KENCAN PERTAMA PART 2

Tama dan Dera tidak jadi nonton dan minum es cream. Dera masih sedih gara-gara buzz. Ah, si cuek dingin ini memang tidak ada perhatian sama sekali.

Berjalan berdua ke basement mall membuat Dera sedikit gugup. Pasti di Tama marah karena gantian Dera yang cuek kepadanya. Salah sendiri dirinya tidak bantu buat ambil buzz. Ah, itu series terbaru. Dera berjalan lesu ke arah parkiran.

Tama berhenti di depan motor sport hitam. Eh, buset dia kemarin pakai motor matic sekarang ganti yang lebih wow. Dera mengerutkan dahinya. Mengamati setiap sudut motor Tama.

“Nggak pernah lihat motor sport?” Tama memakai jaket hitam dan helm Cargloss warna hitam.

Dera tidak mempedulikan ucapan Tama, dia masih fokus dengan motor sport hitam yang mengundang rasa penasaran.

“Gue nggak asing sama ini motor,” Dera masih berfikir mencoba mengingat.

“Hello!” Tama mengibaskan tangannya di depan wajah Dera. “Memang motor sport seperti ini pabriknya hanya satu? Nggak lah.” Tama sedikit sewot.

“Nggak begitu Tama, gue nggak asing saja sama motor ini, pernah lihat saja tapi sejak kapan Tama naik motor sport? Biasanya matic?” Dera menatap tajam Tama.

“Sejak kencan sama Lo. Naik jangan banyak protes.” Tama naik ke motor sportnya dan menyerahkan helm satunya ke Dera.

What? Kencan sama gue? Kencan? Si Tama bilang ini kencan. Batin Dera bahagia.

Malam ini rasanya Dera berjalan di sebuah ladang yang terdapat bunga warna-warni dengan harumnya yang semerbak. Baik lupakan tentang Tama yang tidak mau membantu dia mendapatkan boneka buzz tapi dengan ucapannya dengan kata kencan membuat dia makin berbunga-bunga.

"Sampai kapan gue harus nungguin Lo bayangin sesuatu?"

Perkataan Tama membuyarkan lamunannya, dia melihat dari balik helm Cargloss nya menunjukkan wajah emosi. Tunggu di balik wajah itu kenapa tidak asing.

Duh, kok gue makin bodoh sih sama ingatan. Gue kenapa nggak asing sama tuh wajah. Aish, ini hanya pikiran gue saja.

Motor sport melaju di jalanan kota Surabaya yang lumayan cerah. Dera bahagia malam ini bisa kencan sama Tama, iya meskipun tidak nonton tapi setidaknya dia berdua dengan Tama.

Masih menjadi misteri dengan motor yang dia tumpangi. Dera yakin ini motor tak asing baginya.

Tama mengendarai motor lumayan cepat membuat Dera bingung mau pegang apa. Takut jatuh. Akhirnya dengan secuil keberanian dia memegang jaket Tama. Sensasi beda jika di bonceng naik motor sport dan matic.

Dera turun dari motor Tama. Sedari tadi selama perjalanan Tama hanya fokus mengendarai motornya. Tidak menyahuti perkataan Dera yang sekedar tanya mau kemana lagi? Sudah makan belum? Langsung pulang?

Zonk bagaikan senyawa non polar dalam ilmu kimia tidak memiliki muatan listrik dengan kata lain tidak bisa menyahut.

Tama berhenti di dekat danau yang ada di sebuah kampus swasta. Wah, baru kali ini Dera datang kemari. Kok bisa Tama tahu tempat seindah ini di malam hari. Banyak stand makanan dan minuman dan lampu layaknya di cafe outdoor LED.

“Kita mau ngapain Tama?” Tanya Dera sambil melepas ikatan helmnya.

"Mau konser." Jawab Tama ketus.

Ah, kenapa pakai acara susah segala sih helm ini. Dera masih kesulitan membuka ikatan helm milik Tama. Apa memang sengaja di buat susah kali iya. Melihat Dera kesusahan dia membantu melepas ikatan helmnya.

Jantung Dera lari maraton saat Tama hanya berjarak beberapa senti saja. Ternyata dia juga susah membuka ikatan. Lebih tepatnya beberapa hembusan nafasnya masih terasa.

Klik!

