Daniel ahirnya melepas Cery dan duduk di atas ranjang sabil menyenderkan tubuhnya, Cery juga duduk di sampingnya karena Daniel menariknya agar dekat denganya dan tidak berani kabur seperti sebelumnya.
“Cepat ceritakan siapa orang itu.” Ucap Daniel tidak sabaran.
“Terakhir kali memang saat aku TK, tapi aku hanya memaksanya agar dia mau jadi pacarku.” Jawab Cery jujur. “Tapi setelah itu aku tidak pernah ketemu lagi denganya karena kedua orang tuanya memindahkan anak itu ke sekolah lain.” Jawabnya.
Daniel mendelik kesal, sudah jelas jika setelah itu masih banyak pria-pria lainya. Karena setiap hari dia selalu di kerumuni banyak murid laki-laki.
“Jangan bohong Cery! Ceritakan yang sejujurnya dan sebenarnya.” Ucap Daniel. “Bukanya setiap hari kamu bertengkar dengan siswi lain karena memperebutkan seorang pria.” Tanya Daniel penuh curiga, dia menebak-nebak murid mana yang di rebutinya.
“Oh itu, tentu saja suamiku.” Jawab Cery jujur, dia lalu menghadap suaminya. “Aku memang sering bertengkar dengan murid lain, karena kesal mereka bilang jika kamu miliknya, bahkan ada yang terang-terangan mau mendekatmu. Tentu saja aku tidak terima, tidak ada yang boleh mendekatimu selain aku.” Ucap Cery penuh percaya diri.
“Sejak kapan?” Tanya Daniel masih penuh curiga.
Cery mengingat-ingat sesuatu. “Hmm sepertinya saat kelas dua SMA aku selalu melabrak orang yang berani mendekatamu sayang, sebenarnya waktu kelas satu awal pertama kali kita bertemu aku sudah jatuh cinta padamu. Tapi sayang aku tidak seberani sekarang untuk melabrak kakak kelas.” Jawabnya sambil terkekeh pelan mengingat kejadian itu.
Sementara Daniel sejak tadi hanya diam menatap wajah Cery dengan intens.
“Jadi karena itu kamu menjambak Via sekertaris ku?” Tanya Daniel lagi untuk memastikan.
“Tentu saja, apa kmau tidak bisa melihatnya itu hanya acting. Dia bahkan langsung bisa berdiri lagi saat aku siram wajah— Hmpf.” Ucapanya terputus saat bibirnya di bungkam habis oleh mulut suaminya.
Awalnya Cery merasa kaget, namun pelan-pelan dia mulai bisa mengimbangi ciuman itu.
Tubuhnya menegang, berikut dengan bola mata Cery yang membulat sempurna saat lengan Daniel menelusup masuk kedalam seragam itu.
“Jangan, ini di rumahku.” Tolak Cery, dia tau jika Mamanya akan menyalahkan dirinya lagi sebelum itu terjadi Cery berusaha menolaknya walau sesungguhnya dirinya pun sama menginginkanya.
“Cery!! Nak Daniel ayo makananya sudah siap.” Teriak Mama Rina dengan lantangnya di luar kamar Cery.
Seketika ciuman itu terlepas dengan tubuh keduanya yang saling menjauh, mereka langsung merapikan pakaianya masing-masing.
Daniel menatap Cery dengan jantung yang berdegup kencang. “Sudah ku bilang.” Ucap Cery dengan terkekeh geli, Daniel pun ikut tertawa pelan. Pikirnya apa yang sudah dia lakukan kenapa sampai berani menyentuh Cery saat sedang di rumah mertuanya.
Bukan, masalahnya bukan itu. Tapi akhir-akhir ini memang dirinya sedikit aneh, sejak awal sudah jelas jika dia tidak akan menyentuh tubuh Cery.
Mereka berdua pun keluar dan duduk di meja makan dengan kedua orang tua Cery yang juga sudah duduk di depanya.
“Makanan kami seperti ini, semoga kamu menyukainya Nak Daniel.” Ucap Papa Erwin.
“Sama Pah, semua makanan sama saja Daniel suka makan makanan ini kok.” Ucap Daniel saat melihat tempe tepung goreng, ikan bakar dan pindangan.
“Hahah baguslah kalau begitu, kamu mungkin akan mulai terbiasa dengan masakan yang di buat Mama.” Ucap Papa Erwin.
“Ayo cepat di makan.” Ucap Mama Erwin.
Mereka pun mulai menyantap makanan itu, namun tiba-tiba Papa Erwin mulai berbicara lagi.
