H&W9. Menikah secepatnya

"Satu lagi, tolong jawab sejujurnya." Aku mengacungkan telunjukku. 

"Boleh." Ia mengangguk mantap. 

"Apa setelah kita satu atap, Abang berniat ganggu rumah tangga Bunga?" Aku takut ia bermain jorok kembali. 

"Demi Allah, aku gak bakal merebutnya dari suaminya. Aku cuma mau anak aku yang dia lahirkan, kita asuh dan kita didik dengan baik." Ia mengangkat tangan kanannya di atas kepala. 

"Lisan, aku tak percaya." Skandal itu bisa terulang, aku teringat ayahnya Bunga. 

"Aku berani buat perjanjian pranikah. Kita catat kesepakatan kita, tanda tangan diatas materai, disahkan notaris sekalian. Setelah nikah kita mau tinggal di mana, atau di mana terserah. Kita bicarakan baik-baik tentang itu. Aku pun janji, saat kamu bersalin, kamu baru bersalin, aku ikut di mana maunya kamu tinggal, meski di rumah mertua sekalipun. Aku ikuti, yang penting kamu peka dengan kenyamanan aku. Aku trauma, aku nyesel, aku gak bakal ulangi itu di pernikahan selanjutnya." Ia menepuk dadanya sendiri dan ekspresinya meyakinkan. 

"Abang ngebet nikah, atau gimana sebetulnya?" Selain aku memahami, bahwa ia memang ingin mengusahakan darah dagingnya dalam asuhannya. 

"Aku ngerasa dzolim ke ayah." Suaranya lirih sekali. 

"Jasmine pernah ke sini, dia ada kedekatan sama ayah. Aku gak tau hubungan pastinya, cuma ayah pernah nanya tentang dia boleh nikah lagi gak dan aku sakit hati gak kalau dia nikah lagi. Sedangkan, udah tiga bulan ini dia ditahan di rumah untuk urus cucunya. Biarpun aku patuh disuruh dia urus pekerjaan di luar, tapi hak-hak dan kebutuhan ayah secara gak langsung dirampas." Ia menunduk dan tetap berkata dengan lirih. 

"Jadi, butuh istri untuk urus anak? Memang gak percaya dengan jasa baby sitter?" Aku ingin melihat pandangannya tentang fungsiku nanti. 

"Aku gak masalah pakai baby sitter, asal ada keluarga di rumah. Sedangkan, nyari baby sitter itu susah. Selama ini kita cari, meski iseng karena ayah gak mau cucunya diurus baby sitter. Katanya, ayah bisa kok. Ya memang bisa, ya memang mampu. Tapi kan, dia jadi harus di rumah aja karena memang tubuh bayi masih begitu lemah untuk dibawa keluyuran."

Aku jadi ingin bercerita jika Galen ketika sepuluh hari, ikut berkunjung ke tempat berenang. Benarkah bayi itu lemah? Mungkin lebih tepatnya, bayi belum bisa beraktivitas seperti orang dewasa. Selebihnya, itu tergantung sugesti orang tuanya saja. 

"Aku gak mampu urus dua bayi sekaligus, ditambah lagi aku punya tanggung jawab pekerjaan." Galen saja lempar sama, lempar sini. 

"Pekerjaan apa? Ajarkan aku, biar aku yang urus. Di rumah jaga anak-anak, baby sitter bantu ngurus bayi-bayi kita. Aku gak punya masalah makanan siap saji atau olahan rumahan, aku gak masalah kamu mandi atau belum untuk nyambut aku pulang kerja. Yang penting perut kamu kenyang, kamu happy, kamu gak ngamuk-ngamuk pas aku baru sampai rumah, gak ngelamun aja, ada masalah bilang, ada kendala ya ajak suami berbagi cerita, didik anak dengan baik, jaga mereka selagi aku kerja."

Benar tidak ini laki-laki mulutnya semanis ini? 

"Ayah aku aja gak sampai segitunya." Aku tertawa sumbang. 

"Boleh ditulis di kesepakatan perjanjian pranikah kalau begitu, Ra. Aku gak punya kuasa apapun untuk yakinin kamu, tapi aku cuma punya cara itu biar kamu yakin sama aku. Mau gimana lagi? Kamu kelihatan banget kalau memang gak percaya sama lisan aku." Ia terlihat murung. 

Aku jahat tidak ya? 

"Ya udah, kalau memang kata ayah boleh, kita susun perjanjian." Aku memasang senyum ceria. 

"Kamu mau sama aku? Apa masih ada sesuatu yang buat kamu ragu sama aku? Silahkan tanyakan aja." Tangannya terulur, seolah ingin menarik tanganku. 

