H&W14. Perkenalan baru

Kemudian, ia mengambil ponselnya kembali yang berada di tangan biyung. Ia berjalan memutar, kemudian duduk di sofa double yang berada di ruangan ini. 

"Kau sendiri udah ngomong langsung belum?" Nada halus dengan logat daerah sini selalu keluar dari mulut biyung. 

Aku penghafal juga seperti dirinya, tapi nada suaraku tidak selembut dirinya. Suaraku cenderung lantang, logatku pun keras juga. 

"Udah, Biyung. Aku udah ngomong aja, katanya nanti dibicarakan lagi. Nantinya kapan kan gitu, Biyung?" Ekspresi wajahnya seolah frustasi sekali. 

"Kau ini betulan kah pengen nikah sama Ra? Orang Ranya tak mau kok." 

Akhirnya, aku sekarang menjadi pusat perhatian. 

"Ra, memang kamu gak mau sama aku? Kan katanya mau? Gimana sih? Galau nih." Bang Bengkel langsung berekspresi sedih. 

"Ra, cari yang jelas. Biyung pernah sama duda tak jelas, kehidupan rasanya kek drama betul tau." Biyung langsung manyun tinggi. 

Harusnya biyung tidak membahas ini di depan bang Bengkel. Dia duda soalnya, khawatir tersinggung. 

"Aku gak jelas gimana, Biyung? Beneran kok duda ditinggal mati, nanti diajakin deh ke makam Harum." Bang Bengkel tersenyum padaku dan menarik turunkan alisnya. 

"Udah bangun, Dek?" Ayah muncul dari ruang kerjanya, dengan kuasa hukumnya dan beberapa orang penting yang bekerja padanya. 

Om Hamdan dan kak Jasmine pun keluar dari ruangan yang sama. 

"Udah, Ayah. Ayo, katanya makan di luar." Aku tersenyum sumringah pada ayah. 

"Ya kasihkan dulu anak perempuan itu ke ayahnya." Ayah mengatakan hal itu, sembari mengantar orang-orang asing keluar rumah. 

Aku memandang Farah sebelum mengembalikan ke ayahnya, matanya polos sekali ketika ia menatapku balik. Anak perempuan yang manis dan berlesung pipi, ia tetap terlihat nyaman di lingkungan baru ini. 

"Mau ke mana, Yang?" tanya bang Bengkel, kala aku memberikan Farah ke dekapannya. 

"Mau makan di luar, Bang. Galen ke mana ya?" Aku menoleh ke biyung. 

Biyung, anakmu ini dipanggil 'yang'. Tapi lihatlah, ibuku santai menonton tayangan televisi saja.

"Tadi sih sama aku, terus diambil bang Chandra karena aku mau rapat. Ati-ati ya? Nanti aku ceritain sesuatu." Ia mengulas senyum padaku. 

Aku hanya mengangguk, kemudian meninggalkan ruang keluarga rumah orang tuaku ini. Bang Bengkel sepertinya sudah akrab dengan biyung, karena aku mendengarkan suara obrolannya ketika tengah berjalan ke luar rumah. 

Ayah menoleh ke belakang, tepatnya ke arahku. Ia memandang penampilanku, seolah aku salah berbusana. 

"Keknya, perlu ganti baju. Jangan daster, Dek. Boleh ganti gamis polos, atau dress panjang harian." 

Kenapa dengan ayah? Aku perjalanan jauh sampai naik pesawat saja, biasanya pakai daster pun tak dikomentarinya. 

"Makan di mana sih? Pinggir jalan aja tuh, Yah." Aku sudah di teras rumah, berdiri di samping ayah. 

"Di coffee shop, Ayah kenal sama ownernya. Mungkin kau bisa suka sama dia, dia bujangan." Ayah tersenyum manis. 

Oh, ternyata sudah dimulai opsi kedua itu. 

"Ya, Yah. Aku ganti baju dulu." Aku berjalan menuju rumahku yang berada di sisi kiri halaman rumah ini. 

Aku memilih untuk mengenakan gamis panjang berwarna army, dengan model potongan tangannya seperti nona belanda, mengembang tapi tidak terlalu besar. Kemudian, di bagian belakang pinggangnya terdapat karet dan juga tali. 

Tidak lupa dengan kaos kaki berwarna kulit, kemudian sandal selop yang tumitnya terbuka. Aku tidak pernah berganti style hijab, tapi aku cantik dengan segitiga yang menutupi dada.

