BALAPAN MOTOR

Jam 20.00

Dera masih sibuk mencari buku yang dia cari selama ini. Harus dapat apapun yang terjadi Dera harus menemukan buku tersebut. Rak-rak yang ada di Gramedia belum juga menemukannya. Dera hanya bisa menggerutu. Rasa frustasinya mulai melanda hatinya. Dera bersandar di rak buku bagian novel dan kedua matanya menangkap buku.

“Ini dia buku yang gue cari. Buku tentang jogging otak. Lumayan bisa refreshing otak gue yang loading lama.” Dera mengambil satu di antara beberapa buku yang berjejer.

Dera juga membeli alat tulis tema toys stories. Tema yang paling dia sukai. Tidak peduli dia sudah remaja, namun Dera sangat menyukainya.

Puas berbelanja di Gramedia. Saatnya pulang. Dera melihat pesan masuk dari Derren.

Kak, gue nggak bisa jemput. Perut mules.  Minum diatab nggak mempan. Sama Mama di suruh periksa ke dokter. Naik ojek online saja iya, Kak. Sorry

Huh dasar bocah. Duh, mana baterai habis lagi. Gara-gara lihat Drakor sampai lupa ces. Derren, kalau kaya’ gini tadi gue berangkat naik motor saja. Punya adik gini amat sih!

Dera langsung lemas tak berdaya. Naik ojek online harus pakai aplikasi sedangkan ponselnya mati, naik angkot takut sama sopirnya, naik becak motor tapi tidak ada muncul sama sekali. Dereen adik Dera dari kemarin hanya bisa dirinya kesal.

Seorang dengan motor ninja hitamnya dan memakai helm Cargloss dengan jaket hitam, celana hitam pokonya ini cowok serba hitam. Nggak tahu wajahnya hitam atau nggak, dia menghampiri Dera yang sedang berdiri di depan toko Gramedia . Cowok itu membuka helmnya. Damage nya bukan main seperti Jungkook.

Ya Tuhan, ternyata Keenan kalau nggak pakai seragam cakep nya nggak ada obat. Dera, Lo bodoh atau bagaimana? Bisa-bisanya Lo tolak cowok secakep, Keenan dan artinya sekolah. Dera dalam hati memuji ketampanan Keenan dan baru menyadarinya.

Keenan turun dari motor nya, meletakkan helmnya di bagian belakang. Damage nya Keenan bukan main.

“Pacar, sendirian saja,” Keenan lagi-lagi menggoda Dera.

“Pacar dari Hongkong. Ingat, gue bukan pacar Lo.” Dera cemberut sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Pacar dari Surabaya, lah. Gue anterin Lo pulang iya.”

“Ogah.” Jawab Dera ketus.

“Jangan ketus-ketus gitu kenapa sih? Udah, gue antar pulang saja lumayan gratis ongkos, naik ojek online saja lima belas ribu. Lumayan tuh buat beli jasuke.”

Dera langsung memandang Keenan. Cowok ini malah senyum manis kepadanya. Iya benar dari dekat ternyata mirip artis BTS Jungkook, tetapi Dera masih pasang muka sombongnya.

“Masalah buat Lo. Daripada gue Lo antar mending gue nunggu ojek online.” Sindirnya.

Astaga sampai kiamat pun bakalan nggak bisa ojek online. Ponsel saja sudah sekarat.

“Baiklah kalau si pacar nggak mau di antar. Gue mau tanding balapan dulu sama geng Elang. Lumayan hadiahnya. Bima menggebu-gebu ingin menang mau genapin uang yang dia tabung beli handphone baru.”

Eits … eits … balapan dengan geng Elang. Itu berarti ada Mr In. Helo, gue masih penasaran dengan tuh cowok.

“Gue ikut.” Dera antusias dengan mengangkat jari duanya dengan senyuman mengembang di wajahnya.

“Hah, Lo mau ikut balapan?” Keenan mengernyitkan keningnya. “Sejak kapan Deranya gue bisa balapan motor?” Keenan dengan wajah bingungnya.

“Bukan. Gue mau nonton balapan.”

