MISI GENG DEWA RIDERS

Lonceng berbunyi. Pertanda selesai pelajaran hari ini. Di kelas IPS 3 segerombolan cowok masih setia di bangku mereka masing-masing. Geng Dewa Riders. Ritual mereka adalah mencari sisa-sisa barang di laci meja temannya. Giandra mencari satu persatu laci. Kemarin dia menemukan uang sepuluh ribuan, lumayan buat beli pertalite.

“Masih belum nemuin sesuatu, Ndra?” Tanya Bima yang dari tadi mengamati Giandra masih belum menemukan sesuatu yang berharga.

“Gila, nyet! Apaan ini!” Giandra sedikit jijik mengambil bungkusan putih yang empuk seperti kapas dan empuk dan dia pegang sampai ke atas. Mengamati segala penjuru benda persegi panjang itu.

“Woi … itu pembalut! Ngapain Lo ambil! Lo mau jadi cewek. Gila lo Ndra. Balikin! Punya siapa itu?” Bima syok melihat apa yang di bawa Giandra.

“Ini lacinya Calista. Pantas dia dari tadi kaya’ kucing garong. Eh, nggak tahunya PMS. Cewek kalau PMS emang gitu iya, Bim?”

“Mana gue tahu. Memang gue Alodok bisa tahu semuanya. Ndra, balikin tuh pembalut dalam laci. Jijik gue lihatnya, nyet. Cari yang lain tanpa bau-bau wanita.”

“Kaya’nya nggak ada deh, Bim. Hah … nggak dapat apa-apa kalau gini.” Giandra frustasi.

Kedua pasang matanya melihat ketua gangnya sedang asyik bermain ponsel. Beruntung Geng mereka tidak ketahuan membawa ponsel karena sekolahan mereka melarang siapa saja membawa ponsel. Tinggal nitipin saja ke ibu kantin. Beres.

“Kee, serius amat Lo! Ngapain? Mau cari wangsit?”

“Cari wangsit pala Lo. Gue dari tadi lihat tingkah kalian kesel sendiri. Gaes, tadi ada undangan dari ketua club balapan jika Mr In mau nantang kita dan berhadiah. Coba lihat,” Keenan menyodorkan ponselnya. Giandra dan Bima serius mengamati undangan tersebut.

“Lumayan gede gaes hadiahnya enam ratus ribu. Ayo, Kee kita ladeni saja. Lumayan satu orang dua ratus ribu.” Bima antusias.

“Tunggu. Gue ngerasa aneh dengan undangan ini. Nggak biasanya panitia mengadakan hadiah. Hadiahnya gede lagi. Kalian ingat nggak saat Geng Elang kalah, Mr In bilang kalau akan mengalahkan kita tanpa ampun. Gue jadi curiga ini adalah inisiatifnya.” Keenan tampak serius sambil bersendagu.

Mr In adalah ketua geng motor Elang yang terkenal brutal. Barang siapa yang menyenggol mereka akan kena akibatnya. Pernah saat itu Bima hampir mati karena salah satu dari mereka aduh silat. Satu lawan tiga jelas Bima kalah. Saat ini Keenan masih penasaran dengan muka Mr In. Pasalnya dia selalu memakai helm teropong cargloss dengan ciri khas memakai plaster di pipi sebelah kanan. Misi Keenan hanya satu melihat wajah asli Mr In. Sepertinya dia masih sekolah ataupun kuliah.

“Kee, Lo nggak ada niatan buat hancurkan geng Elang. Jujur gue nggak terima saat Bima di bantai.” Giandra geram sambil mengepalkan kedua tangannya.

“Mr I itu terkenal brutal gaes, main cantik saja. Ingat iya intinya di dalam geng kita anti tawuran.” Keenan mengingatkan kepada teman-temannya kerena dalam motto Dewa Riders anti tawuran.

Bima dan Giandra hanya mengangguk menuruti Keenan.

Brak ….

Suara gebrakan meja membuat ketiga cowok yang serius langsung buyar ketika dan langsung terpelojat karena kaget. Mereka menatap secara bersamaan dengan tatapan tajam.

“Loh buat kaget aja sih, Ted!” Bentak Keenan. “Lo dari mana saja tidak ikut konferensi meja kotak. Hah …! Wajah Lo kenapa habis di kejar hantu toilet.” Keenan sewot.

Nafas Teddy tidak beraturan, ada sesuatu yang membuatnya kaget setengah mati.

“Butuh nafas buatan nggak Lo, Ted?” Goda Bima.

“Anjir, ogah gue. Tebak ada hal apa yang terjadi?” Teddy masih mengatur nafasnya.

“Martabak pak Dodik laku? Kalau laku gue mau beli. Gila martabak isi dua saja dua puluh ribu. Mana dikit, asin lagi.”

“Bukan dodol, ayo tebak lagi. Cepat!”

“Lo habis ketemu bidadari.” Timpal Keenan.

“Anjir salah nyet, Ayo cepat tebak! Ah kelamaan kalian bertiga. Gila, mbak Santi penjaga kantin akhirnya nggak jadi nikah. Gue bisa sama dia.” Teddy sangat senang, dia langsung menghempaskan tubuhnya dia bangku dekat Keenan.

“Dodol Lo, Ted. Ingat masih pelajar. Senang banget sih Lo, sama cewek lebih tua. Ingat umur.” Keenan menjedok kepala Teddy.

“Yang penting cinta.” Kata Teddy dengan wajah bahagia.

