Sejak Bunga melahirkan, sekitar enam bulan yang lalu. Suaminya memang sering bolak-balik ke Bekasi, tapi mereka tetap terlihat romantis dan damai kok. Ya tidak tahu juga kondisi dalam rumah tangga tersebut, karena aku cuma menilai dari luar.
[Nanti yang jemput di bandara sini aku, Yang.]
Entah jurus apa yang sedang diluncurkan bang Bengkel, tapi aku baper. Semoga di samping ia memanfaatkanku untuk bisa mengambil anaknya yang di Bunga, ia juga bisa tulus mencintaiku dan menjadi orang tua yang baik untuk anakku. Yang terpenting, ia tidak KDRT kembali dan berfungsi dengan baik untuk segala kehidupanku dan Galen.
Aku bisa mempertimbangkan dirinya, karena aku tidak melihat minusnya di awal. Bukan karena dia tampan, bukan juga karena tubuh gagahnya. Tapi, ia bertanggung jawab dengan anaknya. Untuk kedepannya, aku merasa yakin bahwa ia akan mampu bertanggung jawab pada kehidupan kami.
Ini bukan tentang nafkah lahir saja, orang tuaku masih mampu memberiku sandang dan pangan yang amat layak. Tapi aku butuh teman tidur, aku perempuan normal yang sedikit gatal. Pada suamiku yang kemarin saja, aku berani meminta jatah batinku. Galen pun butuh peranan ayah, ia nemplok saja dengan bang Bengkel membuatku malu sendiri.
[Masih lama, Bang. Aku masih di Cirebon.] aku membalas pesannya, setelah sekian lama memperhatikan panggilan sayangnya untukku yang berada di belakang kalimatnya itu.
[Ati-ati ya?] kemudian sebuah foto disertakan. Ia tersenyum lebar, dengan pemandangan di belakangnya adalah om Hamdan yang tengah menggendong Farah tengah bercakap-cakap dengan kak Jasmine.
Kak Jasmine adalah kakakku, ia anak asuh orang tuaku. Sebelumnya, ia adalah anak dari mantan suami ibuku dengan perempuan lain. Ayah dan ibuku pernah bercerai, masing-masing dari mereka menikah kembali dan memiliki anak dengan pasangan barunya itu. Kemudian akhirnya ayah dan ibuku kembali rujuk, lalu biyung hamil aku dari rujuknya pernikahan mereka.
[Siap, Bang. Gimana kemajuan komunikasi Abang sama Bunga?] aku penasaran, meski sebelumnya menahan diri untuk menanyakan hal itu sejak kemarin.
Aku tidak tahu pasti cerita masa lalu bang Bengkel dan Bunga. Tapi yang jelas, Bunga seolah memanfaatkan hubungannya dengan bang Bengkel untuk memperoleh anak dan untuk bisa rujuk kembali dengan suaminya. Sedangkan sekarang, bang Bengkel tidak terima dan ingin mengambil kembali bayi yang Bunga lahirkan yang merupakan darah dagingnya.
Tapi kepastian tentang anak Bunga darah daging siapa, itu harus dilakukan tes kembali.
[Ketemu sekali pas baru masuk pagar. Pas lagi ngobrol serius sama om Givan di dalam rumah, Bunga izin ke om Givan untuk pulang ke ayahnya. Sampai sekarang dia di tempat orang tuanya, kami belum ada obrolan sama sekali.]
Bunga terkesan melarikan diri, pasti ia takut.
[Aku pengen masalah itu tak berlarut-larut, semoga kebenaran Zee cepat terungkap sebelum kita nikah.] aku sebenarnya malu mengetikan kata terakhir dalam pesan itu.
[Nama anak Bunga Zee?] balasnya kemudian.
Apa sebelumnya aku tidak memberitahu kah?
[Iya, Zea Zaaei.] tadinya mau Zeze, tapi Bunga takut anaknya jadi dipanggil 'Jeje'.
Sebenarnya tidak masalah, tapi sepertinya ia takut anaknya viral.
[Aku udah ngobrol sama biyung, katanya kalau nikah dengan rencana resepsi yang aku ceritain ke biyung, paling bisa habis lebaran.]
Duh, lama sekali. Jika dekat dengan dirinya, pembahasannya sudah ke arah sana saja. Ia seolah memancing kebrutalanku, ia seolah ingin aku mengeluarkan sisi liarku.
[Lama betul, siri aja dulu.] balasku cepat.
Di sana lumrah menikah siri, entah apa pendapat bang Bengkel. Tapi hal itu dilakukan untuk menghindari perzinahan, karena banyak yang harus diatur bersama menuju prosesi pernikahan.
