“Kamu hanya perlu memakai pengaman atau isteri harus minum obat KB.” Ucap Leon sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Aku tidak mau kalau isteriku minum obat KB, aku takut terjadi apa-apa padanya.” Ucap Daniel, apalagi harus di minum tiap hari sudah pasti Cery akan mengeluh.
Dan lagi dia masih sangat muda untuk meminum obat seperti itu, pikirnya.
“Tapi aku juga tidak mau memakai pengaman,” lanjut Daniel membuat Leon prustasi.
“Lalu apa maumu? Aku harus bagaimana?” Tanya Leon mulai kesal.
“Apa ada cara lain?” Tanya Daniel lagi.
Daniel menatap Leon dengan serius, begitu juga dengan Leon yang kini menatap Daniel dengan serius sambil mengingat-ngingat sesuatu.
“Ada satu cara.”
“Apa cepat katakan?” Tanya Daniel tidak sabaran.
“Kau ini sangat tidak sabaran.” Ucap Leon dengan tersenyum kecut, dia pikir pria memang gampang kecanduan dalam hal itu. Sayangnya itu berlaku untuk Leon yang belum tersentuh sedikitpun. “kamu hanya perlu mengeluarkanya di luar, jangan di dalam. Itu cara aman agar kamu tidak menghamili isterimu.” Ucap Leon lagi.
Daniel menatap Leon penuh curiga, dia paling hawatir pada adiknya yang selalu menempel pada sepupunya ini. “Jangan bilang kamu suka memakai trik ini saat melakukanya?” Tanya Daniel dengan tatapan mencurigakan.
“Hei kau gila! Kamu memintaku untuk datang ke sini karena mau minta pendapat atau hanya ingin menuduhku?!” Pekik Leon kesal, apalagi selama ini Daniel dan Theo selalu menaruh curiga padanya, padahal sudah mati-matian berusaha menghindari Sherena.
“Kamu hanya perlu jawab Kak!” Ucap Daniel dengan raut wajah seriusnya.
Suasananya jadi semakan mencengkram, keduanya memang berhubungan baik namun ada kalanya keduanya berselisih seperti ini.
“Hah! Aku pacaran saja tidak pernah, Daniel! Apalagi melakukan hal seperti itu!” Pekik Leon kesal, dia datang malah di tuduh yang tidak-tidak. Tau seperti ini Leon lebih memilih pergi bersama teman-temanya.
“Ciuman?” Tanya Daniel dengan sorot mata curiganya.
“I-itu…” lirihnya pelan dia kebingungan untuk menjawab, harusnya langsung saja Leon bilang tidak. Namun ia malah teringat sesuatu sampai tidak bisa menjawab pertanyaan sepupunya itu.
“Sudah pernah?”
“Hei bocah! Kenapa kamu mengintrogasi ku seolah sedang mengintrograsi kekasih adikmu!” Pekik Leon kesal dia lalu berdiri. “Sudahlah aku harus pergi, kamu hanya membuang-buang waktuku saja.” Ucap Leon lalu meninggalkan Daniel di ruang kerjanya.
Daniel masih kesal, dia takut jika adiknya di sentuh oleh sepupunya itu. Dia pun keluar dari tempat itu dan kembali ke kamarnya untuk melihat sejauh mana Cery dan Sherena belajar.
“Apa yang kalian lakukan!” Pekik Daniel, tadi dia sudah di buat kesal oleh sepupunya. Dan kali ini dia sangat kesal melihat Sherena dan Cery sedang berbaring di atas ranjang sambil bercerita.
“Tentu saja belajar.” Ucap Sherena.
Daniel berjalan ke arah mereka lalu mengambil buku yang tergeletak di atas ranjang itu, namun di sana tidak ada sedikitpun coretan.
“Sherena! Aku menyuruhmu mengajari Cery. Bukan malah mengajaknya ngobrol!” Ketus Daniel kesal.
Hari ini benar-benar siap baginya, sudah di larang punya anak oleh orang tua Cery. Di tambah Leon yang menyebalkan dan sekarang adiknya pun membawa pengaruh buruk untu isterinya.
Karena samar-samar Daniel mendengar curhatan Sherena saat ia memasuki kamarnya itu.
“Iya kan nanti abis cerita aku akan ngajarin Cery Kak.” Elak Sherana.
“Tidak perlu! Tidak jadi, yang ada Cery malah mendengarkan cerita mu bukanya belajar. Cepat keluar dari kamar.” Ucap Daniel.
Cery menatap kedua kaka beradik itu bergantian, dia merasa Sherena tidak sepenuhnya salah karena dirinya juga tidak melarang Sherena untuk bercerita.