Tidak ketinggalan juga kacamata clip on minus koleksiku. Selain untuk gaya, aku merasa mataku nyaman jika bepergian dengan kacamata. Mata minusku tidak besar, tidak ada silinder juga. Hanya minus nol koma lima untuk mata kanan dan kiri, ini pun gara-gara aku sering nonton film di laptop yang terlalu lama. 

"Aku udah siap, Yah. Galen diajak tak?" Aku menghampiri ayah yang berada di depan mobil ping milikku. 

Ini adalah mobil biyung, tapi aku yang rutin memakainya. 

"Diajak, biar laki-laki itu tau kau punya anak kecil. Nanti jemput di rumah bang Chandra, dia juga baru bangun tidur katanya." Ayah bergerak masuk ke dalam mobil, begitu pun dengan aku. 

Galen sudah kami jemput dan kami akhirnya sampai di coffee shop yang ayah maksud, aku tidak yakin di sini ada makanan berat. Tidak jauh dari mie dan pasta menunya, bagiku itu hanya cemilan. 

"Tolong panggilkan Zakariya," pinta ayah setelah memesan menu. 

Galen kadang bisa dikondisikan, kadang sulit dikondisikan. Contohnya saja sekarang, dari sejak di mobil ia minta ASI terus. 

Tak lama kemudian, laki-laki berpakaian rapi berjalan ke arah meja kami. Bukan aku ilfeel dengan penampilannya, ia rapi terlihat seperti bos pada umumnya kok. Hanya saja, kenapa rambutnya harus gondrong? 

"Eh, Om. Sama siapa nih? Kok bukan biyung?" Ia menyambut ayah dengan ramah. 

Ia berjabat tangan dengan ayah, tapi aku langsung memasang telapak tanganku di depan dada saat ia minta berjabat tangan. Kakakku laki-laki pun gondrong juga sepertinya, tapi terurus dan tertata. Tidak seperti rambutnya, ikal dan terlihat gersang. 

Aduh, aku langsung tidak tertarik. 

"Ini anak perempuan Om, namanya Ra." Ayah merangkulku sekilas. "Sini ikut gabung," lanjutnya dengan memandang laki-laki tersebut. 

"Ohh, ini anak Om yang pernah Om ceritakan itu ya? Ini cucu Om ya?" Tangannya terulur ingin menyentuh tangan Galen yang tengah menarik kerudungku agar tetap menutupinya. 

Tidak seperti pada bang Bengkel, Galen berteriak dan menendang tangan yang hampir menyentuhnya itu. Ia melepaskan ASIku dan memandang sengit laki-laki yang duduk di depanku itu, Galen seolah merasa dirinya diganggu dengan laki-laki itu. 

"Sini duduk sama Kakek." Ayah mencoba menggendong Galen, tapi ia malah memilih kembali ke dalam kerudungku. 

Ia mencaplok pabrik ASInya kembali. 

"Dari mana, Om?" tanya Zakariya tersebut. 

"Dari rumah, sengaja mau ke sini. Ra udah mutusin untuk rumah tangga kembali, barangkali ada feel ke kau." Ayah terkekeh kecil. 

Ayah to the point sekali. 

"Aku sih mau pastinya, Om. Tapi lihat aja, tatapan Ra bengis betul begitu." Ia melirikku.

"Ohh, memang bawaan mukanya itu sih. Aslinya orangnya asik kok." Ayah seolah mempromosikan diriku. 

"Aku pun asik kok, Ra. Kau suka travelling tak? Boleh kapan-kapan aku ajakin wisata ya? Aku pernah ke…."

Terjadi banyak obrolan di sini, termasuk pertukaran nomor chatku. Namun, begitu sampai di rumah. Tanpa pikir panjang, aku langsung memblokir nomor tersebut. 

Perkenalan tadi merusak moodku hari ini, sampai malam pun aku tetap ingin cemberut dan mengunci mulutku. Aku tidak habis pikir dengan ayah, bisa-bisanya mengenalkan anaknya dengan laki-laki seperti itu? 

Laki-laki itu terlalu pamer dirinya, bahkan saat belum aku tanya. Menurutku, ia terlampau ingin aku tahu tentang dirinya. Kenapa tidak seperti bang Bengkel pembawaannya? Aku bertanya, ia sedikit terkejut dan pada akhirnya menjawab semua pertanyaanku.

Aku merasa keberadaanku lebih dihargai, karena bang Bengkel menjawab pertanyaanku. Aku pun merasa bahwa dirinya benar-benar asyik, tanpa mengumbar semua tentangnya secara berlebihan di luar pertanyaan. 

