12. Pulang

Sayup-sayup suara angin terdengar, Angin dingin benar-benar menusuk kulit laki-laki itu, perjalanan dari Brussels menuju Hasselt benar-benar jauh membutuh waktu satu setengah hari untuk sampai. Dan perjalanan sekitar 3 jam untuk menuju desa mereka. Benar-benar perjalanan yang melelahkan, mereka sampai pukul 2 pagi. Jalanan begitu sepi dan hanya beberapa orang yang terlihat.

Luciano yang sudah sampai di rumahnya pun berjalan dengan perlahan. takut jika Bibi, Paman, dan Lucy terbangun.

Tanpa sengaja Luciano pun melihat ke dalam kamar Bibi nya yang tidak tertutup rapat, wajah paman dan bibinya terlihat sangat kelelahan.

"Paman, bibi maaf kan aku. Aku harus meninggalkan kalian cukup lama. Kalian pasti lelah bekerja sendiri."

Tiba-tiba suara di belakang cukup mengejutkan nya "Kak, kau baru pulang?" Tanya Lucy

Luciano sedikit terkejut mendengar suara Lucy.

"Maaf apa aku mengagetkan mu?" Lucy sedikit tertawa melihat Luciano yang terkejut,

"pelan kan suaramu, nanti ayah dan ibumu terbangun." sambil mengisyaratkan agar Lucy menurunkan volume suaranya

Luciano dan Lucy berjalan ke depan rumah, Lucy ingin segera mendengar apa saja yang terjadi selama di Brussels apakah Luciano lolos atau tidak, dan mengapa sangat lama.

"Maafkan aku tidak mengajakmu, cuma aku berfikir kalau aku mengajak mu nanti Bibi akan kesepian,"

"Kakak jahat, kau mengatakan kepadaku bahwa hanya sebentar tapi ini sudah lebih dari seminggu," Lucy memukul pelan bahu Luciano. hal itu membuat Luciano tertawa

"Coba tebak apa yang aku bawa dari Brussels kau pasti akan menyukainya." Luciano segera mengeluarkan bungkusan hitam dari dalam tas nya dan menyerahkan nya kepada Lucy.

"Apa ini?"segera Ia membuka bungkusan itu dan melihat sepasang jepit rambut yang sangat cantik berwarna putih ke emas an. Wajahnya yang semula masam berubah menjadi ceria, sudut bibirnya yang tertarik ke atas dan matanya yang menyipit menambah kecantikan di wajah Lucy.

"Bagaimana cantik bukan?" Tanya Luciano kepada Lucy.

"Ternyata selera mu bagus juga," Tawa Lucy mengejek Luciano,

"Apa ini dipilih kan seseorang?" lanjutnya.

"Bagaimana kau tau?" Luciano sedikit terkejut dengan pertanyaan Lucy.

"Aku ini adik mu bagaimana mungkin aku tidak tahu selera mu,"

"Biasanya kan kau hanya memilih hal hal yang monoton, lihat saja jepit rambut ku di dalam warna nya hitam semua. Itu kan kau yang memilih kan." Luciano hanya tertawa canggung, melihat Lucy yang sudah tumbuh besar, menjadi gadis yang cantik dan banyak bicara.

"Kau ini semakin besar semakin banyak bicara ya," Luciano mengelus rambut Lucy dan mencubit pipi nya. Luciano bersiap-siap untuk membungkam mulut Lucy kalau anak itu akan berteriak, dan benar saja sedetik kemudian Lucy membuka mulut dan dengan sigap tangan Luciano segera menutup mulutnya. Luciano mengisyaratkan agar Lucy menahan suaranya dan di sambung besok pagi.

"Ayo kita masuk, sudah semakin gelap." Luciano mengajak Lucy untuk segera masuk dan tidur.

Matahari terlihat terbit dari arah timur, memunculkan warna orange di langit Brussels pagi itu. Elena segera turun dari kasur dan membersihkan nya kamar nya. Meskipun keluarga nya termasuk keluarga yang kaya tetapi Elena dan Eleanor selalu diajarkan untuk tidak terlalu bergantung kepada orang lain, apa yang bisa mereka kerjakan harus mereka kerjakan sendiri.

Saat sedang melamun tiba-tiba Elena ingat Luciano, apakah laki-laki itu sudah sampai dengan selamat? Dan kapan Dia sampai? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di kepala Elena. Dia juga berpikir bagaimana bisa seorang yang baru di kenal nya sudah mampu membuat nya jatuh cinta, bahkan saat Luciano pergi saja sebenarnya Dia ingin menahan nya.

"kak, apa kau sedang memikirkan Luciano?" Suara Eleanor terdengar dan menghilangkan lamunan Elena.

"Panggil Dia kak, perbedaan umur kalian cukup jauh." alih alih menjawab Elena justru malah menegur sang adik,

"Maaf, kau sedang memikirkan nya kan?" tanya nya lagi,

"Tidak,"

"Tidak usah berbohong kak, pipi mu terlihat merah."

Elena segera memegang pipi nya dan hal itu membuat Eleanor tertawa terbahak-bahak, padahal maksud nya hanya bercanda tetapi sang kakak menanggapi serius dan salah tingkah. Elena pun pergi meninggalkan Eleanor yang masih tertawa akan kejadian ini.

"Kak mau kemana kau?" Eleanor segera mengikuti Elena dan masih saja dengan tawa nya,

" Jangan mengikuti ku."

Ibu dan ayah nya yang melihat kedua putri nya sedang bercanda pun ikut tersenyum,

"Eleanor jangan menggoda kakak mu terus." Tegur Ibu nya memperingatkan,

"Ibu kakak sedang jatuh cinta."

Elena segera menarik tangan Eleanor dan membungkam mulut nya agar tidak melanjutkan ucapan nya.

"Dengan siapa? Harry ya?" Tanya ibunya lagi,

"Sudah biasa nama nya anak muda." Ucap Ayah nya ikut menanggapi,

"Bukan." Suara Elena terdengar berteriak keras.

...****************...

...Halo ini LovelyHyuck semoga kalian suka dengan karya amatir ku ya, mohon dukungan nya. Terimakasih...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!