan pom bensin atau tempat orang berjualan bensin curah satu pun. Hingga akhirnya, aku harus rela mengganti kerusakan yang terjadi pada mobil putih ini. Karena mobilku benar-benar kehabisan bahan bakar. 

Bang Zio tengah ke Aceh mengantar Galen. Kakak ipar jelas tidak bisa membantuku, masa aku harus merepotkan kak Ranty dan suaminya? Ah, sepertinya orang kepercayaan ayah saja yang bekerja di cabang Cirebon ini. 

Mobil ini sudah full upgrade dan menggunakan sistem injeksi. Jika mobil injeksi kehabisan bahan bakar, sudah pasti kerusakannya akan merambat. 

Arghhhh….. Rasanya ingin menangis saja. 

"Tadi udah share loc ya, Pak? Kurang tau nih, aku ada di mana. Tapi tadi lewatin daerah yang berbukit." Aku tengah menghubungi orang kepercayaan ayah. 

"Ya, Kak. Saya ke sana."

Hingga akhirnya, aku dan orang kepercayaan ayah memutuskan untuk menyewa derek swasta yang memasang tarif lumayan. Padahal tangki mobilku sudah terendam bensin kembali, tapi nyatanya mobil ini tidak bisa diselamatkan oleh bensin saja. 

Aku merasa amat sial sekarang. 

Membuang kemarahanku, tapi aku membuat diriku susah sendiri. 

"Diatur aja, Pak. Ini kuncinya ya? Aku turun di sini aja, aku pulang nanti naik taksi online." Aku minta berhenti di pertigaan arah kota. 

"Ati-ati, Kak. Kabarin aja kalau butuh bantuan lagi." Untungnya orang kepercayaan ayah cukup baik. 

"Siap, Pak." Aku menutup kembali mobilnya. 

Aku belum makan dari tadi dan baru sekarang terasa lapar. Setelah mencari cafe terdekat di google, aku langsung memesan taksi online. 

Emosiku sekarang memang sudah luntur, tapi kekesalanku pada diriku sendiri sekarang lebih dominan. Aku merasa bodoh, karena merusak mobil sejuta kenangan tersebut. 

Sampai seminggu kemudian, mobilku belum juga beres. Aku menemui orang kepercayaan ayah yang aku percaya untuk membereskan mobilku, sekedar ingin tahu tempat diperbaikinya mobilku itu. 

"Ini kak tanda buktinya. Mobilnya di bengkel itu, soalnya banyak barang yang lagi dipesan." Ia memberikan secarik nota. 

Apa sebaiknya diupgrade kembali saja kah? Daripada membereskan saja, takutnya mobilku ketinggalan kapasitas balapnya. 

"Udah dipesankan belum ya, Pak? Aku mau sekalian upgrade aja deh." Aku membaca pesanan yang belum dibayar tersebut. 

"Boleh, Kak. Langsung aja ke Bengkel yang dekat lampu merah itu, Kak. Saya biasanya langganan di situ, mobil ditinggal pun tenang dan gak takut onderdil diganti."

Eh, apa katanya? Bengkel dekat lampu merah?

Jelas aku langsung melirik nama bengkel yang tercetak tebal di atas nota tersebut. 

AutoVar Project

Aku hafal nama bengkel itu, bahkan tahu pemiliknya. Aku takutnya, aku ke sana dan sedang ada dirinya di sana. 

Eh, tapi kan usahanya sudah dalam asuhan ayah. Pendapatan bengkelnya akan dipotong berapa persen, karena orang-orang ayah yang akan mengurus usaha tersebut. 

Halah, tenang saja. Toh, si bang Bengkel itu tengah menikmati kebersamaan keluarga kecilnya di Aceh. 

"Ya udah aku ke sana, minta tolong bereskan dulu ini, Pak." Aku menyodorkan beberapa map yang memang harus ia kerjakan. 

"Siap, Kak. Ati-ati." Orang ayah mengangguk mantap. 

Tidak ada kendaraan, mau tidak mau taksi online menjadi pilihan. Bang Zio sedang ada pekerjaan di Jepara, ia membawa mobil lainnya yang tersedia di sini. 

"Siang, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" Seorang karyawan bengkel berseragam bordir di punggungnya menghampiriku. 

"Ini, Bang. Mau cek mobil Saya." Aku mengulurkan secarik nota tersebut. 

"Oh, sebelah sini, Mbak." Ia mengajakku untuk mengikutikunya. 

Sebelah mana sih? Kok aku merasa bengkel ini semakin luas? 