Aku lekas menyembunyikan tanganku di balik kerudung segitiga yang menjuntai. Aku tidak bermasalah dengan mode hijab, dibiarkan menjuntai pun aku tetap merasa cantik. Aku sudah terbiasa dengan kerudung segitiga yang menjuntai menutupi dada, enam tahun aku di pesantren dan selalu memakai model seperti ini. 

"Mau-mau aja sih, nanti kalau ada yang perlu aku tanyakan, nanti aku langsung nanya lagi. Tapi kan, aku mau belum tentu ayah boleh. Aku mau, percuma juga kalau Abang gak ada usaha untuk meminang aku. Jadi, usaha Abang dinilai dari sini. Aku buka sedikit bocoran, bahwa ayah pernah menentukan nominal untuk melihat kesungguhan laki-laki. Contohnya ke ayahnya Galen dulu, dia minta nominal ratusan juta dan bawaan barang yang sedikit gila. Meski akhirnya nilainya tak dicapai dengan sempurna, tapi ayah itu punya orang untuk memperhatikan kerja keras calon menantunya mencapai nilai yang diminta. Kalau boleh aku arahan…." Aku ragu melanjutkan, khawatir aku kepedean bahwa ia benar-benar ingin langsung cepat meminangku. 

"Iya silahkan, aku seneng diarahkan." Ia ternyata memperhatikanku dengan seksama. 

Ia juga ngeh, jika aku tidak melanjutkan kalimatku. 

"Sebentar, rencana Abang gimana ini?" Aku tidak mau kegeeran. 

"Secepatnya nikah, kalau direstui," jawabnya dengan mantap. 

Ia tidak seperti mengundur jawabannya, atau membuatku menunggu dari kalimatnya. 

"Secepatnya, Abang datang ke ayah aku dan tidak bareng aku. Bawa parcel buah, ungkapin tujuan kedatangan Abang. Abang boleh sedikit cerita tentang pertemuan kita dan obrolan kita, tapi yang jelas aku pun bakal cerita kok." Biasanya ini adalah momen horrornya laki-laki. 

"Sendirian, atau dengan keluarga? Kenapa gak bareng kamu, Ra? Kamu mau ke mana memang?" Ia mengambil gelas teh yang masih utuh. 

Mungkin ia merasa haus setelah lama mengoceh. 

"Sama om Hamdan sama Farah aja tak apa, Bang. Aku punya tanggung jawab pekerjaan, kalau memang udah selesai, aku pasti langsung pulang kok. Aku mau ke Cirebon, Bang. Senin aku harus udah di sana, soalnya aku mau penempatan penanggung jawab di sana." Rencanaku kemarin, setelah pulang dari Dufan langsung ke Cirebon. 

"Ngelamar ya langsung berarti? Aku deg-degan lagi, aku belum pernah." Ia mengusap-usap dadanya dan tersipu. 

"Lah? Kan Abang pernah nikah." Statusnya cerai mati membuatku tidak terlalu banyak berpikiran buruk. 

"Ya, memang. Tapi nikah pun di kamar, dalam keadaan aku lumpuh sementara. Gak ada lamaran, malah ibunya Harum yang ke sini." Ia menatap kosong ke depan, seperti mengingat suatu hal. 

Tidak ada yang spesial. 

"Kamu punya pernikahan impian? Aku kepengen ngerasain resepsi. Waktu aku sembuh, belum sempat resepsi karena ekonomi gak stabil. Harumnya juga malah nolak setelah ekonomi membaik, dia gak mau capek katanya. Tapi, di acara pernikahan adiknya dia capek banget." Ia menghela napasnya. 

"Pernikahan pertama aku udah mewah. Tapi terserah aja sih kalau mau resepsi, yang berani aja modalnya." Biasanya sih dana patungan, tapi hal itu bisa dibicarakan nanti. 

"Aku antar ya ke Cirebonnya? Dari Cirebon, nanti aku sama ayah persiapan ke sana. Tapi sebelumnya, aku cek up Farah dulu, sekalian nanya ke dokter, Farah kuat gak di perjalanannya."

Berbicara tentang effort, dia rupanya sudah mulai meluncurkan aksinya. 

"Effortnya yang lebih menunjang dong. Cuma nganter aja sih sepele betul." Aku menunjukkan ujung kukuku. 

"Ohh begitu, jadi harus yang kuat effortnya?" Ia bangkit dan menaruh tangannya ke saku celananya. 

Sialan, aku gagal fokus ke tengah-tengah tubuhnya yang terlihat sesak dalam celana itu. 

...****************...