“Ish … ish … Lo mau lihat gue balapan, kan. Dera sayang kalau Lo cinta bilang dong! Gue udah setia menunggu jawaban Lo. Dari sini semakin meyakinkan gue jika Lo ada perasaan sama ke gue.” Wajah bahagia terpampang jelas di wajahnya.

Dera bingung dengan Keenan. Percaya diri amat jadi cowok. Kasihan juga cintanya dia gantung.

“Pede banget Lo! Gue mau lihat balapannya Mr In. Katanya dia brutal habis.

“Kok Mr In? Nggak asyik ah, Lo Dera. Cemburu gue. Nggak. Gue antar pulang saja. Nggak baik cewek malam-malam lihat balapan motor. Di sana tuh cowok semua. Gue nggak rela Lo dilirik banyak cowok di sana.” Keenan beranjak pergi.

“Ayolah. Ajak Gue. Mumpung bokap gue yang super duper disiplin belum balik dari Jakarta. Jadi agak bebas pulang malam. Please, Keenan,” Dera menahan Keenan dengan memegang jaketnya.

Keenan langsung balik badan dan melihat wajah Dera dengan tatapan sayu.

“Duh, kalau muka Lo kaya’ gini gua jadi nggak tega. Pengin meluk saja. Naik. Agak telat soalnya.” Keenan mengambil helm dan memakainya sedangkan Dera celingak-celinguk. “Kok nggak naik. Katanya mau lihat balapan?”

“Helmnya cuma satu. Nanti kalau gue di tilang polisi?”

“Cari jalan tikus. Cepat! Telat gue.”

Dera langsung naik motor sport hitam milik Keenan. Baru kali ini dia naik motor sejenis ini. Tinggi juga.

“Peluk gue sekarang. Auh … !” Keenan merintih kesakitan saat Dera mencubit keras pinggangnya.

“Jangan aneh-aneh. Gue pegangan jaket lo.” Kata Dera marah.

“Kalau jatuh?” Keenan masih saja ngeles. Berharap Dera mau memeluknya.

“Gue bukan bayi. Gue bisa jaga sendiri. Dasar mencari kesempatan dalam kesempitan.”

Keenan hanya tersenyum melihat Dera ngomel. Motor sport lalu melaju dengan cepat. Dera hampir terpental ke depan.

Keenan nggak tahu malu. Bad boy ini menguji kesabaranku saja. Dera sabar ini demi bertemu Mr In.

***

Jam menunjukkan pukul 20.30 daerah Pakuwon. Area balap ini sekarang cukup ramai dengan kedatangan Geng Dewa Riders dan geng lain, tetapi kali ini geng Riders dan Geng Elang yang akan tanding karena sudah di putuskan dari juri jik mereka yang akan bertanding.

Anggota geng Dewa Riders sudah berkumpul kecuali Keenan. Teddy, Giandra dan Bima sudah satu jam dari tadi sudah sampai.

“Keenan belum datang juga, Nyet?” Bima gelisah sesekali melihat jam tangannya.

“Belum.” Jawab Giandra singkat, dia masih sibuk main Mobile Legend sambil menunggu ketua.

“Anjir, tuh anak. Kalau nggak datang geng kita di diskualifikasi dan geng Elang menang.”

“Itu Keenan! Kampret bawa cewek lagi.”

Suara Teddy yang terdengar mengejutkan membuat Bima dan Giandra langsung menoleh. Motor sport hitam milik Keenan menghampiri mereka. Bima, Teddy dan Giandra melongo Keenan membawa cewek.

“Dera.” Jawab mereka serempak.

“Lo ngajak Dera? Lo nggak salah ajak dia di tempat balapan? Anak orang ini.”

Iya kali gue anak hutan. Sahut Dera dalam hati.

“Tenang saja gue akan jaga dia. Nanti juga setelah selesai balapan gue antar dia pulang.”

“Kapan jadiannya lo Kee. Wah udah go publish aja.”

“Siapa yang jadian. Gue …” Dera langsung turun

“Udah … Udah ribet amat sih kalian bertiga. Nggak seneng ngelihat gue senang.” Keenan langsung memotong pembicaraan Dera. Alibinya jika Dera tidak usah banyak bicara. Biarkan temannya berfikiran jika dia dan Dera jadian. “Der, rambut Lo yang panjang gue mohon kuncir.” Bisik Keenan.

