EKSEKUSI DIMULAI

Dera melihat Tama masih sibuk dengan dunia bukunya. Apalagi kalau bukan kimia. Cowok ini memang otaknya sangat encer, tapi kalau masalah hati sepertinya susah. Ah, punya satu bangku sama saja kosong. Tama jarang sekali bertegur sapa, jika tidak dirinya duluan pasti ini cowok diam dan cuek.

Yes, hari ini pelajaran Kimia kosong. Lelah juga jika seharian hitungan terus. Dera melonjorkan kepalanya di bangku sembari menatap Tama. Kemarin setelah pulang sekolah papa sempat tanya tentang plaster yang ada di wajahnya, Dera bilang saja habis jatuh. Beruntung papa percaya.

Astaga, Tama Lo itu cakep, tapi kenapa dingin sih? Hem, gue jadi ingin ngerjain dia. Coba gue nyatakan cinta ke dia. Mau nggak iya? Eh, gue ingat pak Agus.

“Tama, Lo memang kelewat batas. Masa’ nomer tukang es dawet Lo kasihkan ke gue. Malu tahu!” Dera mengomel sendiri.

“Lalu?” Tanya Tama dengan nada dingin tanpa memperhatikan Dera, dia masih sibuk mempelajari kimia.

Dera kesal lagi-lagi Tama cuek kepadanya.

“Gue mau ke perpustakaan.” Tama melenggang pergi.

Gue, dikira makhluk tak bernyawa kali yah, di cuekin mulu. Batin Dera.

“Re, kok pada diam aja sih? Kalian benar-benar menghindari gue?” Dera mencolek punggung Rere.

Rere hanya mengangguk.

Separahnya dapat kartu joker dari geng Dewa. Keenan, apakah ini gara-gara Dera menolak Keenan. Lah, nggak cinta mau bagaimana lagi. Yang paling dia incar adalah Tama. Apapun yang terjadi Tama harus bisa Dera taklukan. Takutnya tuh cowok gay. Astaga, pikiran darimana itu.

Rere memberikan sebuah secarik kertas.

Maaf, gue sementara ini jauhi lo sebelum kartu joker dari Lo di hapus oleh geng Dewa Riders.

Bahkan, sahabat Dera sendiri takut dengan Geng Dewa. Sebenarnya mereka baik sih. Dera tahu sendiri saat ada di arena balap, tapi gara-gara cintanya Keenan tidak terbalas maka jadinya seperti ini dan Tama jadi kambing hitamnya.

Dera keluar kelas. Mau ke kantin beli minum air putih. Tak ada tugas, jam kosong lebih baik cari yang dingin-dingin. Nyusul Tama nggak banget harus baca buku di perpustakaan.

Dera berjalan ke arah kantin seorang diri. Dapat kartu joker serasa tidak punya teman sama sekali. Suasana di kantin sepi. Setelah mendapatkan minuman air dingin. Dera kembali ke kelas. Saat di koridor kelas, banyak tatapan sinis mengarah kepadanya. Dera cuek saja sambil minum air putih.

“Baca status Instagram geng Dewa.” Celetuk salah satu anak Bahasa saat melewati Dera.

Rasa penasarannya muncul. Nggak mungkin dia melihat status di sini yang ada handphone di rampas lagi. Dera buru-buru lari kecil di kamar mandi mengunci pintu.

Tama? Geng Dewa lagi ngincar Tama di belakang sekolah. Aish, kenapa tuh cowok bisa nyasar kesana katanya mau ke perpustakaan.

“Gila iya, Geng Dewa bisa-bisanya gebetan gue yang ke dua di serang.”

Terdengar suara anak perempuan di balik pintu kamar mandi. Dera langsung menempelkan telinganya dan mendengar setiap kata yang di ucapkan olehnya.

“Bantuin yuk! Gue nggak tega nih!”

“Bodoh, di tampol kartu joker sama  geng Dewa baru tahu rasa, Lo.”

“Ini semua gara-gara Dera. Pasti ada hubungannya. Lo tahu sendiri kan, tuh cewek di incar sama Keenan dan bodohnya lagi kenapa Keenan bisa tergila-gila padanya, secara gue Natasya cantik, seksi, putih, pokoknya sempurna tapi kenapa jadi pilih cewek tomboy dan jelek. Nggak banget.” Natasya kesal dan melihat dirinya. Cantik tapi kenapa Keenan tidak cinta dirinya.

“Lalu apa hubungannya sama Tama?”

“Lo bodoh apa bagaimana sih? Tama sama Dera kan, kaya amplop sama perangko nempel terus.”

“Oh, pokoknya gue pengin Dera dapat balasan. Benci juga gue. Ke kelas yuk!”

“Yuk, yak, yuk,” Kata Natasya manja.