"Nanti jangan di kunci ikatannya." Tama langsung melangkah sedikit menjauh dari Dera.

Dera memesan nasi goreng dan lemon tea.

Suasana masih hening. Tama masih menikmati makanannya sepertinya dia kelaparan.

"Astaga, masih sempat juga buka buku." Dera melihat Tama membuka buku yang di belinya di gramedia.

"Biar jadi pintar." Tama masih fokus ke bukunya. Ilmu fisika update terbaru.

Dera memanyunkan bibirnya. Di teori percintaan. Ceilah percintaan, dia saja tidak di anggap Tama pacar. Jadi kembali lagi ke laptop, dia mengambil buku yang dia beli. Sekedar ikutan saja daripada bengong kaya sapi ompong.

“Tama,” Panggilnya lirih.

“Em …” Jawab Tama tanpa memandang dirinya. Tama benar kelewat batas.

“Tama,” Panggil Dera sekali lagi.

“Em …”

Dera makin kesal dan merebut buku yang dia baca.

“Apaan sih. Gue mau belajar.” Jawab Tama ketus dan merebut lagi bukunya.

“Bisa nggak sih, Tama hargain gue. Lo ajak gue kencan tapi gue di cuekin. Malah asyik baca buku. Oke fine, gue tahu Lo kutu buku tapi setidaknya hargai gue.” Dera kesal.

“Iya gue tahu. Besok ada Bu Yasmin kalau ulangan mendadak bagaimana? Gue sih oke-oke saja dan Lo?”

“Tama jahat, dengan kata lain otak gue di bawah standar gitu.” Dera berkata sedikit nyolot. Tega benar nih cowok. Ampun dah, tidak bisa menjaga hati dan perasaan perempuan.

“Betul.”

“Tama ih!”

“Jangan manja. Lo harus jadi juara. Gue tahu sains Lo tentang fisika kurang. Gue perhatikan Lo paling pintar matematika.”

Dera mendengus kesal.

“lo bawaannya nyindir mulu. Heran deh, kalau Lo punya pacar ataupun istri harus bisa menyebalkan gini nggak sih?”

“Nggak lah. Gue akan mencintainya sepenuh hati. Beda kali ceritanya.”

Tama membaca satu persatu lembaran. Rupanya buku ini cukup menarik baginya karena apa trik jitu rumus dan elemennya ringkas.

“Tama, kenapa Lo suka banget sama sains?”

“Nggak ada alasan lain, hanya ingin menjadi orang sukses. Kalau pintar sains berarti otaknya genius sama seperti Einstein dan satu hal lagi hanya ingin membahagiakan nyokap.” Jelas Tama.

“Kok nyokap? Bokap nggak di sebut tuh, em … jangan jadi anak durhaka.” Sindir Dera.

Hening …

Ups, gue keceplosan kali iya ngomong gini.

“Tama, gue salah ngomong?” Dera bicara sedikit hati-hati takut Tama tersinggung.

Muka Tama saja kaya’ menahan amarah saat Dera menyebut ayahnya.

“Nggak salah. Yang salah takdir. Bokap gue di ambil pelakor sejak gue masih kecil."

Miris sekali ternyata kehidupan Tama. Dera tidak menyangka masih ada pelakor di tahun 2000 an. Jadi nggak enak kan sama dia membuka masa lalu.

“Lo usah buat gue sedih, gue males sama Lo.” Tama mengusir Dera.

Nah loh, kok gue jadi di usir sih? Tama, Lo kebangetan. Mana gue tahu kalau bokap Lo pergi. Dasar aneh. Batin Dera menggerutu.

Dera mengambil tas dan bukunya dan langsung pergi meninggalkan Tama.

Langkahnya menjauh dari lokasi stand makanan tadi. Sakit sekali di cuekin. Dera berlari kecil meskipun dia masih lapar. Nasi goreng tadi hanya dua sendok dia makan. Sepertinya dia sudah menjauh dari Tama. Baiklah kita uji apakah Tama datang mengejarnya atau tidak?

Dera menoleh ke belakang. Lagi-lagi zonk. Kadang dia bingung kenapa bisa jatuh cinta sama cowok berhati batu.

Sampai langkahnya terhenti karena segerombolan geng Elang lagi asyik nongkrong di atas motor mereka masing-masing. Dera menelan ludahnya. Bukan takut tapi malas sekali berhadapan dengan geng Elang, dia langsung berbalik badan.

