H&W7. Alasan di balik tujuan

"Nih, air putih." Bang Bengkel menyodorkan air mineral kemasan gelas yang sudah ia buka plastik penutup atasnya. 

Aku langsung menerima dan meneguknya. Syukurlah, sayuran yang mengganjal di tenggorokan tadi langsung hilang. 

"Albundio…. Albundio…. Kamu kentara banget pakai Ra untuk jadi alat kamu." Om Hamdan geleng-geleng kepala. 

Aku terdiam, bukan karena aku tidak terima dengan pernyataan om Hamdan. Tapi kan, kondisinya aku pun butuh alat. Bukan hanya tentang ranjang saja, tapi egoku ingin diberi makan juga. Lelah loh bekerja sambil membawa anak, sebelumnya sudah aku lakukan di sana. Aku membantu ayah untuk merekap laporan usaha, sebelum sampai di tangan ayah. Katakanlah, aku bekerja pada ayah. 

Sepandai-pandai perempuan mencari uang, ia tetap ingin dinafkahi. Sehebat apapun agamanya, ia tetap ingin dibimbing, meski hanya diajak untuk berjamaah di rumah. Semandiri apapun perempuan tersebut, fitrahnya tetap saja manja. 

Aku bisa melakukan semuanya sendiri, karena desakan keadaan. Jika memang aku tidak ingat dosa, kebutuhan batinku pun bisa aku penuhi sendiri. Sayangnya, aku tak pernah mau pahala sebesar gunung hilang seketika karena kegiatan tidak terpuji, meski hanya aku dan Tuhanku yang tahu. 

"Gak, Yah. Gini deh…." Ia menepuk pundakku dengan ujung jarinya. 

Aku menoleh dan melihat ke arah tangannya, salah fokus sejenak melihat jarinya. Namun, aku langsung memandang wajahnya. Di pesantren, ada kitab yang dipelajari tentang adab pernikahan dan berumah tangga, termasuk soal etika berhubungan suami istri. Cangkupannya tentu luas, dari ciri-ciri fisik laki-laki dan juga titik sensitifnya. 

Jangan tanyakan kemampuanku untuk melayani suami. Meskipun tidak pernah berzina untuk mengasah skill, tapi aku punya ilmunya dan juga tentu berani mencoba ilmuku dengan pasangan halalku. 

"Ra…. Maaf. Mau diajak berpacaran dulu?" ungkap bang Bengkel kemudian. 

Tawaran macam apa itu? Jelaslah, aku langsung menggeleng mantap. Aku tidak akan membuat hina diriku sendiri, terlepas dari kasihan pada orang tuaku. 

"Aku punya harapan untuk berumah tangga kembali, karena kasihan anak dan pengen melanjutkan hidup sebagai laki-laki normal lagi. Tapi, aku punya keinginan untuk mengambil anak aku yang ada di saudara kamu. Apa keberatan? Apa merasa dimanfaatkan?"

Mungkin, maksudnya ingin ta'aruf kali ya? Dengan ayahnya Galen pun aku ta'aruf, tapi usahanya untuk meminangku terlihat jelas. Ia sering berkunjung ke rumah, meski jarang aku temui. Ya paling, berbincang dengan ayah. 

"Abang punya apa? Abang bisa apa? Abang bernilai apa untuk aku? Apa kelaknya Abang berfungsi di kehidupan aku? Gimana ibadah Abang?" Ini adalah pertanyaan yang sama, yang dulu aku lontarkan untuk ayahnya Galen. 

Bang Bengkel terlihat kaget dengan pertanyaanku. Ia mengerutkan alisnya, kemudian menjadi memandang ayahnya. Apa ia bingung, atau tersinggung dengan pertanyaanku? 

"Mungkin, Galen ditidurkan dulu." 

Tinggal menjawab, kenapa terkesan sulit dan sensitif? 

"Hmm, kalau begitu biar sama Ayah aja di kamar. Kalian ngobrol aja di sini." Om Hamdan memandangku, setelah berbicara pada anaknya. "Kamu tidur di depan aja, Ra. Galen ditaruh di kamar depan, Om jagain sekalian nidurin Farah." Om Hamdan bangkit lebih dulu. 

Aku mengikuti langkah beliau. Aku mengangguk mengiyakan saran om Hamdan, toh om Hamdan ada di rumah ini juga. Jika memang bang Bengkel berniat buruk, kan aku tidak salah juga untuk melukainya. 

Prinsipku seperti itu saja. 