“Lah ngapain? Urusan gue dong mau gue kuncir atau nggak. Kok lo jadi perintah gue. Jadi cowok tambah lama makin aneh aja Lo, Kee.”

“Bawel amat sih. Udah kali ini nurut. Di sini banyak cowok. Gue nggak mau Lo jadi pusat perhatian mereka, kenapa? Karena Lo cantik banget jika rambut Lo terurai.”

Hati Dera bagai dikasih es dari kutub selatan dan utara. Perkataan Keenan menyentuh hati. Dera akhirnya menuruti perkataan Keenan. Keenan tersenyum puas

“Gitu dong pacar. Tenang gue akan jaga Lo disini. Jadi jangan khawatir tentang keadaan lo.”

Dera hanya mendengus kesal. Baginya dia sangat menyesal datang kemari. Banyak gerombolan geng motor berjejer. Para gadis memakai celana pendek dan rok. Dera hanya memakai jeans biru panjang dan sweater abu-abu.

Keenan menggandeng tangan Dera dan duduk di seberang sambil menunggu pertandingan di mulai. Dera kali ini menurut saja daripada dia kenapa-napa. Mata Dera menengok kesana kemari siapa tahu si Mr In muncul.

Dari arah yang berlawanan tiga sekawan geng datang menghampiri mereka. Jaket hitamnya ada simbol Elang dan mereka rata-rata memakai masker sehingga wajahnya tidak bisa di kenal. Fix ini dia geng di bawah naungan Mr In. Namun, dimana dia? Eh tunggu di belakang ada Mr In.

“Wih, geng Dewa Riders bawa cewek nih!” Ucap Mr In selaku ketua dari geng Elang. Dari wajah yang tertutup masker. Matanya menatap tajam sosok Dera. Mata itu sama saja saat ada di lapangan basket tadi.

Dera mati kutu, dia mengambil buku jogging otak yang barusan dia beli di Gramedia. Sekedar memalingkan wajah karena Mr In dari tadi memandanginya.

“Apa urusan Lo, urusin diri Lo sendiri. Gue bawa cewek atau nggak bukan urusan Lo,” Keenan sedikit naik pitam.

“Santai aja kali. Gue cuma nanya aja.”

Mr In melihat Dera yang sibuk dengan bukunya. Cowok itu tersenyum tipis, bisa-bisanya di arena balap baca buku. Mr In duduk di dekat Dera. Gadis itu sama sekali cuek dengannya. Dera akhirnya diapit oleh Keenan dan Mr In.

“Hai, cewek kenalan boleh nggak?” Mr In memandang Dera dengan intens sambil menjulurkan tangannya. Keenan dari tadi sedikit cemburu melihat Mr In mendekati Dera.

“Lo jangan dekat-dekat sama teman gue.” Keenan memperingati.

“Oh teman Lo, bagus dong kalau gitu bisa jadi pacar gue. Gue kira ini cewek pacar Lo. Cewek … mau nggak jadi pacar gue?” Tanya Mr In sekali lagi.

Dera panas mendengar perkataan cowok ini. Dera tahu jika cowok ini hanya main-main dengannya. Sudah cukup. Dera menutup bukunya dengan keras dan meletakkan di tasnya kembali. Mencoba mengatur nafasnya.

“Pacar kata Lo?” Dera mengulangi perkataan dari Mr In. Kedua matanya menatap tajam wajah Mr In. Lagi-lagi hanya bisa memandangi bayangan saja. “Gue aja baru ketemu Lo barusan. Lo ngajak pacaran. Lo fikir ngajak pacaran kaya’ ngajak konser BTS saja bisa semaunya dan Lo fikir arti pacaran itu apa?”

“Apa iya? Em … Cuma senang-senang jadi koleksi saja. Cukup. Bagi gue nggak ada cinta pokoknya bisa senang -senang sudah cukup. Ayolah, Lo cewek pertama yang gue tembak.”