Terpopuler

Comments

Lismardiana

Lismardiana

hhhhhhjj ra ra

2024-07-04

0

fitri ristina

fitri ristina

emang idah pengen digarukin ra ni mah

2023-08-04

1

Ra2

Ra2

hayooo Ra apa yg ada dalam pikiranmu 🫢😀

2023-08-04

2

lihat semua
Episodes
1 H&W1. Balap di lampu merah
2 H&W2. Tamu malam-malam
3 H&W3. Interaksi Galen
4 H&W4. Eklampsia
5 H&W5. Drama mimi cucu
6 H&W6. Kabar di sana
7 H&W7. Alasan di balik tujuan
8 H&W8. Semua tentangnya
9 H&W9. Menikah secepatnya
10 H&W10. Panggilan video
11 H&W11. Tiba-tiba meragu
12 H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13 H&W13. Dijemput di bandara
14 H&W14. Perkenalan baru
15 H&W15. Ngapel
16 H&W16. Meminta keputusan
17 H&W17. Meminta kesepakatan
18 H&W18. Undur diri
19 H&W19. Kehabisan bensin
20 H&W20. Bawah kolong
21 H&W21. Cari makan
22 H&W22. Kejadian di sana
23 H&W23. Kejadian di sana 2
24 H&W24. Di kamar bengkel
25 H&W25. Berkunjung pagi
26 H&W26. Suka jajan perempuan
27 H&W27. Mengorek kisah lalu
28 H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29 H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30 H&W30. Berduaan di halaman rumah
31 H&W31. Halaman samping
32 H&W32. Niat baik ayah Givan
33 H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34 H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35 H&W35. Drama Galen
36 H&W36. Pencerahan biyung
37 H&W37. Dibabat biyung
38 H&W38. Nanny dan baby sitter
39 H&W39. Respon Farah
40 H&W40. Akad tidak disaksikan
41 H&W41. Improvisasi prosesi
42 H&W42. Menengok Farah
43 H&W43. Good mood
44 H&W44. Sensasinya
45 H&W45. Obrolan meja makan
46 H&W46. Perubahan tubuh
47 H&W47. Hina menghinakan
48 H&W48. Jeda obrolan
49 H&W49. Tempat tinggal
50 H&W50. Dikecewakan keputusan
51 H&W51. Mendadak panik
52 H&W52. Dirawat
53 H&W53. Sumbangan tenaga
54 H&W54. Sudah mengabari
55 H&W55. Bertengkar
56 H&W56. Menuntut keputusan cepat
57 H&W57. Pisah sejenak
58 H&W58. Ditegur mertua
59 H&W59. Pulang ke rumah
60 H&W60. Penilaian ayah
61 H&W61. Ketukan pintu
62 H&W62. Isi chatting
63 H&W63. Opsi baru
64 H&W64. Mencari Galen
65 H&W65. Niat mengajak
66 H&W66. Tamu kedinginan
67 H&W67. Keputusan tetap
68 H&W68. Suami ekspresif
69 H&W69. Surat-surat penting
70 H&W70. Rasa tersinggung
71 H&W71. Harga diri tergores
72 H&W72. Bertukar pikiran
73 H&W73. Akan berbelanja
74 H&W74. Adu banteng
75 H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76 H&W76. Kesepakatan dari ayah
77 H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78 H&W78. Menenangkan Ra
79 H&W79. Penenang hati
80 H&W80. Menjaga sikap
81 H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82 H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83 H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84 H&W84. Pergi ke wali
85 H&W85. Ribut dengan Chandra
86 H&W86. Membuka permasalahan
87 H&W87. Kembali ke ayah
88 H&W88. Cerita dari bang Chandra
89 H&W89. Jasmine pamit
90 H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91 H&W91. Sudut pandang mama Aca
92 H&W92. Membayar jasa
93 KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94 H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95 H&W94. Menjenguk Bunga
96 H&W95. Membantu makwa
97 H&W96. Menengok kondisi Hema
98 H&W97. Kabar tak terduga
99 H&W98. Satu tahun kemudian
100 H&W99. Membawa dua anak
101 H&W100. Duka
102 H&W101. Secuil keterangan Han
103 H&W102. Sidang Hema
104 H&W103. Sudah normal
105 H&W104. Masa hukum selesai
106 H&W105. Menghirup udara bebas
107 AGAM
108 H&W106. Tabur paku
109 H&W107. Eror
110 H&W108. Nekat membeli
111 H&W109. Pembalasan Hema
112 H&W110. TAMAT
113 KARYA BARU DI NOVELTOON
Episodes