"Bentar ya? Cuci muka dulu." Bang Bengkel bergerak pergi, setelah aku kembali ke ruang tamu. 

Ia kurang istirahat, kentara sekali lelahnya. Aku pada pekerjaanku, lebih lelah otak sebenarnya. Kemarin aku tetap bisa bekerja dari rumah, lelah badan karena mengurus anak, ditambah lelah otak karena pekerjaan. Alhasil, kadang Galen main dibawa saudaraku cukup lama. 

"Maaf ya kalau buat tersinggung?" Bang Bengkel sudah kembali dengan wajahnya yang basah. 

Kenapa tidak mengusap airnya dulu? Kan ia jadi terlihat seksi kalau begitu. 

"Iya maaf juga kalau penyampaian aku kurang tepat. Gimana maksud Abang? Apa harapan dan keinginan Abang?" Aku mulai menatap lawan bicaraku. 

Buat gentar saja, karena ia malah menatapku balik. 

"Harapannya gak muluk-muluk, kayak yang tadi aku bilang. Kasihan anak, pengen anak punya ibu lagi. Pengen melanjutkan hidup sebagai laki-laki dewasa normal, yang kebutuhan biologisnya tercurahkan di tempat yang semestinya. Satu lagi, bertujuan datang ke sana untuk mengusahakan anak Bunga pindah asuhan ke ayah biologisnya ini." Ia menunjuk dirinya sendiri. 

Laki-laki memang tidak akan pernah jauh dari s**s. Malah tertulis juga kok, jika laki-laki normal itu lima belas menit sekali memikirkan s**s. Aku salut dengan mulut jujurnya, karena biasanya ada juga yang formalitas tanya jawab saja. 

"Apa yakin anak-anak Abang akan hidup dalam asuhan aku? Abang tau sendiri, jejak aku ini kriminal." Aku ingin memahami pandangannya tentangku. 

Agar terlihat nih, jika iya benar yakin denganku. Bukan hanya akal-akalan ingin sampai ke sana, dengan alasan meminangku. Toh lagian, aku menerimanya belum tentu ayah merestuinya. 

"Om Givan pernah bilang, kalau kamu hafizah Qur'an dan kamu lulusan pesantren. Aku perhatikan, akhlak kamu bagus dan kamu bisa menjaga martabat dan diri kamu sendiri."

Bagus, tapi aku tidak yakin. 

"Apa itu semua patokan yang pas untuk menjadi seorang ibu?" Sedikit mengecoh tidak masalah sepertinya. 

"Akhlak anak didapatkan dari rumahnya, dari ibunya. Ibu yang berpendidikan dan tidak, tentu terlihat dari caranya mendidik anak-anaknya. Selebihnya, aku ngajarin kamu dan kita ngajarin anak-anak kita. Atau, perlu juga kamu arahkan aku kalau memang ilmu dan wawasan aku kurang."

Dari jawaban yang ia ambil, ia terlihat dewasa. Ia mengerti bahwa beban mendidik anak itu bukan diserahkan seluruhnya pada istri, ia pun mengerti jika suami memiliki peranan untuk mendidik istri. 

"Apa yang Abang mutusin milih aku, selain alasan-alasan Abang yang tadi?" Aku tidak berharap ia jatuh cinta pada pandangan pertama juga. 

Aku perempuan logika, meski aku memahami bahwa laki-laki bisa tertarik pada wanita dalam waktu sepuluh detik saja. Kisah cinta itu diawali dari akad nikah, di luar itu semua kan sebutannya kisah zina. 

Aku perempuan beragama yang memiliki toleransi di era modern ini, tapi yang jelas aku mengerti membawa martabatku dan harga diriku sendiri. Setidaknya, ilmuku berfungsi untuk kehidupanku dulu. Barulah, untuk orang tuaku dan orang-orang di sekitarku. 

"Harta, keturunan, kecantikan, agamanya. Kamu punya harta yang pastinya gak ternilai, aku gak bermaksud untuk numpang kaya. Tapi dengan latar belakang pesantren, aku yakin kamu gak miskin ilmu. Itu, yang aku pahami dari harta. Kamu keturunan keluarga yang jelas. Kamu cantik dan agama kamu gak perlu diragukan."

Aku yakin, ia pasti ikut kajian. Karena dalam agama pun, ya memang memilih perempuan harus dengan kriteria itu. Tapi aku tersanjung dengan pengertian 'harta' menurutnya. 

"Oke, alasan terbesar selain hal yang disebutkan tadi?" Aku menunduk sejenak dan memicingkan mataku padanya. 

