SOSOK MR IN YANG MISTERIUS

Suasana taman Bungkul lumayan ramai. Anak kecil, muda mudi bahkan orang tua menikmati indahnya taman Bungkul sekedar mengeluarkan penat. Hari Senin membuat Dera pusing tujuh keliling. Bola basketnya dia peluk. Sampai mereka menuju lapangan basket. Mungkin wajah Dera sudah terlihat cemberut saat ini, tapi sudahlah biarkan saja. Tanpa peduli dengan raut wajahnya, Dera tetap melangkah dengan kaki sedikit membentak seolah-olah ingin melampiaskan segala kekesalannya pada ubin-ubin yang sama sekali tidak bersalah.

Rasanya gue ingin menjadi toy stories agar bisa berpetualang. Gue bosen, jenuh.

Dengan suasana lapangan yang sepi karena tidak ada yang main bola basket. Gue bisa menangkap suara dentuman bola basket yang membentur permukaan. Ada seseorang yang tengah mendribble bola merah bata itu di lapangan. Dengan cepat aku segera menuju lapangan basket outdoor.

Wow. Yang gue temukan di lapangan saat ini adalah, si cogan. Baiklah, gue akan meralat jika hari ini hari yang buruk, tetapi tetap saja, cowok kelihatan manis sayang mukanya ditutup pakai masker dan ada plaster di wajahnya. Namun, kelihatan cakep sih. Astaga apa yang gue pikirkan. Mungkin hari ini tidak terlalu buruk seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya. Tanpa embel-embel, segera aku menghampiri cowok itu. Ya Tuhan dia semakin keren.

Gue hanya menatap permainannya yang gesit dan sangat mempesona, mungkin dia tidak sadar jika gue memperhatikannya. Ya sudahlah, tidak masalah, yang penting gue bisa menontonnya dengan tenang.

Hup …

Cowok itu memasukkan bola basket di ring dari jarak jauh permainan yang menakjubkan.

“Kenapa?” Tanya cowok itu tiba-tiba. Dera yang dari tadi memperhatikan cowok itu dan ketahuan langsung gugup. Langsung memalingkan wajahnya dan berjalan ke arah Rere yang duduk di dekat air mancur sambil enak makan pentol bakar. Dasar sahabat satunya ini tidak tahu kalau gue lagi berhadapan dengan cowok ganteng. Mati kutu rasanya.

Seketika rambut Dera yang di kuncir di lepas oleh tangan cowok itu. Rambut panjang Dera berkibar. Memang dia tomboy tapi untuk masalah rambut tidak mau dia potong pendek. Otomatis Dera langsung kaget.

“Gue bukan patung yang di tinggal pergi. Jawab pertanyaan gue?” Nada cowok kali ini tegas.

Mampus gue, kaya’nya nih cowok jahat deh. Dera langsung membalikkan wajahnya sambil terkekeh.

“Dera. Sekolah Tunas Bangsa.” Mata cowok itu memandang name tag dan atribut seragam Dera.

Deg. Cowok ini tahu identitas gue. Kedua tangannya di lipat di depan dada sambil memutar tubuh Dera yang sedang berdiri.

“Gue tadi lihat Lo main bola basket. Nggak ada niatan aneh-aneh karena permainan Lo bagus banget. Nggak boleh memang?” Aku memberanikan bicara ke cowok yang terlihat cool tersebut.

“Hem tidak dengan sekolah Tunas Bangsa. Gue nggak suka di lihat. Lo pasti kenal geng Dewa Riders yang kampungan itu, bukan?”

“Jaga mulut Lo, iya!” Aku menunjuk ke arah cowok itu. “Terlihat tampan tapi menjijikkan. Dewa Riders teman gue dan gue nggak rela ada orang lain mengatai dia termasuk Lo! Aish … gue MENYESAL MENGAGUMI PERMAINAN LO!” Nada Dera semakin tinggi.

Lelaki itu langsung menepis tangan Dera yang tepat di wajahnya.

“Bilang ke mereka jadi Geng jangan sok lebay dan Lo bilang ke teman Lo pecundang namanya Quissy. Gue benci dia. Sampai mati gue benci dia. Ingat itu!” Sorot mata tajam itu langsung ke Dera. Melihat cowok itu memandangnya Dera dengan polosnya hanya mengedipkan kedua matanya.

“Quissy? Siapa? Kelas berapa, jurusan apa? Gue belum pernah dengar nama itu,”

“Jurusan Surabaya Gubeng arah Jakarta Gambir. Yah, mana gue tahu. Dasar bodoh.” Cowok itu langsung balik badan dan melenggang pergi dengan membawa bola basketnya.

Dera terdiam sambil memikirkan sesuatu. Ada yang ingin dia ingin utarakan tapi dia bingung apa itu.

Ayo Dera apa yang kamu pikirkan!

Dera memegang kepalanya. Gara-gara hari ini full hitungan otak dia ngebleng.

