20. Menjauh

Sudah satu minggu Luciano di Brussel dan sejak saat pertemuan terakhir nya dengan Elena di malam festival, Elena sudah tidak mau menemui nya lagi. Pernah setelah hari itu mereka bertemu tetapi Elena justru menghindarinya.

"Kenapa Dia menghindari ku? Apa mungkin karena Dia sudah mempunyai kekasih?" sesekali Luciano bertanya dalam hati

"Hei apa yang kau pikirkan? ayo kita kerumah teman Ayah ku, katanya beliau mempunyai pekerjaan untuk kita." Alfred membuyarkan Lamunan Luciano.

"Sekarang?"

"Iya cepat ganti bajumu, kemarin kan aku sudah mengatakan kepadamu." Ucap Alfred malas

"Maaf aku lupa, tunggu sebentar."

"Kau lupa karena sering melamun."

Luciano tidak menanggapi ucapan Alfred, Dia segera bergegas berganti pakaian.

Dalam perjalanan mereka cukup risih melihat banyak pasang mata memperhatikan mereka mulai dari ujung kepala sampai kaki, terkadang ada yang terang-terangan melihat sampai enggan berkedip. Bayangkan saja tiba-tiba ada dua laki-laki berjalan kaki dengan wajah yang tampan bak seorang pangeran, meski dibawah teriknya matahari pun ketampanan mereka tetap terlihat menawan.

"Wah tampan sekali."

"Sepertinya seorang bangsawan, tapi kenapa mereka berjalan kaki."

"Kurasa aku menyukai nya."

Begitulah kira-kira ucapan para gadis yang terdengar di telinga mereka, bahkan ada yang terang-terangan mendekati mereka dan menanyakan nama mereka.

Meskipun terlihat risih dan tidak nyaman, Alfred tetap mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum sangat manis kepada para gadis yang ia temui. Hal itu membuat sedikit histeris para gadis, sedangkan Luciano terlihat tidak perduli.

"Ternyata menjadi tampan sangat menguntungkan." ucap Alfred diselingi senyum sumringah,

"Kurasa mereka memperhatikan ku." balas Luciano tidak mau kalah.

"Kau dan aku saja masih tampan aku."

"Iya tuan yang paling tampan." Luciano membalas perkataan Alfred dengan nada mengejek, hal itu membuat Alfred kesal.

Bughh

Saat sedang mengobrol, tanpa sadar mereka menabrak seseorang dengan cukup keras hingga membuat buku yang dibawa gadis itu terjatuh. Luciano dan Alfred segera membantu merapikan kembali.

"Maaf maafkan aku, aku tidak sengaja." ucap Luciano sambil membantu mengambil buku yang berjatuhan.

"Tidak apa."

Suara itu terdengar tidak asing di telinga Luciano, dan benar saja saat melihat siapa yang ditabrak ternyata gadis itu adalah Elena. Gadis yang sukses mencuri perhatiannya sejak pertama kali sampai di Brussel. Pandangan mata mereka bertemu cukup lama sebelum Elena memutuskan kontak mata dan bergegas merapikan buku nya kembali.

"Elena, apa kabar?" Alfred tidak menyadari ada kecanggungan diantara keduanya,

"Aku baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku cukup baik, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Tapi kurasa ada yang lebih senang karena bertemu denganmu." liriknya kepada Luciano. Sedangkan Luciano yang terlihat canggung hanya memberi senyuman.

Elena pun membalas hanya dengan tersenyum sebelum dia pamit untuk pergi dulu, "Aku duluan ya."

Alfred menyadari ada yang tidak biasa diantara keduanya, ia lalu melirik Luciano dan menanyakan ada apa.

"Kau kenapa? Bukankah kau senang bertemu Elena lagi?" tanya nya tidak mengerti.

"Iya aku senang melihatnya baik-baik saja."

"Lalu?"

"Lalu apa? Sudahlah katamu kita terlambat bertemu dengan teman ayahmu." Luciano pergi meninggalkan Alfred yang masih tidak mengerti.

Lagi-lagi Luciano meninggalkannya begitu saja. Alfred hanya bisa mengelus dada nya saat ini.

Di perjalanan pun dia masih tidak mengerti apa yang terjadi, Alfred mencoba merayu Luciano agar menceritakan hal yang terjadi. Tetapi Luciano tetap menutup mulutnya dan tidak menjawab pertanyaan Alfred.

"Ayolah, ceritakan padaku. Kau mau membuatku penasaran sampai terbawa mimpi?"

Luciano hanya diam.

"Nanti biar aku katakan kepada teman Ayahku kalau kau anak yang rajin dan pandai, supaya langsung bisa bekerja disana."

Luciano tetap diam tidak menanggapi.

"Baiklah, bagaimana kalau dengan aku mengerjakan tugasmu selama satu hari."

Luciano tetap saja diam.

"Tiga hari." tawar Alfred lagi,

Luciano mulai tertarik dengan penawaran Alfred.

"Satu minggu." Akhirnya dia berhenti dan menerima tawaran Alfred

"Gila, terlalu lama."

"Dua minggu."

"Kenapa makin lama," ucapnya kesal

Luciano hanya menaikkan bahu tidak peduli dan segera berjalan meninggalkan Alfred,

"Sialan."

"Baiklah, karena aku ini teman yang baik hati, tampan dan tidak sombong. Aku menerima tawaran Tuan Luciano Bachmeier."

"Deal." Luciano mengulurkan tangannya.

Alfred terlihat menarik nafas panjang dan menghembuskan nya,

"Bagaimana kalau satu minggu." tawarnya untuk yang terakhir kalinya,

"jabatan tanganku ini kalau tidak kau terima, berarti sudah tidak ada tawaran lagi dan tidak ada cerita untukmu." ancam Luciano

Alfred segera menarik tangan Luciano dan membalas jabatan tangannya, "Deal."

"Jadi bagaimana ceritanya?"

"Nanti saja, kita sudah sampai di tempat teman Ayahmu."

Alfred segera mengalihkan pandanganya dan benar saja mereka sudah sampai, dia hanya bisa menghembuskan nafasnya kecewa dan segera mengikuti Luciano masu.

"Permisi paman."

Lelaki paruh baya berperawakan tinggi besar itu menoleh ke sumber suara, wajahnya yang sudah tidak muda lagi tetapi tubuhnya masih terlihat sehat.

"Paman Sam kau masih mengingatku?" tanya Alfred kepada lelaki yang disebutnya paman sam itu.

"Tentu saja anak nakal." Jawab paman sam dengan tertawa

"Ayo masuk dulu, biar aku suruh istri ku membuatkan teh untuk kalian."

"Tidak usah repot-repot paman," ucap Luciano tidak enak.

"Sudah masuk dulu, kita bicara di dalam."

Mereka menganggukkan kepala dan ikut masuk kedalam,

"Paman, Caroline apa juga ada di dalam?" tanya Alfred dengan sedikit tersenyum canggung.

"Tentu saja, kau tahu tidak dia tumbuh dengan sangat cantik."

"Sudah lama aku tidak bertemu dengannya." ucap Alfred dengan mata berbinar dan mencari ke setiap sudut ruangan."

"Tapi dia tidak akan kubiarkan bertemu denganmu saat ini." ucap paman Sam sambil terlihat serius, dan hal itu membuat Luciano tertawa keras karena melihat perubahan wajah Alfred.

Alfred hanya tersenyum canggung menanggapi ucapan paman Sam, dia segera berbisik kepada Luciano.

"Jangan tertawa, kau masih mempunyai hutang cerita kepadaku."

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!