Tengah dikerjakan beberapa orang, bahkan ada yang masuk ke kolongnya. Kok panjang sekali tubuh karyawan yang masuk ke kolong mobil ini, seperti tubuh…….

...****************...

Terpopuler

Comments

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

malah ketemu org yg (tidak) alias diharapkan 😄

2023-08-09

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

jadi lebih rugi ya Ra, malah mobil kesayangan jd rusak🙄

2023-08-09

1

Edelweiss🍀

Edelweiss🍀

pernah kejadian nih motor kakakku rusak parah gara2 kehabisan bensin😥

2023-08-09

1

lihat semua
Episodes
1 H&W1. Balap di lampu merah
2 H&W2. Tamu malam-malam
3 H&W3. Interaksi Galen
4 H&W4. Eklampsia
5 H&W5. Drama mimi cucu
6 H&W6. Kabar di sana
7 H&W7. Alasan di balik tujuan
8 H&W8. Semua tentangnya
9 H&W9. Menikah secepatnya
10 H&W10. Panggilan video
11 H&W11. Tiba-tiba meragu
12 H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13 H&W13. Dijemput di bandara
14 H&W14. Perkenalan baru
15 H&W15. Ngapel
16 H&W16. Meminta keputusan
17 H&W17. Meminta kesepakatan
18 H&W18. Undur diri
19 H&W19. Kehabisan bensin
20 H&W20. Bawah kolong
21 H&W21. Cari makan
22 H&W22. Kejadian di sana
23 H&W23. Kejadian di sana 2
24 H&W24. Di kamar bengkel
25 H&W25. Berkunjung pagi
26 H&W26. Suka jajan perempuan
27 H&W27. Mengorek kisah lalu
28 H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29 H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30 H&W30. Berduaan di halaman rumah
31 H&W31. Halaman samping
32 H&W32. Niat baik ayah Givan
33 H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34 H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35 H&W35. Drama Galen
36 H&W36. Pencerahan biyung
37 H&W37. Dibabat biyung
38 H&W38. Nanny dan baby sitter
39 H&W39. Respon Farah
40 H&W40. Akad tidak disaksikan
41 H&W41. Improvisasi prosesi
42 H&W42. Menengok Farah
43 H&W43. Good mood
44 H&W44. Sensasinya
45 H&W45. Obrolan meja makan
46 H&W46. Perubahan tubuh
47 H&W47. Hina menghinakan
48 H&W48. Jeda obrolan
49 H&W49. Tempat tinggal
50 H&W50. Dikecewakan keputusan
51 H&W51. Mendadak panik
52 H&W52. Dirawat
53 H&W53. Sumbangan tenaga
54 H&W54. Sudah mengabari
55 H&W55. Bertengkar
56 H&W56. Menuntut keputusan cepat
57 H&W57. Pisah sejenak
58 H&W58. Ditegur mertua
59 H&W59. Pulang ke rumah
60 H&W60. Penilaian ayah
61 H&W61. Ketukan pintu
62 H&W62. Isi chatting
63 H&W63. Opsi baru
64 H&W64. Mencari Galen
65 H&W65. Niat mengajak
66 H&W66. Tamu kedinginan
67 H&W67. Keputusan tetap
68 H&W68. Suami ekspresif
69 H&W69. Surat-surat penting
70 H&W70. Rasa tersinggung
71 H&W71. Harga diri tergores
72 H&W72. Bertukar pikiran
73 H&W73. Akan berbelanja
74 H&W74. Adu banteng
75 H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76 H&W76. Kesepakatan dari ayah
77 H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78 H&W78. Menenangkan Ra
79 H&W79. Penenang hati
80 H&W80. Menjaga sikap
81 H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82 H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83 H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84 H&W84. Pergi ke wali
85 H&W85. Ribut dengan Chandra
86 H&W86. Membuka permasalahan
87 H&W87. Kembali ke ayah
88 H&W88. Cerita dari bang Chandra
89 H&W89. Jasmine pamit
90 H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91 H&W91. Sudut pandang mama Aca
92 H&W92. Membayar jasa
93 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94 H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95 H&W94. Menjenguk Bunga
96 H&W95. Membantu makwa
97 H&W96. Menengok kondisi Hema
98 H&W97. Kabar tak terduga
99 H&W98. Satu tahun kemudian
100 H&W99. Membawa dua anak
101 H&W100. Duka
102 H&W101. Secuil keterangan Han
103 H&W102. Sidang Hema
104 H&W103. Sudah normal
105 H&W104. Masa hukum selesai
106 H&W105. Menghirup udara bebas
107 AGAM
108 H&W106. Tabur paku
109 H&W107. Eror
110 H&W108. Nekat membeli
111 H&W109. Pembalasan Hema
112 H&W110. TAMAT
113 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 113 Episodes