“Kak, tadi aku—“
“Diam Cery, cepat keluar Sherena!” Pinta Daniel lagi.
Bukanya bangkit dari tidurnya Sherena malah makin menutup tubuhnya dengan selimut.
“Cepat keluar, di luar ada Kak Leon sedang berbicara dengan Mami.” Ucap Daniel akhirnya mau tidak mau dia memakai nama itu untuk membuat Sherena keluar dari kamarnya.
“Benarkah?” Tanya Sherena sambil membuka selimutnya dan segera berdiri. “Cery aku pergi dulu yah.” Ucap Sherena sambil berlari keluar kamar itu.
Daniel menghembuskan napasnya dengan kasar lalu duduk di tepi ranjang, ia bingung harus memercayakan Cery pada siapa untuk belajar matematika. Jika dirinya yang mengajar sudah pasti Cery tidak bisa pokus pada pelajaran karena Cery pasti terpesona oleh ketampananya, pikir Daniel.
“Sayang? Kenapa melamun?” Tanya Cery saat ia sudah duduk di samping suaminya, Cery hendak menyenderkan kepalanya di pundak Daniel. Namun Daniel segera memegang pergelangan tangan wanita itu dan mengajaknya keluar kamar.
“Sayang mau kemana?” Sambil berjalan mengikuti arah tarikan lengan Daniel.
“Ikut saja.”
Lalu mereka berhenti di depan sebuah pintu, Daniel lalu mengetuk pintu itu.
“Ada apa?” Tanya Theo saat membuka pintu dan melihat Daniel dan Cery ada di depan pintu kamarnya.
“Aku butuh bantuanmu.” Ucap Daniel.
Theo mengerutkan keningnya, lalu menatap Daniel dan Cery bergantian.
“Tolong ajari isteriku matematika,” ucap Daniel membuat Theo heran, padahal dirinya juga guru matematika kenapa malah menyuruh seorang Dosen yang mengajari isterinya.
“Kenapa tidak kamu saja? Dia kan ist—“
“Iya dia isteriku, jangan banyak tanya cepat keluar kami menunggumu di ruangan sebelah Kak.” Ucap Daniel sambil menggandeng isterinya ke ruang keluarga yang ada di lantai atas.
Theo menghela napasnya kasar, dia saja belum sempat menolak permintaan adiknya itu. Daniel malah langsung pergi tanpa meminta persetujuanya.
Theo pun menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju ruangan itu, lalu duduk di depan pasangan suami isteri itu.
Kedua lenganya melipat di depan dadanya, Theo memperhatikan Daniel dan Cery bergantian.
“Apa nilaimu sangat jelek, Cery?” Tanya Theo penasaran.
“Emm itu…” lirih Cery namun saat wanita itu membuka mulutnya kembali untuk menjawab pertanyaan Kakak iparnya Daniel lebih dulu bersuara.
“Kakak tidak perlu menanyakan apapun pada isteriku, aku hanya meminta tolong pada kakak untuk mengajari isteriku pelajaran matematika hanya itu.” Ucap Daniel.
Sejujurnya dia tidak suka membuat Cery dan Theo berinteraksi lebih dekat lagi, tapi mau bagaimana lagi dari pada nilai isterinya jelek.
“Kamu yakin menyuruhku?” Tanya Theo dengan santainya.
“Tentu saja.” Ucap Daniel.
“Jangan salahkan aku jika nanti kamu menyesal.” Ucap Theo lalu mengambil buku matematika yang ada di atas meja.
Daniel menelan salivanya susah, entah mengapa mendengar ucapan RmTheo barusan malah membuatnya ragu.
“Cery kemari duduk di sebelahku.” Ucap Theo.
“Baik Kak.” Ucap Cery dia hendak berdiri namun lengan Daniel menahan wanita itu agar tidak pergi.
“Dari sini saja, tidak perlu sampai pindah tempat duduk.” Ucap Daniel.
Cery yang sedang berdiri pun jadi kebingungan sendiri, Cery menatap kedua kakak beradik yang saling melempar tatapan tajamnya.
—————-
Mohon bijak yah buat teman-teman yang mau baca-baca aja, kalo gak mau gak usah baca. Jangan kaya tadi ada oknum-oknum tidak jelas yang tiba-tiba datang hanya buat kasih reting jelek. Hmm agak kesel sih. Tp lebih kesel nya lagi udh di kasih bintang jelek masih aja di baca😭🤣
Kan jadi gibah aku🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceris
2024-05-12
0
Priskha
yg sabar thor mungkin mereka lbh hebat buat novelnya, tetap semangat, karyamu sdh bagus kok thor 💪💪💪💪
2024-02-04
1
LANY SUSANA
lanjutt... seru kok😍
2024-02-01
0