Yes, akhirnya bel pulang bunyi juga. Lengkap sudah penderitaan Dera hari ini. Dari tadi malam dia tidak pulang ke rumah. Beruntung papanya belum balik. Kalau ketahuan tidak pulang harus hafalan pasal-pasal. Punya bokap gini amat.
Dera melirik arah samping. Ceileh, dia kan udah punya teman sebangku, cakep tapi dingin banget kaya’ es. Cueknya itu loh kebangetan. Ah, nggak masalah di Tama hari ini mau anterin dia pulang. Ni cowok sibuk banget membereskan barang-barangnya sampai nggak tahu kalau si Dera mengamatinya dari tadi.
“Apa?” Tanyanya tiba-tiba.
Ah, gue ketahuan kan, lihatin dia mulu. Mana gue gelagapan lagi kalau ketahuan si Tama.
Dera gugup dan membereskan peralatan dia.
Bruk!
Brak!
Nah loh, nggak buku, kotak pensil toys story nya jatuh berantakan. Tama melirik kelakuan temannya ini dan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Harus sampai lulus Tama harus bertahan dengan cewek aneh bernama Dera.
Jedug!
“Aow …!” Kepala Dera kebentur laci meja saat mau balik ke tempat duduk asalnya. “Hari ini bukan hari Senin, kan? Kenapa nasib gue sial amat.” Dera duduk di kursinya sambil mengelus kepalanya. “Tama!” Panggil Dera dengan nada kesal.
“Gue tunggu Lo di parkiran. Kalau sepuluh menit tidak sampai. Gue tinggal. Hidup gue nggak ngurusin Lo aja.” Tama meraih tas ranselnya dan pergi meninggalkan Dera.
Dera kesal dengan Tama.
“Astaga, punya teman gini amat. Cuek, sombong, bantuin kek, temannya lagi kesusahan.” Dera menggerutu sambil memasukkan sisa peralatannya.
Rere masih mengamati kepergian Tama. Sampai sosok tersebut hilang dari balik pintu. Oke saatnya investigasi. Rere langsung duduk di dekat Dera. Sahabatnya masih dengan muka cemberut.
“Kasih gue info yang akurat, jelas dan seimbang.”
“Apaan si Lo, Re. Kaya’ wartawan aja Lo. Gue mau pulang dan ditungguin Tama.” Dera dengan santai mencangkok tas hitamnya.
“Ada hubungan apa Lo sama Tama? Cepat banget sih loh menyatunya. Seperti senyawa biomolekul yang cepat menyatu dalam tubuh manusia. Hayo apaan? Gue kepo nih!” Rere tidak sabaran.
Dera melihat jam tangannya masih sisa tiga belas menit untuk tidak di tinggal Tama.
“Tadi waktu gue pingsan, Tama nolongin gue dan dia ingin anterin gue pulang takut kenapa-napa. Gitu doang.”
“Yakin si Tama yang nolongin Lo?” Rere menatap tajam Dera seolah tidak percaya jika Tama yang menolong sahabatnya ini.
“Yakin dia bilang sendiri tadi.”
“Oh.” Rere hanya ber oh ria saja, Rere tahu jika Keenan yang menolong Dera dan membawa ke UKS karena saat Rere mau ke toilet dia tahu kejadiannya.
“Kenapa sih, Lo? Cemburu?”
“Ih apaan sih Lo, Dera. Gue udah gebetan kali. Oh iya gue mau ingetin saja sama Lo. Roman-roman Lo pedekate sama Tama. Ingat ada Keenan. Jangan sampai terjadi perang badar antara mereka. Keenan cinta mati sama Lo.”
Rere memperingatkan.
“Gue nggak cinta sama dia, Re. Terus gue bagaimana?”
“Gue nggak tahu. Yang jelas itu tadi jangan sampai terjadi perang badar.”
“Gue pusing, gue mau pulang. Bye …” Dera melambaikan tangannya. Rere hanya bersendekap tangan melihat Dera.
“Ish … ish … gue maunya lo sama Keenan yang pasti orang yang mencintai Lo. Bukan Tama. Keenan harus tahu ini semua. Sekalian gue jadi mata-mata. Siapa tahu dapat bayaran.” Rere terkekeh.
Rere intinya setuju jika Dera sama Keenan. Melihat ketulusan Keenan ke Dera besar banget. Aneh banget sahabatnya ini. Padahal Keenan tajir melintir dan punya segalanya. Kalau Rere jadi Dera mending sama Keenan.
***
Dera berhenti sejenak dan melihat Tama sudah siap untuk mengantarnya pulang. Rasanya senang banget. Entah kenapa dekat dengan Tama jantungnya berdegup dengan kencang. Jangan-jangan Dera suka sama Tama.
Seorang menarik tas ransel hitamnya. Dera hampir jatuh. Gila siapa yang dia? Saat mau berteriak Dera di kagetkan dengan tiga geng Dewa Riders yang terkenal.
“Ngapain?”
