KETEMUAN

Tama. Di pikirannya masih tentang cowok berhati dingin dan pintar sains dan Keenan, dia tidak tahu lagi bagaimana menyikapi cowok tersebut. Di satu sisi Dera hanya menganggapnya teman tidak lebih, namun kadang melihat Keenan Dera kasihan. Mau bagaimana lagi cinta tidak bisa di paksakan.

Dera mondar-mandir di balkon kamarnya dan senyum-senyum sendiri. Jam 18.00 ada yang ingin ketemuan. Tama. Pasti itu Tama. Dera senyum-senyum sendiri.

“Nih cewek kenapa iya? Kesurupan dari hantu darmo kali,” Ucap Derren saat masuk ke dalam kamar kakaknya, dia masih saja senyum-senyum sendiri tanpa mengetahui kehadirannya.

Derren menyipitkan kedua matanya melihat benda yang sangat mengagumkan.

“Woi, kak bagi satu iya Woody nya.” Derren antusias dan langsung mengambil pensil dan bolpoin series toy story milik Dera.

Mendengar peralatannya akan di ambil Dera langsung masuk ke dalam kamar.

“Loh …loh… nggak bahaya ta! Hey, Derren kemarin kakak sudah membelikan lo series nya sekarang mau di ambil lagi. Nggak ada otak iya Lo.” Dera marah dan merebut Woody dari tangan Derren.

“Ayolah kak, kemarin di minta teman gue.” Rengek Derren.

“Nggak.”

“Kak Dera baik deh. Minta dong.”

“Kalau ada butuhnya minta tolong lo. Giliran gue minta tolong Lo jadi kompor meleduk. Beli sendiri di Gramedia sana.” Dera menyimpan kembali alat tulis toy story agar tidak di ambil lagi oleh Derren.

“Males ah ke Gramedia. Gue di sana bawaannya mules. Mana toilet jauh lagi. Bisa boker gue di dalam.”

“Alasan saja sih lo. Heran gue. Nih satu saja. Jangan minta lagi.” Akhirnya Dera memberikan Woody ke Derren. Kasihan juga ni bocah merengek terus. Memang dia dan Derren sama-sama penyuka toy story.

“Thank you, kak Oh iya tadi mama sama papa pamit ke yogya katanya mau honeymoon kedua.”

Dera langsung batuk-batuk mendengar perkataan Derren. Bisa-bisanya mereka bulan madu ke dua. Nggak. Jangan sampai Dera punya adik lagi secara punya adik model Derren membuat dia pusing.

“Anjay, kok bisa sih mama dan papa! Gue nggak mau punya adik lagi.” Tolak Dera mentah-mentah.

“Apalagi gue kak.” Ucap Derren sambil melihat bola lampu bergambar bintang warna-warni yang enak di pandang.

“Baiklah misi kita adalah tidak ada calon adik. Anak mama dan papa adalah Dera dan Derren.”

“Betul.”

Pukul 18.30

Dera sudah sampai di depan Gramedia manyar, tapi tidak ada sosok yang dia tunggu. Ternyata dia baru sadar jika ini adalah omong kosong. Sudah capek-capek datang kesini, dandan cantik ternyata zonk, ia menoleh ke belakang gedung Gramedia yang megah. Lebih baik dia masuk saja daripada mubazir.

Kenapa gue jadi bego’ sih! Nggak seharusnya gue ikutan tuh orang. Kena prank bukan? Benar kata Derren kalau masuk Gramedia bawaannya mules mulu. Gerutu Dera.

Akhirnya dia melangkah masuk. Deretan buku berjejer rapi di rak buku. Yes akhirnya series toy story masih ada. Borong saja. Kapan lagi  ada moment seperti ini. Dera tertarik di bagian Sains padahal dia anti banget dengan dunia itu. Ada sebuah buku yang membuat dia tertarik. Cara jitu pintar fisika.

Ini buku yang gue impikan. Sekali-kali pintar fisika.

Dera mau menggapai buku tersebut tapi terlalu tinggi, dia berjinjit dan melompat-lompat tapi tidak bisa di gapai. Sebuah tangan mengambil buku tersebut.

“Jadi cewek jangan tumbuh ke atas bukan ke samping.” Cowok itu akhirnya Tama, dia memberikan buku tersebut ke Dera.

“Lo fikir gue gendut.” Dera mengeroyok langsung buku pilihannya.

Tama melirik sekilas buku yang di pegang Dera dan senyuman tipis mengembang di wajahnya.

“Pintar juga cari buku.” Tama akhirnya tertarik juga dengan buku itu.