Updated 113 Episodes

1
H&W1. Balap di lampu merah
2
H&W2. Tamu malam-malam
3
H&W3. Interaksi Galen
4
H&W4. Eklampsia
5
H&W5. Drama mimi cucu
6
H&W6. Kabar di sana
7
H&W7. Alasan di balik tujuan
8
H&W8. Semua tentangnya
9
H&W9. Menikah secepatnya
10
H&W10. Panggilan video
11
H&W11. Tiba-tiba meragu
12
H&W12. Keburukkan yang diblacklist
13
H&W13. Dijemput di bandara
14
H&W14. Perkenalan baru
15
H&W15. Ngapel
16
H&W16. Meminta keputusan
17
H&W17. Meminta kesepakatan
18
H&W18. Undur diri
19
H&W19. Kehabisan bensin
20
H&W20. Bawah kolong
21
H&W21. Cari makan
22
H&W22. Kejadian di sana
23
H&W23. Kejadian di sana 2
24
H&W24. Di kamar bengkel
25
H&W25. Berkunjung pagi
26
H&W26. Suka jajan perempuan
27
H&W27. Mengorek kisah lalu
28
H&W28. Surat perjanjian kesepakatan
29
H&W29. Menyimak bacaan dan mengobrol
30
H&W30. Berduaan di halaman rumah
31
H&W31. Halaman samping
32
H&W32. Niat baik ayah Givan
33
H&W33. Surat perjanjian pernikahan
34
H&W34. Kabar di tengah-tengah keluarga
35
H&W35. Drama Galen
36
H&W36. Pencerahan biyung
37
H&W37. Dibabat biyung
38
H&W38. Nanny dan baby sitter
39
H&W39. Respon Farah
40
H&W40. Akad tidak disaksikan
41
H&W41. Improvisasi prosesi
42
H&W42. Menengok Farah
43
H&W43. Good mood
44
H&W44. Sensasinya
45
H&W45. Obrolan meja makan
46
H&W46. Perubahan tubuh
47
H&W47. Hina menghinakan
48
H&W48. Jeda obrolan
49
H&W49. Tempat tinggal
50
H&W50. Dikecewakan keputusan
51
H&W51. Mendadak panik
52
H&W52. Dirawat
53
H&W53. Sumbangan tenaga
54
H&W54. Sudah mengabari
55
H&W55. Bertengkar
56
H&W56. Menuntut keputusan cepat
57
H&W57. Pisah sejenak
58
H&W58. Ditegur mertua
59
H&W59. Pulang ke rumah
60
H&W60. Penilaian ayah
61
H&W61. Ketukan pintu
62
H&W62. Isi chatting
63
H&W63. Opsi baru
64
H&W64. Mencari Galen
65
H&W65. Niat mengajak
66
H&W66. Tamu kedinginan
67
H&W67. Keputusan tetap
68
H&W68. Suami ekspresif
69
H&W69. Surat-surat penting
70
H&W70. Rasa tersinggung
71
H&W71. Harga diri tergores
72
H&W72. Bertukar pikiran
73
H&W73. Akan berbelanja
74
H&W74. Adu banteng
75
H&W76. Pasal 310 UU No 22 Tahun 2009
76
H&W76. Kesepakatan dari ayah
77
H&W77. Dalam pengawasan ayah saja
78
H&W78. Menenangkan Ra
79
H&W79. Penenang hati
80
H&W80. Menjaga sikap
81
H&W81. Cerita dari kak Jasmine
82
H&W82. Kerepotan kak Jasmine
83
H&W83. Sepenggal nasehat yang didapat
84
H&W84. Pergi ke wali
85
H&W85. Ribut dengan Chandra
86
H&W86. Membuka permasalahan
87
H&W87. Kembali ke ayah
88
H&W88. Cerita dari bang Chandra
89
H&W89. Jasmine pamit
90
H&W90. Mengadukan ke mama Aca
91
H&W91. Sudut pandang mama Aca
92
H&W92. Membayar jasa
93
KARYA BARU NIH DEK CANI KESAYANGAN KAKEK ADI
94
H&W93. Bertamu ke keluarga Hema
95
H&W94. Menjenguk Bunga
96
H&W95. Membantu makwa
97
H&W96. Menengok kondisi Hema
98
H&W97. Kabar tak terduga
99
H&W98. Satu tahun kemudian
100
H&W99. Membawa dua anak
101
H&W100. Duka
102
H&W101. Secuil keterangan Han
103
H&W102. Sidang Hema
104
H&W103. Sudah normal
105
H&W104. Masa hukum selesai
106
H&W105. Menghirup udara bebas
107
AGAM
108
H&W106. Tabur paku
109
H&W107. Eror
110
H&W108. Nekat membeli
111
H&W109. Pembalasan Hema
112
H&W110. TAMAT
113
KARYA BARU DI NOVELTOON

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!