"Lo yang ngapain?" Giandra menunjuk ke arah Dera. Ketiga geng Dewa ini menunjukkan ekspresi marah.
"Gue tahu Keenan lagi di skorsing tapi bukan berarti Lo bisa dekat-dekat sama cowok terutama anak baru Tama. Lo tahu, Keenan sudah mati-matian bela Lo. Dera, Lo parah jadi cewek."
Dera hanya bisa tertunduk. Melihat muka mereka sedang marah ngeri abis.
"Gue dan Keenan tidak ada hubungan apa-apa. Kita hanya teman."
"Anjir Lo jadi cewek. La kalau bukan cewek udah jadi tempe goreng Lo." Giandra benar-benar naik pitam dan mau menonjok Dera.
"Ndra, Lo jangan goblok. Ni cewek." Teddy melerai.
"Cewek nyebelin jatuh pada ni cewek. Asli gila lo." Giandra masih menunjuk Dera. Asli Cowok ini marah besar kepadanya.
"Cabut ... Cabut!" Teddy langsung menggeret Giandra pergi.
Dera merasa bersalah terhadap Keenan. Namanya cinta tidak bisa di paksakan. Rasanya ia ingin menangis. Sedih dan ingin berteriak.
"Sepuluh detik lima detik. Lo terlambat. Tidak ada kata maaf. Gue cabut." Tama memakai helm dan mulai menyalakan motornya.
Dera sakit hati merasa dipermainkan Tama. Cowok sekarang nyebelin banget. Tama langsung dengan santainya pergi meninggalkan Dera. Terlambat beberapa detik saja marah dan pergi. Rere sudah pulang lagi. Fix naik angkot atau ojek online.
Sepuluh menit masih belum ada angkut. Ojek online Malas juga nggak ada promo. Hemat dikit belum ada transferan dari bokap. Dera masih melirik jam tangannya. Lama-lama kering kerontang tubuh ini. Panas.
Tin … tin … tin…
Dera melihat siapa yang mengklakson dirinya. Hah? Tama? Bukanya dia sudah cabut. Ngapain dia kemari. Ayo, pasang tampang judes. Dera langsung memalingkan wajahnya.
“Pulang nggak?”
Dera hanya diam. Malas banget jika dipermainkan.
“Aku tadi ada urusan bentar. Lo lama gue tungguin.”
Tak ada jawaban dari Dera. Tama membuka jok motor dan mengambil helm bogonya. Tanpa di duga dia memakaikan helm tersebut di kepala Dera. Sontak saja Dera kaget.
“Meskipun gue cuek dan marah sama Lo, gue bukan tipe cowok yang lupa dengan janjinya dan satu hal lagi gue tidak mau memberi harapan palsu ke cewek.”
Deg!
Ini mimpi nggak sih? Si Tama buat gue melayang-layang di udara. Gue tambah suka sama ni cowok. Hai, Keenan maafin gue. Gue berpaling ke Tama. Batin Dera meronta-ronta.
“Kalau Lo terus lihat gue kapan pulangnya,” Perkataan Tama kali ini sangat lembut.
“Tama, gue boleh tanya nggak?”
“Apa?” Tama duduk di sepeda motor matic merahnya. Merk Vario.
“Gue apakah cewek yang pertama kali Lo bonceng?”Dera menatapnya dengan sayu.
Tama terdiam sejenak dan berfikir sesaat. Apa yang di katakan Dera benar. Baru pertama kali dia bonceng seorang cewek. Baginya sekolah, keluarga nomer satu dan pasangan nomer lain. Jika apa yang di inginkan tercapai baru Tama lanjut cari pasangan. Sementara ini belum ada cewek yang ngena di hatinya.
“Kok diam sih, Tama? Kebiasaan deh mikir dulu kalau ngomong. Berarti jawabannya tidak pernah. Syukur deh, rejeki anak cantik.” Dera langsung naik di belakang Tama.
“Eits … tunggu! Ada peraturan kalau gue gonceng” Cegah Tama.
“Lo kata apaan gue, Tama!” Dera sedikit emosi.
“Pokonya kalau Lo nebeng gue, di larang peluk, itu tas taruh di depan Lo. Udah jangan banyak tanya. Cepat! Gue ada perlu lagi.”
"Kaya pejabat aja Lo, Tam."
"Kepo. Cepat naik! Dan ingat perintah gue tadi,"
Dera bingung dengan si Tama. Akhirnya dia menuruti saja permintaannya. Saat keluar dari sekolah. Sekelompok geng Elang dari tadi mengawasi Dera. Entah apa maksud tujuan geng Elang mengincar Dera?
Ziko mengepalkan kedua tangannya.
"Lo pada dengar perintah Mr In, bukan? Kali ini cewek itu yang jadi sasaran kita. Cabut balik ke markas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
GERAL
gue suka karakternya
2023-09-05
0
RISA
lanjutttt kan
2023-09-04
0
RISA
kok bisa sih ceritanya tambah seru
2023-09-04
0