 Teddy memang menyimpang perasaan kepada mbak Santi. Perempuan lima tahun lebih tua darinya, tetapi pesonanya mbak Santi buat Teddy tidak bisa bernafas. Parasnya yang kalem, dan cantik. Teddy baha

“Makan tuh cinta.” Keenan membungkam mulut Teddy dengan kertas.

***

Bu Yasmin mengamati Dera yang sedari tadi masih sibuk mengerjakan tugas Fisikanya. Gini kalau sebangku tidak ada temannya. Tidak bisa di mintai contekan. Minta tolong Rere sahabatnya yang di depan tidak mungkin. Karena contoh soal beda. Hanya satu bangku saja yang sama.

Yah ampun ingin keluar saja dari kelas IPA. Otak gue sudah loading lemah. Baterai tinggal 15%. Mana dari pagi sampai siang hitung melulu. Kebul rasanya kepala ini.. Batin Dera menggerutu dan frustasi.

Dera masih menghitung soal Termodinamika, ilmu yang membahas tentang kalor dan semua bentuk energi pada sistem. Lebih baik kimia daripada fisika.

"Dera, kamu kebiasaan sekali, selalu terlambat mengumpulkan tugas. Cepat! ibu mau ke kantor sekarang. Sudah telat upacara sekarang telat mengumpulkan tugas." Kata Bu Yasmin yang sudah mengomel sejak satu menit terakhir karena muridnya yang satu ini begitu ngaret mengumpulkan pekerjannya.

"Bentar, Bu, bentar ... dikit lagi. Ini tadi masih hitung kalau salah angka salah semua." Dera menulis dengan terburu-buru. Namun, tanpa ampun Bu Yasmin segera menghampiri mejanya dan menarik lembar jawaban yang masih belum selesai tersebut.

Dera hanya cemberut melihat kertasnya sekarang sudah berada di tangan guru berkacama itu. "Yah, Bu Yasmin! Nggak seru ah! Kan, aku belom selesai." Katanya lesu.

“Bodoh amat.” Bu Yasmin pun hanya menggeleng kan kepala lalu meninggalkan ruang kelas.

Rere yang sedari tadi menunggu Dera di koridor pun akhirnya kembali memasuki kelas, "Woi, Neng ... cepetan dong. Lama bener sih lo. Astaga, makanya ada pasangan di bangku lo, tahu sendiri bu Yasmin sering berikan tugas. Kalau kaya’ gini nilai fisika mu bisa turun.” Omel Rere.

"Sabar, orang sabar disayang  Tuhan. Dah, ah jangan ngedumel deh Lo!" Ucap Dera sebal.

Rere menghampiri Dera yang tengah membereskan tumpukan buku yang menghambur di atas meja nya dengan sabar. Tanpa diperintah Rere segera membatu sahabatnya itu, agar mereka bisa segera keluar dari kelas yang cukup memanas.

"Thank you, Rere. Eh ... entar temani gue ke kelas XII IPS 3 yah." Kata Dera saat mengintip laci bawah meja nya yang berisi beberapa buku catatan. Ia pun meraih buku-buku tersebut dan memindahkannya ke dalam ransel.

"Ngapain?" Tanya Rere bingung.

“Balikin pulpennya si Keenan.” Dera men cangklong tas ransel hitamnya.

“Cieh … ngembaliin pulpen atau kangen nih? Tahu sendiri kan, Keenan ngejar lo.” Goda Rere.

“Apaan sih Lo, Re. Gue nggak ada perasaan sama sekali sama Keenan. Udah ah, Lo nggak usah ikut. Nanti jadi kompor ke Keenan.” Dera cemberut lalu melangkah keluar.

“Nggak asyik loh, Ra. Keenan itu cakep loh. Kok Lo nggak mau sih. Kalau gue sih mau aja.” Rere berjalan mengekori Dera.

Bima melihat dua gadis sedang masuk ke kelas XII IPS 3

“Gebetan Lo tuh nyamperin.” Teddy menyenggol lengan Keenan yang asyik main hp. Mendengar kata gebetan Keenan langsung melempar ponselnya di atas meja.

“Sayang. Godain Abang dong!" Kata Keenan genit sambil bersiul. Betapa senangnya jika Dera menghampirinya di kelas.

“Sayang, sandal gue melayang nih! Nih pulpen loh, gue kembalikan.” Dera menyodorkan pulpen warna hitam ke Keenan. “Gue nggak mau nyimpen barang yang bukan hak gue.”

“Dera … Dera … sudah itu buat Lo aja. Anggap saja pemberian calon pacar.”

“Ih amit … Amit. Ogah gue, makasih.” Dera meraih lengan Rere dan mengajaknya pergi.

Bima, Teddy, Giandra hanya bisa melongo dan merekapun sama-sama menengok ke arah Keenan.

“Lo ditolak, Kee?” Tanya mereka serempak. Lalu tertawa terbahak-bahak.

“Apa yang lucu?” Keenan sewot. Dera masih saja menolaknya.

“Seorang Keenan Bad boy dan artis di sekolah ini ditolak mentah-mentah dengan cewek tomboy. Gila, nggak sih nyet,” Giandra tidak bisa menyembunyikan kelucuan dan keanehan ini.

“Udah deh, gue saranin lo jangan berharap sama cewek tomboi itu. Natasya gadis cantik yang ngejar lo. Lumayan jadi koleksi.” Terang Bima.

“Gila Lo, anjir.” Keenan kesal.

 

Terpopuler

Comments

bee happy

bee happy

Keenan iya ampun

2023-09-17

0

RISA

RISA

gila giandra

2023-08-27

1

sherin

sherin

tambah seru sambil ngemil Snack enak

2023-08-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!