“Nak Daniel, Papa sempat lupa memberi tahu kalian. Papa mau ingatkan kalian untuk tidak punya anak dulu.” Ucap Papa Erwin sampai membuat Daniel kaget dan tanpa sadar menjatuhkan sendoknya di atas piringnya.
“Iya, Bukan karena tidak boleh. Tapi untuk saat ini Mama harap kalian tidak punya anak dulu, karena Cery masih sekolah dia bahkan belum UN. Kami hanya takut orang-orang di luar sana berpikiran yang tidak-tidak pada kalian.” Terang Mama Rina.
Daniel terdiam, dia mengingat sesuatu. Ya sejak awal Daniel tidak berniat menyentuh tubuh isterinya karena dia bahkan belum lulus sekolah, apalagi tidak ada cinta di antaranya.
Daniel menghela nafasnya dengan berat hati. “Iya Ma, Pa Daniel mengerti.” Ucapnya lalu membuat kedua orang tua Cery tersenyum karena merasa tenang.
Setelah acara makan itu mereka berbincang-bincang sebentar lalu berpamitan untuk pulang.
Di dalam kamar di kediaman keluarga Ben Felix, Daniel masuk kedalam kamar bersama dengan Sherena.
“Sherena?” Panggil Cery saat sadar ada iparnya yang ikut masuk kedalam kamar.
“Holla? Perkenalkan mulai hari ini aku adalah guru matematikamu.” Ucap Sherena sambil tertawa geli sendiri mendengar ucapanya.
Cery masih bingung belum bisa mencerna ucapan adik iparnya itu.
“Mulai sekarang kamu belajar matematika dengan nya. Cepat bersiap untuk belajar Cery.” Ucap Daniel.
“Wah benarkah?” Tanya Cery tidak percaya dia terlihat senang karena mungkin pelajaranya akan sangat menyenangkan jika belajar bersama Sherena. “tunggu sebentar aku akan bersiap.” Jawabnya dengan cepat dia berlari ke meja belajarnya di kamar itu untuk mengambil buku matematikanya.
“Belajarlah, aku ada urusan dulu.” Ucap Daniel dia segera meninggalakn dua wanita itu.
Daniel bergegas menuruni anak tangga sambil melirik ke belakang, antisipasi agar Sherena tidak mengikutinya. Karena jika dia tau ada Leon di ruang kerjanya sudah pasti Sherena akan meninghalakn Cery hanya untuk menemui pria bernama Leon itu.
“Kamu sendiri?” Tanya Leon saat melihat Daniel masuk seorang diri. Karena biasanya Sherena akan menemuinya saat tau jika dirinya datang ke kediaman Felix.
“Tentu saja, memang Kakak berharap siapa yang akan datang bersamaku?” Tanya Daniel penuh selidik.
“Aku kira isterimu yang sakit, lalu untuk apa aku ke sini?” Tanya Leon.
“Tentu saja aku yang akan konsultasi denganmu.” Jawab Daniel ia segera duduk di hadapan sepupunya itu.
“Konsultasi? Ada keluhan apa sampai kamu memanggilku ke sini.” Tanya Leon penasaran, apakah Daniel memiliki penyakit serius? Pikirnya.
Namun saat melihat tubuh fit dan bugar itu tentu saja bukan, karena itu mungkin isterinya lah yang bermasalah.
“Kedua orang tua Cery melarang kami untuk mempunyai anak sebelum Cery lulus.” Ucap Daniel.
“Ya tentu saja harus begitu,” jawab Leon.
“Masalahnya, kita sudah melakukan itu dan—“
“Dan apa?” Tanya Leon tidak sabaran.
“Dan aku keluar di dalam, saat itu aku gak memikirkan hal itu. Jadi apa kemungkinan Cery bisa hamil?” Tanya Daniel.
Leon tercengang melihat kebodohan sepupunya itu, Daniel yang sangat memperhitungkan segala perbuatan yang akan dia lakukan. Sudah pasti kejadian itu tidak ada dalam agendanya, dan di luar keinginanya.
“Wanita memang paling berbahaya.” Gumam Leon dalam hatinya.
“Kak kenapa malah ngelamun bukanya kasih solusi.” Keluh Daniel lagi, jika dia bukany kakak sepupunya sudah pasti Daniel akan menendang pria ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
teussabar
2024-05-12
0
Zerazat
hamil juga nggak papa Pak Guru setelah UN kan udah lulusan,nanti kuliah setelah punya anak,nggak masalah kan toh Cery sebetulnya kan anak pintar
2023-12-18
0
Nendah Wenda
moga aja cery hamil biar nakinterikat
2023-12-12
0