"Mikirin apa, Ra? Ngelamun aja sendirian, Galen udah tidak?" sapa orang asing, bukan dari keluargaku. 

...****************...

Terpopuler

Comments

Auralia Citra Rengganis

Auralia Citra Rengganis

Feeling anak kuat loh noh lihat dr awal kenal Galen nemplok aja ke bang bengkel sama ky biyung ke ayah

2023-08-06

1

Ra2

Ra2

tenang Ra ga cocok sama yg ini
msh ada stok cowo lainnya 🫢

2023-08-06

2

YL89

YL89

hayoooo siapAKah itu???Bunga atau abg bengkel

2023-08-06

1

lihat semua
Episodes
1 H&W1. Balap di lampu merah
2 H&W2. Tamu malam-malam
3 H&W3. Interaksi Galen
4 H&W4. Eklampsia
5 H&W5. Drama mimi cucu
6 H&W6. Kabar di sana
7 H&W7. Alasan di balik tujuan
8 H&W8. Semua tentangnya
9 H&W9. Menikah secepatnya
10 H&W10. Panggilan video
11 H&W11. Tiba-tiba meragu
12 H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13 H&W13. Dijemput di bandara
14 H&W14. Perkenalan baru
15 H&W15. Ngapel
16 H&W16. Meminta keputusan
17 H&W17. Meminta kesepakatan
18 H&W18. Undur diri
19 H&W19. Kehabisan bensin
20 H&W20. Bawah kolong
21 H&W21. Cari makan
22 H&W22. Kejadian di sana
23 H&W23. Kejadian di sana 2
24 H&W24. Di kamar bengkel
25 H&W25. Berkunjung pagi
26 H&W26. Suka jajan perempuan
27 H&W27. Mengorek kisah lalu
28 H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29 H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30 H&W30. Berduaan di halaman rumah
31 H&W31. Halaman samping
32 H&W32. Niat baik ayah Givan
33 H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34 H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35 H&W35. Drama Galen
36 H&W36. Pencerahan biyung
37 H&W37. Dibabat biyung
38 H&W38. Nanny dan baby sitter
39 H&W39. Respon Farah
40 H&W40. Akad tidak disaksikan
41 H&W41. Improvisasi prosesi
42 H&W42. Menengok Farah
43 H&W43. Good mood
44 H&W44. Sensasinya
45 H&W45. Obrolan meja makan
46 H&W46. Perubahan tubuh
47 H&W47. Hina menghinakan
48 H&W48. Jeda obrolan
49 H&W49. Tempat tinggal
50 H&W50. Dikecewakan keputusan
51 H&W51. Mendadak panik
52 H&W52. Dirawat
53 H&W53. Sumbangan tenaga
54 H&W54. Sudah mengabari
55 H&W55. Bertengkar
56 H&W56. Menuntut keputusan cepat
57 H&W57. Pisah sejenak
58 H&W58. Ditegur mertua
59 H&W59. Pulang ke rumah
60 H&W60. Penilaian ayah
61 H&W61. Ketukan pintu
62 H&W62. Isi chatting
63 H&W63. Opsi baru
64 H&W64. Mencari Galen
65 H&W65. Niat mengajak
66 H&W66. Tamu kedinginan
67 H&W67. Keputusan tetap
68 H&W68. Suami ekspresif
69 H&W69. Surat-surat penting
70 H&W70. Rasa tersinggung
71 H&W71. Harga diri tergores
72 H&W72. Bertukar pikiran
73 H&W73. Akan berbelanja
74 H&W74. Adu banteng
75 H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76 H&W76. Kesepakatan dari ayah
77 H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78 H&W78. Menenangkan Ra
79 H&W79. Penenang hati
80 H&W80. Menjaga sikap
81 H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82 H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83 H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84 H&W84. Pergi ke wali
85 H&W85. Ribut dengan Chandra
86 H&W86. Membuka permasalahan
87 H&W87. Kembali ke ayah
88 H&W88. Cerita dari bang Chandra
89 H&W89. Jasmine pamit
90 H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91 H&W91. Sudut pandang mama Aca
92 H&W92. Membayar jasa
93 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94 H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95 H&W94. Menjenguk Bunga
96 H&W95. Membantu makwa
97 H&W96. Menengok kondisi Hema
98 H&W97. Kabar tak terduga
99 H&W98. Satu tahun kemudian
100 H&W99. Membawa dua anak
101 H&W100. Duka
102 H&W101. Secuil keterangan Han
103 H&W102. Sidang Hema
104 H&W103. Sudah normal
105 H&W104. Masa hukum selesai
106 H&W105. Menghirup udara bebas
107 AGAM
108 H&W106. Tabur paku
109 H&W107. Eror
110 H&W108. Nekat membeli
111 H&W109. Pembalasan Hema
112 H&W110. TAMAT
113 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 113 Episodes

