07. Takdir

Pagi itu sangat cerah matahari terlihat muncul dibalik awan biru, langit pun seperti ikut mengantar kepergian Luciano dengan bahagia, Langit juga seperti menandakan bahwa Dia harus tetap bahagia menjalani hidupnya nanti terlepas dari kegagalan yang baru saja dia hadapi.

"kau yakin akan pulang hari ini? Mungkin saja beberapa hari lagi mereka mengadakan kompetisi lagi, mungkin saja ada yang mengundurkan diri." Tanya Alfred meyakinkan Luciano, Dia terlihat kasihan pada sahabatnya itu, sejak kembali dari kompetisi hari lalu, Ia tampak murung seperti tidak bersemangat lagi untuk menjalani hidup. Tentu saja Alfred tahu bahwa menjadi penyanyi sopran lah harapan satu-satunya Luciano bisa merubah nasib nya, tetapi takdir berkata lain ternyata Luciano gagal melanjutkan mimpinya.

"Sudah tidak perlu menghiburku, mana ada orang yang akan melepas mimpinya begitu saja. Sampai di tahap ini saja sangat sulit bodoh sekali jika dia mengundurkan diri." Jawab Luciano sambil menatap kearah Alfred tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan teman nya ini.

"Hahahaha kan kita tidak pernah tahu takdir."

Setelah mereka berpamitan, Mereka segera membawa tas dan pergi keluar menuju stasiun dengan berjalan kaki.

Ditengah perjalanan Alfred memecahkan keheningan dengan sekali lagi meyakinkan Luciano bahwa dia akan berhasil suatu hari nanti.

"Aku yakin kau pasti bisa merubah nasibmu Luciano, terlepas dari mimpi apa yang tidak pernah terwujud."

"Sudahlah, ku lihat dari tadi bicara mu sangat aneh. Seperti aku bersama Alfred yang berbeda." Tawa Luciano pecah karena melihat temannya itu berbeda seperti biasanya. "Ceritakan saja apa kau sudah bertemu dengan banyak gadis disini?"

Alfred yang langsung cengar-cengir segera menceritakan semuanya.

"Jadi kau bertemu dengan gadis cantik tetapi dia galak begitu?" tanya Luciano penasaran.

"Iya kau benar, sepertinya dia masih muda seusia Lucy dia juga terlihat seperti gadis bangsawan." Jawabnya dengan yakin.

"Kau gila, apa kau suka dengan gadis yang masih kecil?"

"Tidak, maksudku aku sangat mengaguminya dia terlihat jahat tetapi ternyata hatinya baik, mengingat kan ku oada Lucy, Ahhh... Aku jadi rindu Lucy." Ucap Alfred dengan mengalikan pembicaraan.

"Tidak akan kubiarkan Lucy dekat denganmu." Luciano segera pergi meninggalkan Alfred yang masih tertawa dengan raut marah sahabat nya itu.

"Tuan Luciano bisa kau berhenti sebentar?" teriak seorang laki-laki dari belakang nya.

Luciano yang merasa terpanggil segera menoleh kebelakang begitu pun dengan Alfred.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya dengan sopan.

"Bisakah Tuan ikut dia saya sebentar maestro dari La Monnaie ingin bertemu dengan Anda." tawar sang laki-laki itu kepada Luciano.

Luciano dan Alfred hanya bingung dan saling menatap tidak mengerti.

"Maaf tapi ada apa ya, saya tidak merasa melakukan kesalahan apapun." tanya Luciano dengan raut bingung

"Anda akan mengerti saat Anda sudah berbicara dengan Maestro." lanjut pria itu lagi.

"Baiklah, aku akan ikut." Ia segera melepaskan tas nya dan diserahkan kepada Alfred.

Alfred yang ditinggal pergi Luciano pun hanya bisa memandang kosong kearah perginya Luciano sambil memegangi tas Luciano.