“Loh fikir cewek itu mainan. Hah …! Tampang kaya Lo tuh rendahan. Kalau gue nerima loh sama saja gue jadi rendahan di mata orang lain. Hay Mr In!” Kali ini Dera menentang cowok memakai masker dengan plaster yang ada di wajahnya. “Gue bukan gadis bodoh yang gampangan. Lo fikir dengan kekuasaan Lo bisa gitu seenaknya. Tidak dengan gue.” Dera sudah gatal ingin melepas masker Mr In agar semua orang tahu bagaimana bentuk wajahnya.

Sial, Mr In keburu bisa menebak apa yang akan di lakukan Dera. Mr In sangat marah ada seseorang membuka paksa maskernya. Bagi Mr In geng mereka tidak ada yang boleh tahu wajah dan identitasnya.

“Lo fikir gue kasihan sama Lo!” Mr In langsung memegang pergelangan tangan Dera. Dera menahan kesakitan. Cengkraman dari Mr In sangat menyakitkan. “Lo.sudah masuk daftar hitam gue. Jadi Lo akan terima konsekuensinya.”

“Anjrit, Lo berani sama cewek! Ayo lawan gue!” Keenan sudah tidak tahan lagi melihat gadis pujaannya di perlakukan tidak baik dengan Mr In. Keenan langsung mendorong tubuh Mr In.

“STOP!” Tim panitia datang. “Waktunya Dewa Riders dan Elang bertanding. Ingin duit kagak? Kalau ingin siapkan diri kalian. Jangan rebutan cewek saja. Ayo!” Kata panitia langsung pergi.

“Urusan gue belum selesai.” Ancam Mr In ke Dera. Tatapan Mr In penuh emosi. Ada secuil niat balas dendam kepada gadis itu.

Gue salah lihat balapan. Nggak seharusnya gue nantang Mr in. Ah, gue pengin pulang.

“Anjir nyet, Dera berani juga nantang Mr In. Sudah tahu tuh cowok brutal habis. Eh, main lepas maskernya. Hebat tuh cewek. Salut gue. Makanya si Keenan tergila-gila.” Celoteh Bima ke Teddy.

“Dera itu beda dari yang lain.”

“Tetap mbak Santi selalu di hati.”

Keenan masih menatap Dera, dia salut bisa lawan si Mr In. Kalau saja Dera bisa membuka masker Mr In. Pasti akan jadi tranding topik.

“Doain tim gue menang iya, Ra. Gue ingin buktikan kalau gue bisa.”

“Gue doain. Semoga Lo menang.”

“Thanks, pacar.” Keenan mengelus rambut Dera dan tak lupa senyuman manis di wajahnya.

Balapan antara geng Dewa Riders dan Elang akan di mulai. Dera duduk di kursi panjang sambil melihat para pemain. Yang lebih menonjol adalah Mr In. Kedua geng Riders tersebut sama-sama beradu, siapa yang paling hebat dan memenangkan hadiah. Jika geng ini balapan selalu ramai karena kedua geng ini adalah primadona.

“Kalian siap semuanya?” Tanya pemandu wanita yang lumayan seksi. “Kalian siap! Gue hitung satu sampai tiga. Satu … dua … tiga!” Bendera di lepaskan pertanda balapan di mulai.

Keenan melajukan motornya dengan suara tinggi begitupun Mr In. Suara raungan motor menggema di setiap sudut jalanan. Dera mulai ngantuk sesekali dia menguap. Dera sudah tidak kuat lagi. Lelah. Kakinya melangkah meninggalkan arena balapan.

Parkiran sepi karena orang masih sibuk melihat balapan. Jam sebelas dua jam mereka balapan. Dera kira hanya satu jam.

“Ngantuk banget gue, Keenan masih sibuk balapan. Ah, ada mobil gue ijin bentar tiduran nanti kalau sudah selesai cabut.” Dera membuka pintu mobil Jazz hitam yang tidak terkunci. Dera berbaring di kursi belakang. Kedua matanya mulai terpejam.

Dera tidak menyadari kalau ada lambang Elang di dashboard depan. Pertanda mobil ini salah satu milik geng Elang.

 

 

Terpopuler

Comments

bee happy

bee happy

dari novel yang aku baca. ini yang paling bagus

2023-09-17

0

bee happy

bee happy

jujur kalau jadi Dera salting banget di sukai cogan ketua geng dewa

2023-09-17

0

RISA

RISA

nggak jelas keenan

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!