ADA YANG MARAH

Bau obat-obatan, infus menusuk hidung. Dera paling benci berada di rumah sakit. Membayangkan saja tidak mau, apalagi kalau bertemu dengan jarum suntik. Oke, kembali ke laptop. Saat ini Dera membawa Keenan ke rumah sakit karena kondisinya yang menghawatirkan. Bayangin bertarung 1 lawan 4 jelas kalah. Geng Elang membuat kesal Dera.

Tama langsung pergi begitu saja saat Dera di pukuli. Kecewa dengan sikap Tama. Cowok nggak punya perasaan. Menyesal Dera cinta sama tuh cowok.

Hampir setengah jam belum ada dokter yang keluar dari UGD membawa kabar dari Keenan. Di lengannya ada bekas sayatan silet dari Ziko. Perdarahannya tidak kunjung berhenti membuat Dera takut. Maka sebab itu Dera membonceng Keenan yang tak berdaya.

Suara berangkar masuk dan keluar UGD, membuat Dera makin panik. Memang dia sangat trauma dengan bau rumah sakit pasalnya dulu dia pernah lari saat mau di suntik karena sakit tifus.

Tama. Nama yang muncul di fikirannya. Tega sekali dia meninggalkan Dera di kepung geng Elang. Sekelebat dia teringat nomer handphone yang diberikan Tama.

Lo tega sekali, Tama kenapa lo ninggalin gue.

Klik. Pesan terkirim ke Tama.

Langsung ada balasan dari Tama. Senyuman manis di wajah Dera.

Cepat amat sih, balasnya. Jadi tambah sayang

Dera senyum-senyum sendiri.

Maaf, anda salah nomer. Saya pak Agus jualan es dawet, neng mau pesan berapa?

Dera langsung kaget, dia baru sadar jika Tama memberikan nomer yang salah. Kok, bisa ada bapak-bapak nyasar. Langsung saja dia blokir nomer pak Agus. Kali ini Tama tidak bisa di maafkan. Besok Dera akan memberi pelajaran kepadanya. Sudah cukup Tama mempermainkannya.

Dokter belum juga memberi kabar. Dera jadi was-was dengan kondisi Keenan. Ia melihat Ziko terlalu brutal. Kalau geng Elang brutal lagi, Dera akan melapor ke polisi biar ada efek jera.

Woi, pulang kak. Dicariin mama sama papa. Lo bakal dapat sangsi. Papa pulang tuh.

Dera dengan cepat membalas pesan dari Derren

Gue pulang terlambat. Ngantar teman di rumah sakit. Awas lo jangan jadi kompor meleduk

Handphonenya langsung dia matikan dan melemparkannya di dalam tas ransel. Kepalanya pusing. Sesekali dia memijat nya.

Dokter laki-laki datang dan menghampiri Dera yang sedang duduk menunggu kabar dari Keenan. Dokter memberitahu jika Keenan sudah selesai di jahit lengannya dan kondisinya membaik. Dokter yang bernama Egie memberitahu jika Keenan bisa pulang.

Dera masuk ke dalam UGD dan melihat Keenan sudah terbaring. Kedua matanya masih tertutup. Nggak tega melihat kondisi Keenan. Dua kali dia menolong dirinya.

“Kee.” Panggil Dera lembut sambil memegang tangan Keenan.

Keenan perlahan membuka matanya. Bibirnya membentuk garis senyum saat Dera ada di sampingnya, dia mencoba bangun dan duduk di bantu oleh Dera.

“Terima kasih, cantik.”

“Justru gue yang bilang begitu, Kee. Lo udah beberapa kali nolong gue. Astaga, Kee Lo terlihat berantakan.” Dera sedikit kaget melihat muka Keenan yang tambah lebam dan lengannya di perban kasa putih.

“Dera, Lo juga harus di rawat luka. Tuh, lihat di dekat bibir ada luka dikit. Gue panggilkan dokter iya.”

Dera mencegahnya dan menggelengkan kepalanya. Keenan hanya bisa menghela nafas panjang. Akhirnya Keenan meminta kotak P3K dan mengobati Dera.

“Sini, Dera,”

“Lo mau ngapain, Kee” Dera sedikit sewot.

Dera sebenarnya tahu jika Keenan membantu merawat lukanya tapi dia tahu jika kondisi Keenan yang masih sakit.

“Setidaknya, jika Lo nggak mau dokter atau suster yang merawat luka Lo, gue yang bantuin Lo. Ayolah, Dera!” Keenan mencoba membujuk Dera.

“Nggak mau.”

“Kalau Lo ngelawan gue. Gue cium loh nanti!” Goda Keenan.

Astaga, cowok ini. Keenan masih memandang dirinya. Menunggu untuk di obati. Dera memang sedikit keras kepala. Melihat sekelilingnya bed UGD kosong dan pasien hanya Keenan saja, Dera sedikit bernafas lega karena sedikit malu.

Dera memajukan tubuhnya mendekat ke arah Keenan. Dan memulai merawat luka Dera dengan obat merah.

“Aw!” Desis Dera saat obat merah tersebut menyentuh luka di bibirnya.

“Tahan.” Kata Keenan dengan lembut, dia perlahan mengobati luka Dera.

“Aw sakit, Kee! Pelan-pelan,” Dera masih mengerang kesakitan.

“Iya maaf …” Keenan menghentikan aksinya.

Lengannya sedikit sakit. Jahitannya agak perih. Obat bius yang diberikan sepertinya berangsur hilang.

“Sudah. Gue bisa sendiri.”