“Mau kemana lo?”

Terdengar suara Ziko menghentikan dirinya. Dera tak peduli dia ingin kabur saja dari geng Elang.

“Nggak punya telinga Lo?” Ziko berlari dan menghadang Dera. Jujur dia malas meladeni geng Elang yang brutal ini. Di lihat tak ada sosok Mr In.

“Mau apa kalian? Gue nggak ganggu kalian juga kan?”

Ziko tersenyum tipis dan licik.

“Anjir benar kata bos kita nih cewek nyalinya gede juga. Pantas si Keenan tergila-gila kepadanya. Gue dendam sama anak Tunas Bangsa apalagi Keenan. Gara-gara dia gue masuk rumah sakit.”

“Urusannya ke gue?” Dera menyipitkan kedua matanya.

“Hem …” Tama datang melerai perdebatan antara Dera dan Ziko. “Beraninya sama perempuan. Nih, gue kasih uang buat beli jajan.” Tama memberikan uang seratus ribuan dua lembar ke Ziko. “Pergi jangan ganggu dia.” Tama mendekat ke arah Ziko.

“Anjay, cabut.” Perintah Ziko dan melenggang pergi dengan motor sportnya yang menggelegar.

Dera hanya terdiam dan duduk di bangku kayu yang ada di sebelahnya, dia menutup kedua matanya. Lelah ingin pulang rasanya. Tama duduk di dekat Dera.

“Nih!”

Dera membuka kedua matanya. Tama memberikan bungkusan makanan.

“Lo fikir beli nasi goreng nggak pakai uang. Gue lihat makanan Lo masih banyak. Gue bungkus saja. Terserah Lo mau buang atau bagaimana. Maafin gue tadi. Gue nggak ada maksud buat ngusir lo. Kata bokap membuat gue marah dan kecewa.” Ucap Tama dengan nada yang lembut.

“Gue boleh pinjam bahu Lo nggak,” Dera meminta ijin ke Tama.

Kali ini dia butuh sandaran. Rasa trauma bertemu dengan geng Elang. Brutalnya bikin orang sedikit takut dan perlakuan Tama yang buat hati sedih.

“Bu … at  apa?” Tama sedikit gugup.

“Buat sandaran.”

Tanpa aba-aba Dera menyandarkan kepalanya di bahu Tama tidak peduli dia menolak atau tidak yang penting kepalanya sedikit pusing dan butuh sandaran.

“Lo …” Tama tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis ini kadang membuat dia emosi, kesal tapi juga kasihan.

“Gue benci geng Elang. Mana ada cowok mukul cewek. Jahat nggak sih? Apalagi bosnya yang bernama Mr In. Misterius, hanya bisa sembunyi di balik maskernya. Sampai kapanpun gue benci sama itu geng,” Dera meluapkan kekecewaan dan tangisannya pecah juga.

Tama hanya bisa terdiam dan membiarkan Dera bercerita. Geng Elang.

“Kalau lo nggak buat masalah nggak bakalan ada api.”

“Tapi dia itu jahat banget, Tama. Eh, kok bisa sih mereka langsung mau saja di sogok uang sama Lo. Gila dia ratus ribuan.” Dera penasaran. Kalau jadi dia malas saja.

Tama hanya diam.

“Lupain saja.”

“Tama, gue cinta sama Lo.” Dera mengutarakan perasaannya kembali. “Gue tahu ini konyol seorang cewek nyatakan cinta ke cowok duluan, itu karena gue nggak mau kehilangan lo, Tama.”

Tama menelan salivanya dalam-dalam. Suasana malam yang candu di tambah Dera bertingkah seperti ini.

“Kok jantung Lo berpacu cepat banget sih, Tama.”

Ritme jantung Tama tidak karuan. Dera merasakannya.

Tama langsung mendorong tubuh Dera dan hampir terjatuh dari bangkunya.

“Pulang. Gue mau ambil motor dulu.”

“Tama, Lo benar-benar nggak ada otak.” Dera kesal.

 

 

 

Terpopuler

Comments

RISA

RISA

lanjut thor

2023-09-18

0

RISA

RISA

Tama the best

2023-09-18

0

GERAL

GERAL

anjayy

2023-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!