"Hmm, mungkin bisa cari opsi keduanya, Yah. Sambil kita lihat, gimana gitu perjuangan dia." Aku akan mempertimbangkan bang Bengkel, sembari melihat pilihan ayah.
"Mau dikenalkan dengan laki-laki lain?" Ayah menambah kecepatan kendaraannya.
"Boleh, Yah." Aku menunduk memperhatikan Galen.
Ia sudah mulai memejamkan mata, anak yang kuat di segala macam kondisi ini selalu mabuk ASI. Jika tengah ASI, tak lama ia pasti akan tertidur.
"Ya udah, nanti Ayah atur. Han biar digantung aja dulu, Dek. Bukan masalah karena Ayah tak cocok sama dia, tapi Ayah keberatan aja karena dia punya masa lalu sama anak angkat Ayah." Ayah memijat pelipisnya dengan satu tangannya.
Aku sempat memikirkan hal ini sebelumnya, tapi bang Bengkel mengatakan berani menuliskan kesepakatan dalam surat perjanjian. Entah kenapa, aku yakin karena ia sepakat untuk tanda tangan di atas materai dan disahkan notaris juga. Yang artinya, kelak nanti surat perjanjian itu memiliki kekuatan hukum.
Namun, aku baru terpikirkan sekarang tentang perasaan Bunga. Apa yang ia rasakan, jika laki-laki yang punya masa lalu dengannya dulu, nantinya satu atap denganku dan bertetangga dengannya?
Bunga sempat meminta rumah pada suaminya, tapi suaminya mengatakan nanti saja akan kembali ke Bekasi. Tapi, nyatanya suaminya itu hanya pulang pergi sendiri. Pernah juga Bunga tinggal bersama ayah kandungnya dan ibu tirinya, tapi ia mengatakan bahwa dirinya tidak betah. Menempati salah satu kamar penginapan ayah, ia mengaku tidak nyaman karena terlalu kecil. Alhasil, ayah memberikan opsi untuk memberikan hunian untuk Bunga di rumah yang berjejer di halaman depan rumahnya itu.
"Apa yang Ayah khawatirkan?" Aku menoleh dan memperhatikan wajah panutanku dari samping.
"Laki-laki tak bisa nolak kemolekan perempuan. Ditambah, jejak pakwa Ken pernah kembali menggoda masa lalunya yang dinikahin papa Ghifar, tante Novi itu. Karena Bunga keturunan pakwa, takutnya kejadian serupa terjadi. Ayah takut, Bunga menggoda Han. Sedangkan, Han adalah laki-laki yang tak bisa menolak kemolekan perempuan. Nanti gimana perasaan anak Ayah?" Ayah menoleh ke arahku, dengan sorot mata sedihnya.
Kemudian, ayah meluruskan pandangannya lagi ke depan.
Ayah memikirkan perasaanku, ayah tidak mau aku terluka karena suamiku kembali.
"Bang Bengkel bilang, dia berani buat surat perjanjian, Yah." Aku memandang Galen.
Ada sedihnya juga menggantungnya, karena Galen lengket sekali padanya. Padahal saat itu ada om Hamdan juga, tapi ia mengejar Bang Bengkel terus.
"Bang Bengkel itu Han?" Ayah mengambil jalur yang paling kanan.
Ayah tengah kencang-kencangnya membawa kendaraan ini.
"Iiiya." Aku gugup sekali.
Ayah terkekeh geli.
"Ayah dulu dipanggil bos tambang sama abang kau. Profesi laki-laki ternyata berpengaruh ya?" Tawanya bertambah renyah.
Oh, ada kenangannya rupanya.
"Aku ketemu dia di bengkel soalnya, Yah. Menurut Ayah, dia gimana?" Aku ragu mengatakan ini, aku khawatir terlihat jika aku memang naksir laki-laki yang memiliki cerita skandal itu.
"Tak masalah, kalau dia sehat dan bersih. Asalkan, jangan gila obat dan judi aja. Pendapat Ayah nih, Ra. Bukan Ayah mendukung kaum kumpul kebo, atau laki-laki bajingan yang ganti-ganti perempuan. Tapi gila perempuan itu bisa sembuh, kalau dapat perempuan yang cocok untuknya. Selagi kondisi dia tidak tertular penyakit apapun. Tapi menurut Ayah, Han tau kok caranya main bersih. Tapi, kalau udah narkotika dan judi. Dia kembali ke tongkrongannya dan ketemu temen lamanya, dia pun bisa kembali hancur lagi."
Obat? Judi?
"Dia judi, Yah. Dia ngaku sendiri." Aku cemas di sini.
"Nanti Ayah tanya, judinya kek gimana? Kalau udah slot, judi online. Itu baiknya langsung diblacklist aja, karena akhirnya pasti buat dia miskin, buat kita miskin juga."
