Apa yang di pikirkan Dera benar juga. Hari ini Bu Yasmin memberikan ulangan dadakan fisika. Otak Dera langsung puyeng, dia belum sempat belajar. Boro-boro belajar pulang saja sudah hampir subuh. Kejadian tadi malam membuat Dera kepikiran. Mr In tega sekali dia berbuat itu kepadanya.
Selembar soal tentang materi rangkaian arus listrik bolak-balik. Apaan ini woeh, otaknya bleng, bahkan rumus dia tidak hafal sama sekali. Dera melirik Rere sedang sibuk mengerjakan. Tumben nih anak encer otaknya. Jurus jitu melirik arah samping. Tama, Woh dia mengerjakan cepat banget nggak ada beban.
“Sst … Tama,” Dera memanggil Tama dengan suara kecilnya, tetapi Tama cuek masih saja sibuk mengerjakan soal.
Dera melihat Bu Yasmin setia dengan laptopnya. Kesempatan Dera mencolek Tama.
“Tama, bagi jawaban dong,” Dera memelas. Lagi-lagi Tama cuek. “Tama, please, otak gue bleng. Gue belum jawab soal sama sekali. Nih, masih bersih. Ayolah Tama!” Dera berusaha meminta Tama.
Tama melirik sejenak. Kasihan juga dengan Dera. Tama menggeser kertas jawabannya. Yes, si Tama mau juga. Wih … jawabannya nyaris sempurna sepertinya. Dua puluh soal tinggal tiga soal yang belum di jawab. Perfect banget ini cowok.
Mata Bu Yasmin langsung menoleh tajam ke depan. Di liriknya satu persatu. Ciri khasnya menurunkan kaca mata kudanya. Dera kembali dengan dengan kertas jawabannya.
“Kalau ketahuan nyontek akan ibu suruh lari lapangan. Ingat itu.” Ancam Bu Yasmin.
Dera tidak menghiraukannya. Di tarik kertas jawaban milik Tama. Yang penting ada coretan di lembar jawabannya. Tama genius banget, rumus-rumus dia hafal. Satu persatu dia menulis jawabannya sedangkan Tama menulis jawaban berikutnya di lembar lain karena tidak cukup.
“Hem …” Suara dehemen Bu Yasmin terdengar jelas di samping telinga Dera. Ah, masa bodoh Bu Yasmin kan ada di depan kelas sambil sibuk dengan laptopnya. Nanggung kurang satu jawaban lagi. Mumpung Tama mau memberikan jawaban.
“Apaan sih, Tam. Belum kelar. Nanggung.” Dera ngebut nulis contekan dari Tama.
Tama berkali-kali mencolek ku. Sampai colekan ke lima aku langsung melotot ke arahnya. Bau-bau ada yang berdiri di belakang gue ini.
Dera menoleh ke belakang. Dengan tampang killer nya Bu Yasmin sudah berdiri BI belakang Dera dan Tama.
Mampus, gue ketahuan kan. Tama kenapa nggak ngasih tahu sih jika Bu Yasmin berdiri tegak di belakang?
“DERA DAN TAMA. SEKARANG JUGA LARI KELILING LAPANGAN 10 KALI. SEKARANG JUGA!” Teriak Bu Yasmin dengan murka.
Seisi kelas langsung menoleh ke belakang melihat Bu Yasmin marah, kesempatan ini di buat juga buat teman-teman lain untuk menyontek.
“Iya Bu.” Kata Dera dan Tama serempak.
“Kalian tidak dapat jatah nilai ulangan ini. Tidak ada remedial. Nilai kalian nol. Tama, kenapa kamu memberi contekan ke Dera. Murid baru seharusnya bersikap baik. Bagaimana bangsa mau maju jika calon generasi muda menyontek. Apa kalian besok di dunia kerja seperti ini menyontek hasil karya orang lain. Ini berlaku bukan Dera dan Tama, TETAPI KALIAN JUGA. PAHAM!” Bu Yasmin marah.
Tama beranjak dari duduknya dan keluar kelas, Dera menyusulnya di belakang. Dalam sejarah hidupnya Tama baru kali di hukum apalagi baru masuk sekolah baru.
“Tama, tungguin gue!” Teriak Dera berlari dan berusaha mengejar Tama di lapangan.
“Sorry, gara-gara gue lo di hukum dan kita nggak dapat nilai. Tama, sorry banget,” Dera meminta maaf. Tama hanya diam tanpa peduli dengan Dera, dia langsung saja berlari mengitari lapangan.
Dasar cowok aneh. Gue di cuekin terus. Gue udah minta maaf dengan tulus. Bisa nggak sih jadi cowok nggak dingin-dingin amat. Benci gue.