"Apa-apaan mereka ini, pergi tidak bilang dan meninggalkan ku sendiri disini. Apa mereka tidak melihat ada orang disini." Ucap kesal Alfred. Meskipun begitu Dia tetap kembali kerumah Bibinya dengan membawa tas Luciano.

Sepanjang jalan Luciano berfikir apa yang dia lakukan, apa dia melakukan kesalahan? dan di tengah lamunan itu Luciano teringat ucapan Alfred sebelum dia ingin kembali ke Hasselt. Bisa saja tiba-tiba ada yang mengundurkan diri dan kau yang terpilih lolos lagi. Kan tadir tidak ada yang tahu.

Tiba-tiba Dia teringat kepada Alfred, bagaimana bisa dia meninggalkannya dan Dia juga tidak mengatakan apa-apa. Dia bisa membayangkan wajah kesal Alfred dengan amarah yang berapi-api, Luciano hanya tertawa membayangkan itu.

Tak berselang lama akhirnya Dia sampai di depan Gedung Opera La Monnaie, sambil menarik nafas dalam-dalam Dia segera masuk bersama dengan seorang pria yang tadi menjemput nya

"Permisi Maestro, Tuan Luciano sudah ada disini." ucap nya kepada Maestro Philip.

Ternyata yang ingin menemuinya adalah Maestro Philip sang legenda Maestro dari Brussels, Luciano sabgat mengagumi nya Dia tidak menyangkan akan bertemu dengan sang maestro.

"Selamat siang Tuan, saya Luciano." Ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

"Kau boleh pergi Hans, terima kasih." Ucap sang maestro kepada laki-laki yang dipanggil Hans itu.

"Maaf apa aku menganggu mu?" Tanya Maestro Philip kepada Luciano.

"Tentu saja tidak Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"

"Silahkan duduk dulu, ada yang ingin aku bicarakan." Maestro Philip menyuruhnya untuk duduk diatas kursi kayu yang disediakan.

"Jadi, aku ingin mengatakan sesuatu." lanjutnya.

Saat itu perasaan Luciano tidak karuan, Dia masih ingat dengan ucapan Alfred.

"Setelah mempertimbangkan beberapa hal, setu orang yang lolos kemarin mengundurkan diri karena beberapa alasan, mau tidak mau kita harus mencari pengganti nya. Dan kebetulan sekali Tuan yang terpilih, jadi besok kita akan adakan seleksi lagi dan Tuan bisa ikut seleksi terakhir." Ucapnya menjelaskan panjang lebar.

Bahagia sekali Luciano mendengar berita itu, tentu benar ucapan Alfred bahwa takdir tidak ada yang tahu, semesta seperti mempermainkannya. Ternyata Brussels lebih senang kalau Dia disini, seperti menari di padang bunga hatinya sangat bahagia dan gembira, berkali-kali Dia mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Maestro Philip karena telah memilihnya. Setelah percakapan itu, Luciano diizinkan untuk segera pulang mengabarkan kepada keluarganya.

"Ternyata kita bertemu lagi Tuan, sepertinya wajahmu terlihat lebih bahagia dibandingkan hari kemarin."

Lagi-lagi Dia bertemu Elena, tidak pernah dia bayangkan bahwa bisa bertemu setiap hari dengan gadis cantik ini.

"Nona.... Aku akhirnya lolos tahap ini." Teriak nya kepada Elena dia tanpa sengaja memegang bahu Elena, Ia segera melepaskan tangannya dari bahu Elena.

Elena pun tirut bahagia, Dia tidak menyangka bahwa ternyata takdir berpihak pada Luciano.

"Syukurlah, tapi ingat kau masih punya satu kali kompetisi lagi terus berlatih dan jangan sia-siakan kesempatan ini." tuturnya bijak kepada Luciano.

"Nona, mau kah kau mengajariku menjadi penyanyi sopran?"

...****************...

...Halo ini LovelyHyuck semoga kalian suka dengan karya amatir ku ya, mohon dukungan nya. Terimakasih...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!