"Memang judi ada toleransi? Selagi dia taubat, itu masih ada kesempatan untuk dia kan?" Aku tidak mengerti, kenapa ayah memutuskan langsung blacklist seperti itu.
"Hema kelilit hutang Bank, usahanya udah kejual juga. Gimana? Beruntung dulu dia lepasin orang-orang Ayah yang dulu kerja sama dia."
Aku menelan ludah.
"Dia pemakai aktif lagi. Gimana tuh?" tambah ayah yang membuatku ternganga kaget.
Pantas saja status Bunga galau saja, suaminya tengah menggila.
"Kok gimana? Ya Ayah bimbing dia dong!" Aku menepuk pundak ayah.
"Kalau orangnya memang tak mau, gimana? Ayah udah bilang sejak Bunga pulang dalam kondisi hamil itu. Udah di sini aja, Hem. Ayah minta bagi hasil pun, tak bakal ngerugiin kau. Lagian, kan kau dienakin, kau di sini anteng nungguin istri kau. Tapi apa jawabannya? Aku pengen punya kesibukan. Maksudnya, kesibukan pesta mariyuana dan slot begitu? Agak heran juga Ayah sejak Bunga lahiran ini. Katanya, Yah minta pegangan dulu kata Hema. Rekening Hema bermasalah, M-banking Hema rusak, ATM ketelen, HP rusak. Memang akhirnya dikembalikan meski nilainya tak sesuai, tapi ini yang buat Ayah heran. Sekelas pengusaha pupuk, masa tak bisa bayar hutang lima juta atau sepuluh juta? Itu usaha besar, pasarnya udah luas. Ayah tanya ke Bunga, kau sama Hema baik-baik aja? Katanya, masalah kecil aja, Yah. Eh, tak taunya langsung meledak pas ditemuin di sana. Rumah kosong blong, dia lagi ngefly di garasi mobilnya. Pusing Ayah tuh, Ra. Bingung, mau gimana ngomong ke Bunganya." Ayah menggeleng halus.
Ekonomi suami Bunga hancur, apa mungkin Bunga akhirnya mencari laki-laki yang ekonominya tengah bagus? Bang Bengkel contohnya?
"Ayah cuma perlu bilang ke pakwa." Aku melamun sudah.
Mana aku harus mempertimbangkan opsi lain, ditambah Bunga kemungkinan bisa kembali dengan bang Bengkel. Nanti Galen gimana? Masa mengejar ayah saudaranya?
"Udah, Ayah tak mau pusing sendirian. Itu masalah anaknya, tapi Ayah yang gila duluan. Mau bacokkan, mau berantakan, silahkan keluarga inti dulu yang maju. Ayah bereskan sisa-sisanya aja. Anak Ayah yang janda udah dua, belum masalah anak yang lain. Ayah pun pengen membereskan keluarga Ayah dulu, karena drama Bunga tak akan ada habisnya." Ada emosi dalam suara ayah.
Kenapa ayah seolah menyerah pada masalah anak angkatnya? Biasanya, kepedulian ayah tinggi.
"Ayah tak boleh gitu, kasian Bunga." Aku bisa merasakan stressnya jadi Bunga saat ini.
"Tak perempuannya, tak laki-lakinya, kenapa tak mau nurut? Jangankan anak orang, anak sendiri yang tak nurut pun Ayah pasti biarkan. Biarin suruh tau rasa sendiri, biar kapok akibatnya dari tak nurut orang tua. Orang tua tuh pengen yang terbaik untuk anaknya, nih Ayah alumni anak yang tak nurut dan alumni kapok karena tebal telinga. Tak ada orang tuanya yang nyuruh anaknya miskin, tak ada orang tua yang nyuruh rumah tangga anaknya hancur." Suara ayah meninggi seketika.
Beginilah, jika mendengar orang tua curhat dengan sudut pandangnya. Tapi aku merasa, setiap curhatan ayah tentang anak-anaknya, pasti selalu ada makna dalam yang terselip.
"Jadi, rumah tangga Bunga dan Hema gimana?" tanyaku pelan.
Jika rumah tangga Bunga hancur, pasti ia akan menumbuhkan kisah baru dengan bang Bengkel. Aduh, galau sudah. Mana aku sudah berharap lagi, mana aku sudah ingin dirinya lagi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
khair
bantu garukin Ra😂😂😂😂😂
2023-08-06
1
khair
kasih waktu tarik ulur aja dulu, jangan juga suudzon sama bang bengkel...siapa tau dia beneran gk ada rasa lagi ke Bunga selain rasa ingin ambil anak aja
bukan tergoda Bunga liar yang susah di atur
2023-08-06
1
Ra2
klau kamu mau menyakinkan hatimu
ayooo coba Han PHP in aja dl Ra 🫢kamu lihat gmn dia memperjuangkanmu d tengah godaan bunga yg mungkin udh sendiri lagi
2023-08-05
3