1
H&W1. Balap di lampu merah
2
H&W2. Tamu malam-malam
3
H&W3. Interaksi Galen
4
H&W4. Eklampsia
5
H&W5. Drama mimi cucu
6
H&W6. Kabar di sana
7
H&W7. Alasan di balik tujuan
8
H&W8. Semua tentangnya
9
H&W9. Menikah secepatnya
10
H&W10. Panggilan video
11
H&W11. Tiba-tiba meragu
12
H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13
H&W13. Dijemput di bandara
14
H&W14. Perkenalan baru
15
H&W15. Ngapel
16
H&W16. Meminta keputusan
17
H&W17. Meminta kesepakatan
18
H&W18. Undur diri
19
H&W19. Kehabisan bensin
20
H&W20. Bawah kolong
21
H&W21. Cari makan
22
H&W22. Kejadian di sana
23
H&W23. Kejadian di sana 2
24
H&W24. Di kamar bengkel
25
H&W25. Berkunjung pagi
26
H&W26. Suka jajan perempuan
27
H&W27. Mengorek kisah lalu
28
H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29
H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30
H&W30. Berduaan di halaman rumah
31
H&W31. Halaman samping
32
H&W32. Niat baik ayah Givan
33
H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34
H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35
H&W35. Drama Galen
36
H&W36. Pencerahan biyung
37
H&W37. Dibabat biyung
38
H&W38. Nanny dan baby sitter
39
H&W39. Respon Farah
40
H&W40. Akad tidak disaksikan
41
H&W41. Improvisasi prosesi
42
H&W42. Menengok Farah
43
H&W43. Good mood
44
H&W44. Sensasinya
45
H&W45. Obrolan meja makan
46
H&W46. Perubahan tubuh
47
H&W47. Hina menghinakan
48
H&W48. Jeda obrolan
49
H&W49. Tempat tinggal
50
H&W50. Dikecewakan keputusan
51
H&W51. Mendadak panik
52
H&W52. Dirawat
53
H&W53. Sumbangan tenaga
54
H&W54. Sudah mengabari
55
H&W55. Bertengkar
56
H&W56. Menuntut keputusan cepat
57
H&W57. Pisah sejenak
58
H&W58. Ditegur mertua
59
H&W59. Pulang ke rumah
60
H&W60. Penilaian ayah
61
H&W61. Ketukan pintu
62
H&W62. Isi chatting
63
H&W63. Opsi baru
64
H&W64. Mencari Galen
65
H&W65. Niat mengajak
66
H&W66. Tamu kedinginan
67
H&W67. Keputusan tetap
68
H&W68. Suami ekspresif
69
H&W69. Surat-surat penting
70
H&W70. Rasa tersinggung
71
H&W71. Harga diri tergores
72
H&W72. Bertukar pikiran
73
H&W73. Akan berbelanja
74
H&W74. Adu banteng
75
H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76
H&W76. Kesepakatan dari ayah
77
H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78
H&W78. Menenangkan Ra
79
H&W79. Penenang hati
80
H&W80. Menjaga sikap
81
H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82
H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83
H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84
H&W84. Pergi ke wali
85
H&W85. Ribut dengan Chandra
86
H&W86. Membuka permasalahan
87
H&W87. Kembali ke ayah
88
H&W88. Cerita dari bang Chandra
89
H&W89. Jasmine pamit
90
H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91
H&W91. Sudut pandang mama Aca
92
H&W92. Membayar jasa
93
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94
H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95
H&W94. Menjenguk Bunga
96
H&W95. Membantu makwa
97
H&W96. Menengok kondisi Hema
98
H&W97. Kabar tak terduga
99
H&W98. Satu tahun kemudian
100
H&W99. Membawa dua anak
101
H&W100. Duka
102
H&W101. Secuil keterangan Han
103
H&W102. Sidang Hema
104
H&W103. Sudah normal
105
H&W104. Masa hukum selesai
106
H&W105. Menghirup udara bebas
107
AGAM
108
H&W106. Tabur paku
109
H&W107. Eror
110
H&W108. Nekat membeli
111
H&W109. Pembalasan Hema
112
H&W110. TAMAT
113
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!