“Nggak. Biar gue lanjutin. Tinggal pakai plaster saja, kok.”

Wajah Dera semakin dekat dengan Keenan sehingga membuat debaran jantung Keenan berangsur dengan cepat. Melihat Dera dianiaya Geng Elang. Balas dendamnya mulai menjadi-jadi. Gadis yang dia sayangi tidak seharusnya menjadi tawanan geng Elang.

Selesai.

Dera meraba plaster yang ada di dekat bibirnya. Tunggu

jika papanya tahu kalau keadaannya seperti ini bisa diamuk massa. Papanya sangat disiplin dan tegas.

"Gue takut pulang." Dera memandangi Keenan.

"Kenapa? Bokap Lo sudah pulang?"

Dera mengangguk. Keenan sudah tahu jika kalau Dera takut pulang pasti papanya pulang. Dulu saat antar gadisnya ini jam delapan malam, papanya langsung marah besar apalagi jika kondisi wajah Dera yang memar.

"Nanti gue bilang ke papa Lo. Kalau gue mau lamar Lo jadi istri gue biar bokap Lo nggak marah. Setidaknya ada cowok yang melindungi Lo. Haha,"

"Hah! Lo bicara apa sih, Kee. Jadi ngelantur gitu omongan Lo." Dera syok saat Keenan ingin melamarnya. Ini cowok apaan sih! Lama-lama jika di biarkan Keenan akan terus berharap kepadanya.

"Lapar, makan mie gacoan yuk!" ajak Keenan antusias.

Keenan beranjak dari bed nya. Sumpah, bekas luka jahitan membuat dia sengsara. Dera kadang tidak habis fikir dengan hidup ini. Keenan selalu ada buatnya.

***

Keenan melahap habis makanan yang ada di depannya. Pesan mie level 7 dan air putih dingin. Dera melihat Keenan sudah kenyang sendiri.

"Kok, nggak makan? Katanya lapar," Kata Keenan masih menguyah mienya. Keringat mulai bercucuran di wajahnya. Jelas dong level 7 itu sudah pedas habis. Dera pesan level 2 sudah kepedesan. Mulut rasanya mau terbakar.

"Lo kaya' nggak makan dua tahun saja, Kee."

"Gue memang dua bulan nggak kesini. Malas Gue kalau kesini teman-teman minta traktir, satu kali okelah, terus-terusan bangkrut gue."

"Lo kan ketuanya. Wajar lah nyenengin anak buahnya." Sindir Dera.

Dera melap keringat di wajah Keenan. Otomatis Keenan tersentuh dong.

"Makasih, pacar." Keenan tersenyum manis ke Dera dan kembali melahap makanannya.

Dera spontan melempar tissue tersebut ke arah muka Keenan.

"Menyesal gue lap muka Lo." Dera cemberut. "Kee, gue ingetin sekali lagi, gue bukan pacar Lo. Meskipun Lo sering nolong gue. Bukan berarti gue punya hutang Budi ke Lo dan gue jadi pacar Lo. Keenan, sekali lagi gue tegaskan gue nggak cinta sama Lo.” Akhirnya Dera mengutarakan apa yang ada di fikirannya sehingga selalu mengganjal di hatinya.

Keenan terdiam. Yang dari tadi lahap makan sekarang tidak nafsu padahal mienya tinggal dikit lagi habis. Handphone bergetar. Mukanya berubah saat ada pesan masuk.

Brak!

Langsung saja dia memukul meja. Dera bingung apa yang terjadi dengan dirinya. Melihat kedua matanya yang merah berarti dia marah besar. Keenan pergi meninggalkan Dera tanpa memedulikan perkataanya tadi. Dera meraih tasnya dan mengejar Keenan di parkiran.

“KEE, TUNGGU!” Teriak Dera memegang lengan Keenan. “Lo mau kemana? Lo belum jawab pertanyaan gue.”

Keenan hanya diam dan memakai helm Cargloss nya, dia masih merintih kesakitan. Dera melihat kondisi Keenan yang tidak baik-baik saja merasa khawatir.

“Keenan, gue bukan patung …”

“Dan gue bukan bayangan yang nggak bisa nyentuh hati Lo, Dera. Oke, gue cowok yang nggak sempurna dan nggak seharusnya Lo nggak ada gue deket sama anak baru.” Keenan marah dan menyodorkan handphonenya. Di layar ada foto dirinya dengan Tama. Fix Giandra yang memberi tahu Keenan.

“Kalau cinta memang nggak bisa di paksain, Kee dan Lo bukan siapa-siapa gue,”

“Lo cinta sama anak baru itu?” Keenan menatap tajam Dera. Sumpah tatapannya sekarang bagai orang yang mau ajak tawuran.

Dera terdiam.

“Oke, nggak usah dijawab. Gue sudah tahu. Gue juga tahu apa yang harus gue lakukan.”

“Kee …” Dera tidak bisa berkata apa-apa. Mulutnya bergetar sampai tidak bisa ngomong ke Keenan. Lagi-lagi Dera di tinggal lagi.

Kali ini Keenan benar-benar marah kepadanya. Katanya dia mau antar pulang, tetapi melihat Keenan semarah itu nggak mungkin. Dera penasaran apa yang akan di lakukan Keenan kepadanya.

Seketika dia teringat kartu joker. Apakah Keenan akan melakukan hal tersebut?

Terpopuler

Comments

RISA

RISA

wkwkwk Derren somplak

2023-09-04

0

RISA

RISA

jahat iya si Tamarin

2023-09-04

0

sherin

sherin

suka sama Keenan dan dera

2023-09-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!