1
H&W1. Balap di lampu merah
2
H&W2. Tamu malam-malam
3
H&W3. Interaksi Galen
4
H&W4. Eklampsia
5
H&W5. Drama mimi cucu
6
H&W6. Kabar di sana
7
H&W7. Alasan di balik tujuan
8
H&W8. Semua tentangnya
9
H&W9. Menikah secepatnya
10
H&W10. Panggilan video
11
H&W11. Tiba-tiba meragu
12
H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13
H&W13. Dijemput di bandara
14
H&W14. Perkenalan baru
15
H&W15. Ngapel
16
H&W16. Meminta keputusan
17
H&W17. Meminta kesepakatan
18
H&W18. Undur diri
19
H&W19. Kehabisan bensin
20
H&W20. Bawah kolong
21
H&W21. Cari makan
22
H&W22. Kejadian di sana
23
H&W23. Kejadian di sana 2
24
H&W24. Di kamar bengkel
25
H&W25. Berkunjung pagi
26
H&W26. Suka jajan perempuan
27
H&W27. Mengorek kisah lalu
28
H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29
H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30
H&W30. Berduaan di halaman rumah
31
H&W31. Halaman samping
32
H&W32. Niat baik ayah Givan
33
H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34
H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35
H&W35. Drama Galen
36
H&W36. Pencerahan biyung
37
H&W37. Dibabat biyung
38
H&W38. Nanny dan baby sitter
39
H&W39. Respon Farah
40
H&W40. Akad tidak disaksikan
41
H&W41. Improvisasi prosesi
42
H&W42. Menengok Farah
43
H&W43. Good mood
44
H&W44. Sensasinya
45
H&W45. Obrolan meja makan
46
H&W46. Perubahan tubuh
47
H&W47. Hina menghinakan
48
H&W48. Jeda obrolan
49
H&W49. Tempat tinggal
50
H&W50. Dikecewakan keputusan
51
H&W51. Mendadak panik
52
H&W52. Dirawat
53
H&W53. Sumbangan tenaga
54
H&W54. Sudah mengabari
55
H&W55. Bertengkar
56
H&W56. Menuntut keputusan cepat
57
H&W57. Pisah sejenak
58
H&W58. Ditegur mertua
59
H&W59. Pulang ke rumah
60
H&W60. Penilaian ayah
61
H&W61. Ketukan pintu
62
H&W62. Isi chatting
63
H&W63. Opsi baru
64
H&W64. Mencari Galen
65
H&W65. Niat mengajak
66
H&W66. Tamu kedinginan
67
H&W67. Keputusan tetap
68
H&W68. Suami ekspresif
69
H&W69. Surat-surat penting
70
H&W70. Rasa tersinggung
71
H&W71. Harga diri tergores
72
H&W72. Bertukar pikiran
73
H&W73. Akan berbelanja
74
H&W74. Adu banteng
75
H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76
H&W76. Kesepakatan dari ayah
77
H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78
H&W78. Menenangkan Ra
79
H&W79. Penenang hati
80
H&W80. Menjaga sikap
81
H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82
H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83
H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84
H&W84. Pergi ke wali
85
H&W85. Ribut dengan Chandra
86
H&W86. Membuka permasalahan
87
H&W87. Kembali ke ayah
88
H&W88. Cerita dari bang Chandra
89
H&W89. Jasmine pamit
90
H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91
H&W91. Sudut pandang mama Aca
92
H&W92. Membayar jasa
93
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94
H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95
H&W94. Menjenguk Bunga
96
H&W95. Membantu makwa
97
H&W96. Menengok kondisi Hema
98
H&W97. Kabar tak terduga
99
H&W98. Satu tahun kemudian
100
H&W99. Membawa dua anak
101
H&W100. Duka
102
H&W101. Secuil keterangan Han
103
H&W102. Sidang Hema
104
H&W103. Sudah normal
105
H&W104. Masa hukum selesai
106
H&W105. Menghirup udara bebas
107
AGAM
108
H&W106. Tabur paku
109
H&W107. Eror
110
H&W108. Nekat membeli
111
H&W109. Pembalasan Hema
112
H&W110. TAMAT
113
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!