Dera tidak peduli perkataan si Tama yang jelas kenapa cowok dingin es ini bisa kemari atau jangan-jangan dia adalah pemilik nomer tersebut.

“Heh Tamarin jadi benar nomer itu adalah Lo?” Dera menunjuk ke arah Tama yang sibuk membaca bagia belakang isi buku yang di pegangnya.

“Kamu kira aku permen. Gue punya nama.”

“Aish, nggak usah banyak omong jawab JUJUR ITU LO KAN?” Tanya Dera sedikit meninggikan suaranya.

“Mohon maaf dilarang berbicara keras.” Seorang pegawai Gramedia mengingatkan.

“Maaf, mbak.” Ucap Dera sedikit malu. Maklum saja Dera refleks bicara. “Hai, Tama itu Lo kan?” Dera masih saja penasaran.

“Bukan.”

Tidak tanggung-tanggung Dera mengambil handphone dari tas selempang hitamnya dan menghubunginya dan benar handphone Tama berbunyi.

“Nah loh benar, kan? Ngeles banget sih jadi cowok.” Akhirnya Dera bernafas lega.

Tama mengambil handphonenya dari saku jaket hitamnya. Dera langsung meraihnya. Layar handphone tertera nama cewek aneh.

“Bisa di ganti nggak itu namanya, jahat banget.”

“Hp gue, suka-suka gue.” Tama langsung pergi meninggalkan Dera.

Dera langsung mengekorinya.

“Maksud Lo apa sih kirim pesan tadi siang. Kalau gue nangis di pojokan kenapa?”

“Sebentar lagi ujian nasional, mending Lo siapin bagaimana masuk SBMPTN.” Tama masih sibuk mencari buku mengenai Sains.

“Gue tahu Tama, tapi jawab dulu pertanyaan gue. Sekali-kali perhatian dikit jadi cowok.” Dera sedikit gemas dengan perlakuan Tama.

Tama masih cuek dengan Dera. Dera menghela nafas panjang.

Oke ini jalan terkahir gue. Dera ayo nyatakan cinta ke Tama biar dia tahu isi hati Lo.

“Tama gue cinta Lo.” Ucap Dera dengan tulus. Semoga Tama merespon dirinya karena butuh nyali yang kuat untuk menyatakan cinta kepada Tama.

“Lalu?”

Buset, jawabannya gitu doang. Astaga Tama gue capek-capek bilang cinta jawabannya lalu doang.

“Lo cinta gue nggak?” Tanya Dera sedikit lemas.

“Gue pernah bilang kemarin. Harus gue ulangi lagi?” Tama masih tidak mau memandang Dera yang ada di sampingnya. Akhirnya dia menemukan buku fisika yang lumayan simple bisa di pahami.

“Jahat Lo.” Dera akhirnya frustasi dengan sikap Tama yang cuek.

“Mau Lo apa? Hah?” Akhirnya Tama memandang Dera juga.

Tatapan Tama membuat Dera gugup. Perut mules lagi. Benar perkataan Derren jika lama-lama di Gramedia bawaannya mules terus.

“Kok diam?” Tama mendekat kepadanya.

Dera kali ini benar-benar salah tingkah. Tidak seharusnya dia bilang cinta ke Tama.

“Gue …” Dera bingung mau berkata apa.

“Tadi cerewet banget sekarang gelagapan. Gue nggak cinta sama Lo. Terlalu cepat Lo nyatakan cinta ke gue dan Lo tahu itu apa. Itu bukan cinta tapi kagum.” Jawab Tama dengan nada tegas.

Tama langsung ke kasir membayar bukunya. Dera masih berdiri mematung. Kagum. Apa yang di katakan Tama benar juga terlalu cepat dia menyatakan cinta.

“Mau sampai kapan berdiri di sini?” Tama mendekati Dera. “Jangan di pikirin. toh, kalau jodoh nggak akan kemana. Ayo.” Tama menggandeng tangan Dera menuju ke kasir.

Pertanyaan demi pertanyaan muncul di otak Dera. Ah, menyesal dia mengatakan hal cinta ke Tama. Lebih mengerikan lagi Tama hanya cuek.

“Nonton yuk!” Ajak Tama.

Jantung rasanya berhenti berdetak. Tama mengajak Dera nonton. Itu berarti malam ini dia kencan dong sama Tama.

Kenapa sih loh Tama, kalau loh begini otomatis Lo kasih harapan ke gue.

Terpopuler

Comments

RISA

RISA

thor, novel ente bagusss bgt

2023-09-12

0

RISA

RISA

males kalau lagi di katain kaya gini sama cowok

2023-09-12

0

GERAL

GERAL

lanjuttttttt gas poll

2023-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!