Ayo Dera!

Dera memukul kepalanya berkali-kali. Gila, Gue rasanya punya penyakit amnesia.

“Lo, Mr In bukan?” Akhirnya kata itu terlontar di mulutnya. Gue pernah dengar Keenan bilang mempunyai musuh bebuyutan geng Elang di bawah naungan Mr In.

Langkah cowok itu terhenti hanya melirik tanpa melihat Dera. Dera semakin yakin jika itu Mr In. Mr In banyak yang mengatakan dia khasnya ada plaster di wajah kanannya dan menambah keyakinan lagi jika dia tahu seluk beluk geng Dewa Riders.

Dera langsung menghampirinya dan menarik lengan yang di duga Mr In. Kedua mata mereka saling tatap.

“Jawab dengan jujur, Lo Mr In bukan?” Kata Dera memastikan, dia butuh jawaban yang pasti.

“Siapa sih, Lo? Nggak penting. Lepas!” Cowok itu sepertinya geram dan melepas paksa tangan Dera. “Jijik, gue.” Dengan percaya dirinya, dia mengibaskan lengannya seolah tangan Dera kotor bagai sampah.

“LO … IH NYEBELIN! DASAR KEPALA BATU!” Dera menghentakkan kedua kakinya.

Gue nggak terima! Gue nggak terima, seolah tangan gue yang mulus ini adalah sampah. Cowok kurang ajar!

“Jangan macam-macam sama gue. Gue nggak pandang lo cewek, jika perlu gue patahkan kaki Lo supaya nggak bisa main basket lagi. Gue benci SMA Tunas Bangsa.” Ancamnya dengan menunjuk ke arah wajah Dera.

Bagai di sambat petir yang menembakkan telinga. Ancamannya sangat menusuk hati. Siapa dia sebenarnya?

Cowok itu langsung pergi meninggalkan Dera tanpa rasa berdosa dan bersalah. Dera mengikuti cowok misterius, namun dia menyadari jika gadis itu mengikutinya sampai langkahnya dia sedikit percepat. Gadis itu mengikuti langkahnya. Hingga di parkiran. Cowok itu mengambil helm.

“Gue butuh jawaban.” Dera mengambil alih kunci motor. Yes, si cowok akhirnya mati kutu juga.

Diam dan tanpa sengaja si cowok memegang pinggang Dera sehingga tubuh mereka saling berdekatan. Gila nih cowok. Tatapannya kali ini beda dengan yang tadi. Bulu matanya sedikit lentik.

“Dasar cewek perasaan. Gue sudah bilang ke Lo, lo terlalu ikut campur. Gue tandai muka lo.” Akhirnya dia bisa mengambil kunci yang ada di tangan Dera.

Suara deru mobil sport menggema. Cowok itu langsung ngegas motor sport warna hitam dan perlahan menghilang dari pandangannya. Dera melihat sekilas ada logo elang. Fix, dia adalah Mr In. Dera memegang pinggangnya bekas di sentuh oleh cowok tadi. Rasanya masih membekas.

Kenapa gue nggak nolak dia nyentuh tubuh gue? Dera, Lo bego atau dodol sih. Parfumnya saja masih membekas di hidung gue. Ah, apaan ini?

“DER!” Rere mengagetkan Dera. “Itu cowok siapa lagi? Keenan saja belum selesai pakai cari cowok lain.”

Dera hanya diam dan melamun.

“Kesambet bau tau rasa. DERA!” Rere menepuk bahunya dengan keras.

“Apaan sih Lo, Re!”

“Lo kenapa?” Rere masih bingung.

“Tadi itu Mr In. Gue yakin.” Dera menunjuk ke arah jalanan. “Lo tahu nggak, dia sudah merenggut pinggang gue.” Dera menahan malu sambil menutup kedua matanya dengan tangan.

“Maksud Lo?”

“Mr In meluk gue.”

“Hah! Gila lo, Ra. Kalau si Keenan tahu bakal cemburu berat dan lo juga harus tahu mereka musuh bebuyutan. Ih, nggak, Ra. Gue nggak ikut campur. Jangan-jangan si ketua geng Elang suka sama Lo.”

“Rere, mimpi kali. Udah ah, pulang yuk! Capek. Eh, mana pentol bakar sama es Doger gue!” Dera baru ingat jika nanti ke taman Bungkul menikmati pentol bakar dan es doger tetapi gara-gara di duga Mr In. Semua tidak sesuai kenyataan.

“Habis. Hehehe”  Kata Rere dengan nada polos.

“Aish … Rere!” Dera marah dan frustasi.

 

Terpopuler

Comments

bee happy

bee happy

loh loh nggak bahaya? hahaha

2023-09-17

0

bee happy

bee happy

thor, aku tertawa membaca novelnya. seru

2023-09-17

0

GERAL

GERAL

Yo ... Yo gue doain bisa cetak buku nih 😀

2023-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!