“TAMA TUNGGUIN GUE!” Dera berlari di belakang Tama. Putarannya harus sama sehingga selesainya juga sama. Suasana sepi karena belum jam istirahat.
Tama semakin mempercepat langkahnya. Dera mencoba mengejarnya. Semakin dia mengejarnya semakin jauh dan kencang lari Tama.
“Tam … please jangan kencang-kencang.” Dera berhenti sejenak mengatur nafasnya.
Saat ini kondisinya sedang tidak fit. Dera belum sarapan juga. Rasanya perutnya mual dan pusing, namun Dera mencoba menahannya. Ini hukuman baginya karena ketahuan menyontek. Tama berlari sangat kencang.
“Tam, berapa putaran lagi?” Tanya Dera saat Tama melintasinya.
“Dua. Ayo lanjut jangan manja,” Tama berlari meninggalkan Dera.
“Dua? Gue saja baru lima putaran. Astaga, nggak kuat gue. Kayaknya juga mau PMS. Tama, gue nggak kuat lagi.” Dera berkata lirih sambil memegang kepalanya.
Tama tidak peduli dengan keadaan Dera. Yang jelas dia harus selesaikan hukuman dan kembali ke kelas. Lucu jika semua siswa-siswi tahu anak pindahan harus terima hukuman betapa malunya dia.
Di hadapannya seolah benda berputar-putar. Tubuh Dera rasanya sudah lunglai.
“Tama.”
Bruk!
Gadis tomboy penggemar basket tersebut harus pingsan di depan Tama. Tama terdiam sejenak. Kurang satu putaran lagi. Sayang sekali jika tidak di lakukan sekali lagi. Tama tetap berlari meskipun tubuh Dera ambruk di tengah lapangan.
“Anjir, Lo.” Seorang mendorong tubuh Tama. “Lo ini manusia atau bukan? Ini cewek pingsan Lo biarin aja, njir.” Keenan langsung marah dan mendorong tubuh Tama sekali lagi sehingga dia terjatuh. “Kalau ada apa-apa dengan cewek gue. Pukulan bogem mendarat di muka Lo.” Ancam Keenan.
Keenan langsung mengangkat tubuh Dera dan membawanya di UKS. Melihat wajah Dera yang pucat membuat di khawatir apalagi mengingat Kejadian tadi malam.
Tama selesai mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Pertanda hukumannya selesai. Tatapan Tama fokus menggendong Dera. Tama berjalan ke arah UKS. Meskipun dia cuek setidaknya dia punya hati nurani dan peduli kepada Dera.
Keenan masuk ke dalam UKS dengan terburu-buru ada dua anak PMR dan satu dokter jaga. Keenan membaringkan tubuh Dera di kasur. Gadis pujaannya masih tak sadarkan diri. Tama berdiri di samping Keenan.
“Apa yang terjadi dengan gadis ini?” Tanya dokter Selvi sambil memeriksa kedua mata Dera dengan pen light dan memeriksa detak jantung dengan stetoskop yang melingkar di lehernya.
“Dia pingsan di lapangan dok,”
Dokter memasang oksigen di wajahnya dan beberapa kali memeriksa pernapasan dan nadi ke Dera.
“Dia tidak apa-apa hanya butuh istirahat saja nanti kondisinya akan membaik.”
Penjelasan dokter membuat Keenan dan Tama lega.
“Gue mau bicara lo tapi di luar.”
Keenan dan Tama saling berhadapan di depan UKS. Tama bingung ini anak bisa wajahnya kenapa jadi bonyok. Tidak salah lagi kalau habis berantem.
“Gue mau Lo jagain Dera.”
“Memang gue siapa? Bokap nya? Pacarnya? Dia udah gede kali, Napa Lo nyuruh gue jagain dia?” Berontak Tama tidak terima.
Tama hari pertama merasa sangat sial karena Dera. Cewek aneh yang baru dia temui. Baru pertama
Keenan hanya terdiam dan menunduk. Anjir, benar kata nih cowok ngapain juga suruh jagain dia? Keenan hanya tidak mau kenapa-napa lagi jika dia tidak ada.
“Anjir, anggap gue nggak ngomong itu. Lo anak baru?” Keenan baru menyadari setelah mahluk tampan yang ada di depannya tidak pernah nongol di sekolahan Tunas Bangsa.
Tunggu! Bakalan jadi saingan berat atas ketampanannya. Tidak bisa. Ketampanan hanya milik Keenan seorang.
“Gue mau balik ke kelas. Gue titip Dera. Sekalian mau bilang ke Bu Yasmin atas kejadian ini.”
Tama melangkahkan kakinya dan meninggalkan UKS.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
GERAL
lanjut
2023-09-05
0
GERAL
Tama emang jenius
2023-09-05
0
GERAL
kalau gue dadakn bisa mati kutu
2023-09-05
0