Akhirnya suara celotehan mereka hilang sudah. Dera melihat lagi status geng Dewa. Makin parah dan gila saja mereka. Nggak kalah sama geng Elang.

Dera menelepon Keenan, namun teleponnya dia reject terus. Fix, Keenan marah besar kepadanya.

Angkat, gue mau ngomong. Penting😡

Dera mengirim pesan.

Suasana warung kopi Janji Cinta lumayan ramai, suara khas warkop DJ menggema di seluruh area  Saat di skorsing dia hanya main di warkop dan balapan liar. Keenan masih membaca pesan yang dikirim Dera. Mau balas tapi Keenan sudah telanjur kecewa kepadanya.

“Angkat saja, siapa tahu penting,” Perintah Kevin sesekali menghisap rokoknya.

Keenan meletakkan handphonenya dengan malas. Kopi susu dan gorengan menemani Keenan yang sedang galau.

“Kee, gue se nakal-nakalnya masih bisa juara di kampus. Lah, Lo juara skorsing iya, jangan sampai ego mengendalikan emosi Lo.” Kevin menjitak kepala Keenan dengan keras.

“Apaan sih Lo kak, gue nggak suka main kepala.” Keenan tidak terima.

“Sampai bokap dan nyokap tahu Lo di skorsing, tawuran, tamat riwayat Lo.” Kevin mengingatkan sekali lagi.

Sejak Keenan masuk geng Dewa prestasinya amburadul di tambah dia suka balapan liar. Kadang Kevin kasihan dengan Keenan. Adiknya ini butuh kasih sayang.

“Anjir!” Keenan meraih kunci motor dan handphonenya  dan pergi ke suatu tempat.

“WOI BAYAR!” Teriak Kevin. “Main nyelonong saja tuh bocah. Anjay, tiga gelas kopi susu di tambah gorengan sepuluh. Nyesel gue ngajak dia ke warkop.” Gerutu Kevin sambil menepuk jidatnya.

Tiga sekawan lawan satu saling pandang. Tatapan yang siap bertarung hebat. Tepat sekali momen saat ini di mana kelas IPS 3 dan IPA 2 sedang kosong dan para guru killer sedang meeting di luar sekolah.

“LO MAU APA SEBENARNYA?” Teriak Tama. Tama kesal geng Dewa menggeret tubuhnya ke belakang sekolah. “Kartu Joker? Menjijikan.”

Giandra mengepalkan kedua tangannya kesal, marah dan murka. Tama meremehkan kartu Joker. Belum tahu si Tama efek dari kartu itu.

“KEENAN BENCI LO, DAN ANAK BARU YANG SONGONG WAJIB DI KASIH JOKER!” Lanjut Teddy menambahkan.

“Kalian semua nggak jelas. Alasan yang aneh. Belajar woi, mau lulus jangan jadi sok pahlawan.”

“Anjir, ni cowok bisa ngomong juga. Gue denger dia bisu. Okey enaknya diapain nih anak.” Bima nggak tahan ingin menghabisi si Tama.

“Hajar, aja mumpung sepi guru nggak ada guru killer.” Ucap Bima penuh nafsu ingin menghajar Tama.

Dari semua alasan, Keenan cemburu melihat Dera dan Tama dekat. Solidaritas geng Dewa sangat tinggi, apapun itu mereka tidak ingin salah satu anggota tersakiti.

Bugh!

Pukulan dari Giandra mendarat kuat di perut Tama.

Bugh!

Disusul pukulan dari Teddy juga. Tama tidak melawan sama sekali. Membuat geng Dewa semakin brutal membabi buta Tama.

Saat giliran Bima menghajar lagi, namun suara perempuan memanggil Tama, sehingga Bima menghentikan aksinya. Semua orang menoleh ke belakangan dan menghadapi Dera berdiri dengan wajah yang penuh amarah.

Dera berjalan ke depan dan menghadapi Tama meringis kesakitan.

“Kalian memang keterlaluan.” Dera meluapkan emosinya

“Kenapa? Nggak terima? Ini kartu joker di mulai dengan Tama dan selanjutnya itu Lo!” Giandra menunjuk ke arah Dera.

“Jangan tunjuk-tunjuk gue.” Dera kesal dan menepis tangan Giandra yang berada tepat di depan mukanya. “Kalian mau apa dengan gue sekarang? Hah? Apa?” Dera menantang.

“Cih, nantang Lo, Dera ingat baik-baik Lo itu sudah dapat kartu joker dan siap-siap Lo. Potong rambut Lo sekarang juga!” Perintah Bima dengan wajah beringas.

Bima mengambil alat cukur dari saku celananya. Dera kaget dengan apa yang akan di lakukan geng Dewa yang menurut dia aneh.  Lah, ngapain nih cowok bawa alat cukur segala?

“Lo tahu ini, kan? Saatnya eksekusi!” Bima menunjukkan alat cukur ke Dera, dia berjalan ke arah Dera.

“Cukur rambut Lo atau Tama gue gebukin lagi!” Ancam Bima.

Dera melirik sekilas Tama yang tersungkur di tanah. Kasihan melihat keadaan Tama. Geng Dewa tidak ada Keenan makin keterlaluan melebihi geng Elang yang terkenal brutal.

Tama mencoba bangkit sambil memegang perutnya. Pasti perutnya sakit. Dera menghampiri Tama dan membantunya bangun.

“Sakit?” Tanyanya cemas.

“Apaan sih Lo! Gue nggak butuh bantuan Lo.” Ucapnya ketus. Tama menolak mentah-mentah bantuan Dera.

Duh, sakit banget hari gue di giniin.

Bima makin mendekat ke Dera agar dirinya segera memotong rambutnya. Astaga, jahat sekali anak geng Dewa ini. Dera mengambil alat cukur dari tangan Bima, dia masih bimbang mau melakukannya atau tidak yang jelas dia tidak ingin Tama di pukul lagi. Mau teriak panggil guru nggak mungkin juga. Mereka malah menjadi-jadi nantinya. Ah, gila.

“Cepetan, lama banget lo!” Bentak Bima tidak sabaran.

Dera menekan tombol On memejamkan kedua matanya. Rambutnya yang panjang harus dia potong. Entah jadinya seperti apa, Dera tidak ahli memotong rambut.

“Dasar bodoh!”

Brak!

Tama melempar alat cukur yang di pegang Dera. Dera membuka matanya. Mimpi apa dia semalam Tama kali ini melindungi dirinya.

“ANJIR, BERANI LO SAMA GUE!” Bima murka. Tangannya dia angkat ke atas dan mulai memukul Tama, namun tangan Tama mencegahnya.

“Gue diam bukan berarti kalah.” Tama beralih membalas dengan memukul perut Bima.

Teddy dan Giandra tidak terima jika Bima di pukul Tama. Mereka langsung menyerang Tama. Terjadi adu pukul antara mereka. Dera makin lama tidak bisa membiarkan hal gila ini berlaku.

“Stop‼!” Teriak Dera.

Mereka hanya cuek tanpa memedulikan Dera.

“STOP‼!” Teriak Dera sekali lagi, namun dirinya harus mengalami serangan di punggungnya saat Giandra tidak sengaja memukul dirinya padahal Giandra ingin memukul Tama.

Dera limbung. Pukulan dari Giandra terlalu kuat.

“Gila kalian!” Tama langsung jongkok dan memeluk Dera. Dera pingsan. “Bangun … bangun …” Ucap Tama panik. Dera belum juga bangun. “Kalau terjadi apa-apa awas kalian!” Ancam Tama dan menggendong Dera menuju UKS.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Ketiga pukulan mendarat di perut Teddy, Bima dan Giandra. Keenan dengan wajah murka langsung memukul mereka.

“Lo apain cewek gue? Hah?” Keenan berkata sambil ngos-ngosan akibat manjat dari pagar belakang sekolah dekat gudang.

“Anjir, ini karena Lo yang nyuruh kita.” Giandra tidak terima.

“Memang tapi tidak kekerasan ke cewek. Hanya bullyan doang, sejak kapan geng Dewa tawuran? Ingat kita anti tawuran! Kalau kalian sama kaya’ gue di skorsing bagaimana? Biar gue saja yang nanggung. Baik mulai detik ini gue hapus secara permanen kartu joker.” Keenan menjelaskan dengan tegas.

“Kok Lo jadi berubah 100%, Kee? Lo kan, yang mulai duluan.” Teddy mengernyitkan dahinya bingung.

“Karena kita mau lulus SMA jadi gue ingin kalian bisa jadi contoh yang baik ke adik-adik kelas.”

“Terserah Lo dah!” Bima pasrah.

“Siapa tadi yang pukul Dera?”

“Gue karena gue benci sama tuh cewek. Loh, di skorsing, kasihan lo di tolak mulu.” Ucap Giandra sewot.

“Masalah hati biar gue yang nanggung. Sekarang bukan si Tama yang gue incer tapi Mr In. Gue ingin buat perhitungan ke dia. Ingat tanpa tawuran.”

Teddy, Bima, hanya mengangguk sedangkan Giandra hanya pasrah dengan keputusan

Terpopuler

Comments

GERAL

GERAL

sekolah ada2 aja kartu joker

2023-09-12

0

GERAL

GERAL

woi ini gara2 dera coi

2023-09-12

0

sherin

sherin

gileeeee geng dewa sama Tama. ada kartu jokerrr

2023-09-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!