Hari ini adalah hari terakhir Luciano berada di rumah bersama Paman, Bibi, dan Lucy. Besok Dia harus pergi ke Brussel untuk memulai mimpinya. Pagi ini Ia mulai dengan berjualan seperti biasanya. Luciano masih mengingat pertemuannya dengan Catherine kemarin, tiba-tiba jantungnya berdegup dengan kencang. Dia dan Catherine memang sempat menjalin hubungan yang cukup lama, tetapi secara tiba-tiba Catherine memutuskannya secara sepihak.
“Kak, apa yang kau pikir kan? Dari tadi apa kau tidak mendengar Bibi ini bertanya kepadamu.” Teriak Lucy dari dalam kedai.
Luciano tersadar dari lamunannya, Ia segera meminta maaf.
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya Lucy, Ia berjalan mendekat ke arah Luciano.
“Tidak ada.”
“Tidak mungkin kalau tidak ada sampai tidak fokus seperti itu.”
“Aku hanya memikirkan bagaimana Paman dan Bibi saat aku tidak ada di sini.”
Lucy sedikit menghembuskan nafas pelan.
“Yakin hanya itu?” tanya Lucy sedikit curiga,
Luciano sedikit menundukkan kepalanya, Ia menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Lucy.
“Kemarin aku bertemu Catherine.” Ucapnya pelan,
“Di mana?”
“Saat perjalanan dari rumah Alfred.”
“Kau masih mencintainya?”
“Tidak. Tetapi perasaanku sangat aneh setelah bertemu dengannya. Aku hanya ingin mendengar kata maaf dan alasannya.”
“Sudahlah Kak tidak usah dipikirkan, Kau pun pasti mengerti alasannya meninggalkanmu.”
Luciano segera menghentikan percakapan tentang Catherine, Dia mengajak Lucy untuk menutup kedai dan pulang ke rumah.
Di perjalanan pulang mereka membicarakan banyak hal sambil tertawa, dan lagi-lagi tanpa disengaja Luciano bertemu dengan Catherine saat perjalanan pulang.
“Ternyata kita bertemu lagi, kurasa kita memang ditakdirkan berjodoh.” Sapa Catherine dengan senyumannya.
Lucy hanya memutar bola mata dan mendengus kesal mendengar ucapan Catherine. Dia memang tahu semuanya akhir kisah hubungan Kakaknya dan Catherine.
“Tidak tahu malu.” Ucap Lucy sedikit keras.
Catherine hanya melirik sinis ke arah Lucy,
“Lucy, bisa kau tinggal kita sebentar?” Pinta Catherine.
“Tidak, aku tidak akan membiarkan Kakakku bersamamu.” Lucy segera menarik tangan Luciano dan pergi meninggalkan Catherine sendiri.
Catherine terlihat mendengus kesal melihat keduanya pergi.
-Brussel-
Saat ini Elena sedang membuat kue dengan Ibu dan Adiknya. memang setiap hari libur mereka menyempatkan untuk berkumpul bersama.
“Ibu lihatlah Eleanor, Dia mengacaukan kueku lagi.” Adu Elena kepada Ibunya.
Ibu mereka hanya menggelengkan kepala melihat kedua putrinya,
“Eleanor jangan mengganggu Kakakmu.” Tegur Ibunya pelan.
“Baik Ibu.”
Elena terlihat mengejek Eleanor sambil mengeluarkan lidahnya. Eleanor hanya menatap tak perduli.
"Nanti malam keluarga Harry akan datang." ucap Elizabeth ditengah keheningan,
"Kenapa?" Tanya Elena
"Katanya ada yang ingin mereka sampaikan,"
Elena hanya menghela nafas, Dia rasa tahu apa yang akan dibicarakan.
Elizabeth terlihat melirik putrinya sebenarnya Dia juga tidak ingin Elena menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya, tapi mau bagaimana pun Elena harus mengikuti kemauan Ayah nya.
Elizabeth segera mendekati Elena dan menyentuh pundak anak gadisnya,
"Pergilah ke kamar mu dulu, kue nya biar Ibu dan Eleanor yang selesaikan ."
Elena hanya mengangguk dan segera pergi ke kamarnya. Hatinya benar-benar tidak karuan, Dia takut rencana pernikahan mereka akan dipercepat sebelum Dia lulus dari Universitas. Dia benar-benar tidak mencintai Harry, dan Ia tidak ingin menghabiskan umurnya bersama laki-laki yang tidak Dia cintai.
Elena menenggelamkan wajahnya didalam tumpukan bantal, Dia hanya ingin bertemu dengan Luciano, saat ini hanya laki-laki itu yang bisa menghiburnya.
"Aku sangat merindukannya."
Malam pun tiba keluarga Harry sudah datang menggunakan mobil mewah mereka, Dia terlihat menggunakan setelan jas berwarna putih dan coklat, terlihat serasi dengan baju coklat yang digunakan Elena saat ini.
Seluruh Keluarganya sudah menunggu kedatangan keluarga Harry didepan pintu. Ayah dan Ibunya menyambut hangat kedatangan keluarga Harry dan mempersilahkan mereka masuk. Para pelayan keluarganya juga sudah siap mempersiapkan hidangan yang tersedia.
Makan malam antara dua keluarga berjalan sangat tenang,
"Kurasa kita harus mempercepat pernikahan mereka." Ucap Richard ditengah dentingan dari sendok dan piring yang beradu.
Elena dan Harry yang mendengar itu seketika sama sama terkejut hingga terbatuk-batuk.
"Jadi kurasa akan terlalu lama jika menunggu mereka sampai lulus."
"Paman maaf aku menyela, bukannya paman sudah setuju bahwa pernikahan kita diadakan setelah lulus."
"Iya memang, tapi kurasa itu akan terlalu lama. Bukan kah lebih baik kalau kita laksanakan lebih cepat?" tanya Richard kepada William
"Kalau menurutku itu juga lebih baik."
"Ayah," Mata Elena sedikit mendelik melihat Ayahnya
Semua orang tertawa termasuk Harry, matanya menyipit dan sudut bibirnya yang tertarik lebar hingga terlihat gigi nya. Sebenarnya Elena mengakui bahwa Harry memang cukup tampan, wajahnya yang terlihat tegas dan mata nya yang teduh saat menatap seseorang, Keluarganya juga sangat kaya. Memang sangat sempurna. Tetapi ada satu hal yang membuat Elena tidak bisa jatuh cinta kepada Harry. Harry memiliki sifat yang sombong dan tidak pernah bisa menghargai orang lain. Memang setiap manusia mempunyai hal positif masing-masing, tidak ada manusia yang sempurna.
Sebenarnya Harry sudah mempunyai kekasih, Elena baru mengetahuinya tempo hari lalu. Saat itu Harry dan kekasihnya sedang menikmati pemandangan malam di tengah kota.
Percakapan keluarga mereka semakin intens, Elena hanya terlihat gusar saat Ayah dan Ibunya menyetujui rencana pernikahannya dipercepat. Ia melirik Harry Dia terlihat sangat tenang dan tidak berbicara sama sekali. Sesekali Dia hanya mengangguk saat ditanya.
"Aku tidak bisa menikahinya, aku tidak mencintainya."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments