Pagi itu Daniel tiba-tiba di datangi wali kelas Cery, dia sedikit curiga kalau wali kelasnya itu tau tentang pernikahanya dengan Cery. Sebenarnya bisa saja dia menutup mulut wanita paruh baya itu, namun Daniel bukan orang yang seperti itu.
“Ada apa ibu Elena? Tumben anda datang keruangan saya.” Ucap Daniel. Ya walau Daniel adalah pemilik yayasan ini, dia tidak pernah ingin di bedakan dengan guru yang lain.
Dia adalah seorang guru saat di sekolah, walau Papinya sudah menyuruhnya mulai mengurus sekolah dan berhenti mengajar ia masih senang mengajar dan menolak untuk segera mengambil alih.
“Tentu saja bertemu dengan guru termuda di sekolah ini.” Ucap Ibu Elena sambil terkekeh pelan. “Pak saya sebenarnya mau tanya, kenapa nilai Cery sangat jelek?” Tanya Ibu Elena langsung pada intinya.
“Tentu saja karena dia malas belajar, nilainya selalu jelak selama saya mengajar di kelasnya.” Jawab Daniel jujur.
Karena setau dirinya ia adalah murid bodoh, karena itulah Daniel juga tidak menyukainya.
“Justru itu kenapa bisa nilainya jelek, padakal semua mata pelajaran lain nilainya bagus. Hanya di mata pelajaran bapak Daniel saja yang nilai pelajaranya jelek.” Ucap Bu Elena lagi, sangat di sayangkan jika nilai pelajaan matematika Cery jelek.
Daniel terdiam sejenak. “Maksud ibu nilai pelajaran lain bagus? Apa mungkin hanya kebetulan?” Tanya Daniel lagi tidak percaya.
“Pak Daniel, Cery itu murid berprestasi. Tapi sayangnya dia tidak pernah menempati posisi nomor satu karena selama ini memang hanya nilai matematikanya yang jelek. Pelajaran lain nilainya sangat jarang berada ni angka 80 rata-rata 90-100.” Jawab Bu Elena yang memang selalu memeriksa semua nilai muridnya.
“Apa mungkin dia tertekan dengan pelajaran bapak?” Ucap Bu Elena, Daniel mengerutkan keningnya. Memang apa yang sudah ia lakukan sampai membuat Cery tertekan, yang ada dirinyalah yang tertekan selalu dikejar-kejar wanita yang sudah sah menjadi isterinya itu.
“Yah Ibu gak tau apa yang terjadi, tapi saya minta tolong agar nilai Cery tidak jelek seperti sebelumnya lagi, apalagi sebentar lagi ujian nasional akan di mulai.” Ucap Bu Elena sebelum akhirnya ia meninggalkan Daniel.
“Apa yang anak itu lakukan selama ini?” Pikir Daniel. “Jadi dia bodoh hanya di mata pelajaranku saja?” Gumamnya.
***
Di dalam kelas sejak tadi Nisa berbisik dan menyikut sahabatnya agar menjawab pertanyaanya.
“Ayolah Cer, ceritakan. Kamu kok pelit banget sih.” Ucap Nisa sambil berbisik karena pelajaran sedang berlangsung.
“Rahasia. Aku takut kamu pengen cepet nikah saat mendengar ceritaku.” Ucap Cery jujur.
“Serius? Masa sih? Sakit gak bukanya sakit? Kalo sakit mana mau aku nikah cepet-cepet.” Ucap Nisa.
“Iya sakit…” jawabnya.
“Serius??”
“Iya serius, tapi abis itu enak.” Lanjutnya lagi sambil tersenyum dengan wajah merona. “Enak banget sampe melayang-layang.” Jawabnya.
“Ah yang bener? Masa sih sampe melayang?” Tanya Nisa lagi.
“Ih kamu nih gak percaya, coba aja sendiri.” Kesal Cery karena Nisa tidak mempercayai ucapanya.
“Aku saja sampai minta lagi saking enaknya, kita dibuat merem melek - merem melek.” Ucap Cery sambil membuka tutup matanya berkali-kali membuat Nisa ikut melakukanya.
“Apanya yang merem melek?!” Tanya Pak sopian guru fisika yang sejak tadi memperhatikan keduanya.
Cery dan Nisa langsung tegang seketika karena kaget, mereka tidak tau jika Pak Sopian ada di depanya.
“Jawab apanya yang merem melek?” Tanya Pak Sopian lagi.
“Anu pak, itu…” jawab Cery tergagap.
“Anu apa?!”
“Burung bapak pak, eh burung Ayah saya lagi sakit gak bangun-bangun jadi padahal udah di obatin.” Jawab Cery karena yang ada di otaknya adalah burung Kesayanagn sang Ayah yang bernama Jafri.
“Huahahahah” murid-murid di kelas itu tertawa seketikda dengan isi otak yang berbeda-beda.
“Ma-maksudmu burung Ayahmu yang mana?” Tanya Pak Sopian dengan hati-hati namun dia penasaran, dia sendiri kembali bertanya karena takut isi otaknya salah paham.