"Boleh aku jujur?" Ia menyentuh dada bidangnya sendiri. 

...****************...

Terpopuler

Comments

chaia

chaia

sejujurnya dr awal aku sudah tergiur melihat lekuk tubuh mu 🤭🤭🤭🤭

2023-08-04

1

Ra2

Ra2

ia bang mau jujur soal apa 🫢😀

2023-08-03

2

YL89

YL89

lngsung Tancap gas y Han demi mngambil ank bunga!!!urs z dl ankmu sm Harum,,udah bs blm???

2023-08-03

1

lihat semua
Episodes
1 H&W1. Balap di lampu merah
2 H&W2. Tamu malam-malam
3 H&W3. Interaksi Galen
4 H&W4. Eklampsia
5 H&W5. Drama mimi cucu
6 H&W6. Kabar di sana
7 H&W7. Alasan di balik tujuan
8 H&W8. Semua tentangnya
9 H&W9. Menikah secepatnya
10 H&W10. Panggilan video
11 H&W11. Tiba-tiba meragu
12 H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13 H&W13. Dijemput di bandara
14 H&W14. Perkenalan baru
15 H&W15. Ngapel
16 H&W16. Meminta keputusan
17 H&W17. Meminta kesepakatan
18 H&W18. Undur diri
19 H&W19. Kehabisan bensin
20 H&W20. Bawah kolong
21 H&W21. Cari makan
22 H&W22. Kejadian di sana
23 H&W23. Kejadian di sana 2
24 H&W24. Di kamar bengkel
25 H&W25. Berkunjung pagi
26 H&W26. Suka jajan perempuan
27 H&W27. Mengorek kisah lalu
28 H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29 H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30 H&W30. Berduaan di halaman rumah
31 H&W31. Halaman samping
32 H&W32. Niat baik ayah Givan
33 H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34 H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35 H&W35. Drama Galen
36 H&W36. Pencerahan biyung
37 H&W37. Dibabat biyung
38 H&W38. Nanny dan baby sitter
39 H&W39. Respon Farah
40 H&W40. Akad tidak disaksikan
41 H&W41. Improvisasi prosesi
42 H&W42. Menengok Farah
43 H&W43. Good mood
44 H&W44. Sensasinya
45 H&W45. Obrolan meja makan
46 H&W46. Perubahan tubuh
47 H&W47. Hina menghinakan
48 H&W48. Jeda obrolan
49 H&W49. Tempat tinggal
50 H&W50. Dikecewakan keputusan
51 H&W51. Mendadak panik
52 H&W52. Dirawat
53 H&W53. Sumbangan tenaga
54 H&W54. Sudah mengabari
55 H&W55. Bertengkar
56 H&W56. Menuntut keputusan cepat
57 H&W57. Pisah sejenak
58 H&W58. Ditegur mertua
59 H&W59. Pulang ke rumah
60 H&W60. Penilaian ayah
61 H&W61. Ketukan pintu
62 H&W62. Isi chatting
63 H&W63. Opsi baru
64 H&W64. Mencari Galen
65 H&W65. Niat mengajak
66 H&W66. Tamu kedinginan
67 H&W67. Keputusan tetap
68 H&W68. Suami ekspresif
69 H&W69. Surat-surat penting
70 H&W70. Rasa tersinggung
71 H&W71. Harga diri tergores
72 H&W72. Bertukar pikiran
73 H&W73. Akan berbelanja
74 H&W74. Adu banteng
75 H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76 H&W76. Kesepakatan dari ayah
77 H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78 H&W78. Menenangkan Ra
79 H&W79. Penenang hati
80 H&W80. Menjaga sikap
81 H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82 H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83 H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84 H&W84. Pergi ke wali
85 H&W85. Ribut dengan Chandra
86 H&W86. Membuka permasalahan
87 H&W87. Kembali ke ayah
88 H&W88. Cerita dari bang Chandra
89 H&W89. Jasmine pamit
90 H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91 H&W91. Sudut pandang mama Aca
92 H&W92. Membayar jasa
93 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94 H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95 H&W94. Menjenguk Bunga
96 H&W95. Membantu makwa
97 H&W96. Menengok kondisi Hema
98 H&W97. Kabar tak terduga
99 H&W98. Satu tahun kemudian
100 H&W99. Membawa dua anak
101 H&W100. Duka
102 H&W101. Secuil keterangan Han
103 H&W102. Sidang Hema
104 H&W103. Sudah normal
105 H&W104. Masa hukum selesai
106 H&W105. Menghirup udara bebas
107 AGAM
108 H&W106. Tabur paku
109 H&W107. Eror
110 H&W108. Nekat membeli
111 H&W109. Pembalasan Hema
112 H&W110. TAMAT
113 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 113 Episodes