[Jangan 😫, resmi aja. Nanti adiknya Farah tercatat anaknya ibunya aja, kan horror banget itu.]
Aku terkekeh melihat emoticon pada balasannya.
[Jangan dibuat hamil dulu.] kok aku terkesan cabul dengan balasanku?
Duh, sayangnya sudah terbaca lagi. Kira-kira, apa ya yang ia pikirkan?
[Mau gimana? Buang di luar? Di dada? Di muka? Di perut? Atau di mulut?]
Tak lama kemudian, ia lekas memberikan emoticon [✌].
Ia mesum juga. Tapi kalau laki-laki tak mesum, seperti tidak ada daya tariknya. Masa iya dalam hubungan ranjang, malah istrinya yang mendominasi? Kan tidak lucu.
[Aku gak mau kenal KB, udah cukup Harum KB gila-gilaan, berujung ada masalah pas hamil.] tambahnya kembali, karena aku belum mengirimkan balasan.
[Kalau memang mampu hadapi perempuan hamil, handle aktivitas yang belum dikerjakan, urus anak dan tugas perempuan lainnya. Ya tak masalah kok.] aku tidak pernah memikirkan berapa nanti jumlah anakku nanti, yang penting suamiku baik dan benar saja dulu.
[Siap menghamili berkali-kali 😁]
Aku jadi membayangkan senyum merekahnya, ditambah dengan lesung pipinya yang khas sekali.
[Ayo freestyle 🤣] aku cekikikan sendiri melihat balasanku.
"Na…. Mah…. Maaaaa…." Suara Galen seperti di belakangku.
Aku lekas memutar kursi kerjaku, kemudian mendapati ayah yang tengah menatapku datar dengan menggendong cucunya. Aku membeku, aku khawatir ayah sempat membaca pesan pribadiku dengan bang Bengkel tadi.
"Chatting terus!" sindirnya kemudian.
Aku hanya memamerkan gigiku yang kurang rapi ini.
"Ayo pulang, ngobrolnya sambil di perjalanan aja." Ayah berbalik badan dan keluar dari ruanganku lebih dulu.
Aku segera menyusul, tidak lupa mengambil tas dan memasukkan ponselku dalam tas.
"Yo, Ayah tinggal ya? Nanti minta arahkan, kalau bingung." Ayah menghampiri kakak laki-lakiku lain ibu.
Bang Zio, dia adalah anak ayah dari pernikahannya dengan perempuan lain saat bercerai dengan biyung. Biyung adalah ibuku, itu panggilan yang diajarkan oleh biyung untuk sebutan seperti 'ibu'.
"Siap, Yah." Bang Zio melirikku.
"Ati-ati, Dek." Bang Zio memelukku sekilas dan tersenyum lebar.
"Aku pulang dulu, Bang." Aku menyempatkan untuk mengusap punggungnya tadi.
Ayah yang mengemudi, sedangkan Galen tengah ASI padaku. Aku menguap beberapa kali, aku kurang tidur untuk mengejar pekerjaan. Eh, ternyata ayah membawa bang Zio untuk melanjutkan pekerjaanku.
"Jangan melanjutkan skandal, Ra. Cukup Ayah sama papa Ghifar yang tukeran jodoh, rasanya tak nyaman hidup berdampingan sama seseorang di masa lalu kita. Biarpun kita udah biasa aja, tapi aslinya rasa canggung itu ada." Ayah membuka obrolan, setelah mobil putih ini memasuki jalan tol.
"Aku tertarik, Yah." Aku bingung ingin menjawab apa.
"Ayah bisa kenalkan laki-laki lain, kamu udah siap rumah tangga lagi kah?" Ayah menoleh sekilas, kemudian fokus ke depan kembali.
Aku membayangkan jangka panjangnya karena ucapan ayah itu. Menikah bukan untuk jangka waktu satu atau dua bulan, sedangkan aku bersaudara dengan Bunga jelas untuk selamanya.
Apa kelaknya pilihanku ini, tidak merusak silaturahmiku bersama Bunga? Namun, apa mungkin jika skandal mereka terulang di belakangku setelah kami menikah?
"Hmmm, mungkin….
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Ra2
KL Ra jadi sama Han ,,terlalu banyak yg harus d pertimbangkan
2023-08-05
2
Red Velvet
kak nisa jgn bikin galau dong, apakah Han dan Ra itu gak berjodoh😥😥😥 takutnya ada muncul main caracter cowo nya lagi🤔
2023-08-05
1
Red Velvet
siapa nih kandidat pilihan ayah🤔
2023-08-05
1