Namun jika benar sama dengan isi otaknya berarti Cery sudah keterlaluan.
“Yang mana lagi pak? Burung ayah saya hanya satu.” Jawab Ceri, membuat emosi Pak Sopian semakin terlihat kesal. “Jafri nama burungnya pak, itu burung pemberian Ibu Saya.” Ucap Cery dengan cepat.
Seketika suara kecewa dari teman-temanya terdengar dengan jelas, “sudah cepat kumpulkan jawaban kalian, bel sudah berbunyi.” Ucap Pak Sopian saat mendengar bel berbunyi. Dia segera menyeka keringat di kepala botaknya.
“Cery! Kenapa kamu ngomongin si Jafri? Kenapa gak pake alasan lain? Kan mereka jadi mikir engga-engga.” Ucap Nisa.
“Ya tadinya aku keceplosan mau bilang burungnya pak Daniel.” Jawab Cery langsung mendapatkan tamparan kecil di pundaknya.
“Otak kamu semenjak nikah jadi pikiranya kotor.” Ucap Nisa kesal.
Tiba-tiba ada seorang murid dari kelas lain berlari Masuk ke kelasnya, “ Cer lo di panggil pak Daniel suruh ke ruanganya katanya.” Ucap Rido anak sebelah.
“Kenapa? Apa dia udah merindukan aku?” Ucap Cery.
Rido tersenyum mengejek, “ya elah, udahlah jangan ngejar yang gak pasti. Mending gw kurangnya apa coba?” Tanya Rido.
“Kurangnya banyak.” Ucap Cery langsung belari meninggalkan Nisa dan Rido yang masih berdiri di sana.
Cery membuka pintu ruangan Daniel dengan tidak sabaran, dia melihat wajah pokus Daniel yang sedang menatap layar laptop.
Cery berjalan mendekat lalu tiba-tiba mencium pipi Daniel, Daniel pun terkejut dan seketika menyentuk pipinya sambil menatap tajam ke arah sang isteri.
“Apa yang kamu lakukan?” Ucap Daniel dengan mata tajamnya, namun matanya segera menatap kesetiap jendela yang ada di ruangan itu. Dia takut jika ada orang lain yang akan melihat adegan itu.
“Tentu saja menyapa suamiku, biasanya itu yang di lakukan pasangan suami isteri.” Jawab Cery acuh, dia hendak duduk di pangkuan suaminya namun dengan cepat Daniel menunjuk kursi yang ada di depanya itu.
“Duduk di sana!” Titah Daniel. Cery pun mengikuti ucapan suaminya itu karena Daniel terlihata tidak bisa di ajak becanda.
“Ada apa? Sepertinya ada sesuatu yang serius?” Tanya Cery.
“Cery kenapa di mata pelajaran yang lain nilai mu bagu?” Tanya Daniel dengan sorot mata serius.
Cery pun membenarkan posisi duduknya yang tadinya santai, kali ini dia duduk dengan serius.
“Karena saya memang anak pintar pak.” Jawab Cery jujur.
“Cery jawab yang benar.”
“Saya sudah jawab benar sayang.” Ucap Cery.
“Kecilkan suaramu, bagaimana kalau ada yang tau tentang pernikahan kita?” Keluh Daniel, “aku tidak mau tanggung jawab jika kamu sampai rugi sendiri karena ucapanmu.” Ujar Daniel.
Cery hanya mengangguk-angguk. Bagaimana pun semua orang sudah tidak aneh karena sejak mengenal Daniel Cery selalu menyebut gurunya itu adalah kekasihnya pada setiap pria yang menyatakan cinta padanya.
Yah walaupun pada saat itu mereka hanya menyebut dirinya terlalu banyak menghayal dan terlalu terobsesi dengan gurunya, dan lebih parahnya mereka menyebut hubungan itu suatu yang mustahil.
“Sekali lagi aku tanya, kenapa nilai matematika mu jelek? Sedangkan nilai yang lainya bagus?” Tanya Daniel penuh kecurigaan.
“Karena aku gak bisa konsentrasi jika melihat wajah tampan mu, Pak.” Jawab jujur Cery.
Seketika Daniel memijat pangkal hidungnya, ia merasa prustasi dengan murid sekaligus isterinya itu.
“Aku harus ke kantor, kamu pulanglah dengan supir.” Ucap Daniel dia bergegas menutup laptopnya dna beranjak dari tempat itu.
Percuma banyak bicara dengan Cery yang ada dirinya lah yang akan pusing, lebih baik dia memikirkan bagaimana caranya agar nilai wanita itu bagus.
“Aku ikut.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
tryssehst
2024-05-12
0
Sri Narti
kenapa ya pemeran utama wanitanya kayak kegatelan gitu kayak nggak punya harga diri jadi agak males bacanya
2023-12-18
1
Nendah Wenda
pelan pelan pak guru pasti bisa berubah nilainya
2023-12-12
0