1
H&W1. Balap di lampu merah
2
H&W2. Tamu malam-malam
3
H&W3. Interaksi Galen
4
H&W4. Eklampsia
5
H&W5. Drama mimi cucu
6
H&W6. Kabar di sana
7
H&W7. Alasan di balik tujuan
8
H&W8. Semua tentangnya
9
H&W9. Menikah secepatnya
10
H&W10. Panggilan video
11
H&W11. Tiba-tiba meragu
12
H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13
H&W13. Dijemput di bandara
14
H&W14. Perkenalan baru
15
H&W15. Ngapel
16
H&W16. Meminta keputusan
17
H&W17. Meminta kesepakatan
18
H&W18. Undur diri
19
H&W19. Kehabisan bensin
20
H&W20. Bawah kolong
21
H&W21. Cari makan
22
H&W22. Kejadian di sana
23
H&W23. Kejadian di sana 2
24
H&W24. Di kamar bengkel
25
H&W25. Berkunjung pagi
26
H&W26. Suka jajan perempuan
27
H&W27. Mengorek kisah lalu
28
H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29
H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30
H&W30. Berduaan di halaman rumah
31
H&W31. Halaman samping
32
H&W32. Niat baik ayah Givan
33
H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34
H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35
H&W35. Drama Galen
36
H&W36. Pencerahan biyung
37
H&W37. Dibabat biyung
38
H&W38. Nanny dan baby sitter
39
H&W39. Respon Farah
40
H&W40. Akad tidak disaksikan
41
H&W41. Improvisasi prosesi
42
H&W42. Menengok Farah
43
H&W43. Good mood
44
H&W44. Sensasinya
45
H&W45. Obrolan meja makan
46
H&W46. Perubahan tubuh
47
H&W47. Hina menghinakan
48
H&W48. Jeda obrolan
49
H&W49. Tempat tinggal
50
H&W50. Dikecewakan keputusan
51
H&W51. Mendadak panik
52
H&W52. Dirawat
53
H&W53. Sumbangan tenaga
54
H&W54. Sudah mengabari
55
H&W55. Bertengkar
56
H&W56. Menuntut keputusan cepat
57
H&W57. Pisah sejenak
58
H&W58. Ditegur mertua
59
H&W59. Pulang ke rumah
60
H&W60. Penilaian ayah
61
H&W61. Ketukan pintu
62
H&W62. Isi chatting
63
H&W63. Opsi baru
64
H&W64. Mencari Galen
65
H&W65. Niat mengajak
66
H&W66. Tamu kedinginan
67
H&W67. Keputusan tetap
68
H&W68. Suami ekspresif
69
H&W69. Surat-surat penting
70
H&W70. Rasa tersinggung
71
H&W71. Harga diri tergores
72
H&W72. Bertukar pikiran
73
H&W73. Akan berbelanja
74
H&W74. Adu banteng
75
H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76
H&W76. Kesepakatan dari ayah
77
H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78
H&W78. Menenangkan Ra
79
H&W79. Penenang hati
80
H&W80. Menjaga sikap
81
H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82
H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83
H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84
H&W84. Pergi ke wali
85
H&W85. Ribut dengan Chandra
86
H&W86. Membuka permasalahan
87
H&W87. Kembali ke ayah
88
H&W88. Cerita dari bang Chandra
89
H&W89. Jasmine pamit
90
H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91
H&W91. Sudut pandang mama Aca
92
H&W92. Membayar jasa
93
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94
H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95
H&W94. Menjenguk Bunga
96
H&W95. Membantu makwa
97
H&W96. Menengok kondisi Hema
98
H&W97. Kabar tak terduga
99
H&W98. Satu tahun kemudian
100
H&W99. Membawa dua anak
101
H&W100. Duka
102
H&W101. Secuil keterangan Han
103
H&W102. Sidang Hema
104
H&W103. Sudah normal
105
H&W104. Masa hukum selesai
106
H&W105. Menghirup udara bebas
107
AGAM
108
H&W106. Tabur paku
109
H&W107. Eror
110
H&W108. Nekat membeli
111
H&W109. Pembalasan Hema
112
H&W110. TAMAT
113
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!