Happiness

“Ada apa?” Ruka bertanya dengan wajah datar.

“Apa besok Lo punya waktu?” Tanya Minji yang disampingnya sudah ada Hani.

“Ada. Gue sekarang nginep di rumah Pharita, besok datang aja ke sana.” Jawab Ruka sambil pergi berlalu begitu saja.

^^^^

Suasana di pagi hari tampak cerah dan ceria, tidak seperti biasanya rumah yang hanya ditinggali oleh empat orang kini bertambah riuh karena kedatangan segerombolan tamu yang ikut menginap tadi malam dengan alasan sudah kangen pada Pharita dan Asa.

Yang satu orang terlihat sedang menyiapkan sarapan dibantu oleh yang punya rumah, satu lagi terlihat sedang bersih-bersih menyapu dan menyingkirkan debu-debu di rumah itu, satu orang lagi sedang menemani orang yang sakit di sofa tengah rumah.

Sedangkan dua orang sisanya sibuk bermain air selang dihalaman belakang rumah saling semprot sampai pakaian keduanya separuh basah kuyup, katanya sih tadi mau menyiram tanamah karena hari ini hari bersih-bersih bersama di rumah Tante Rossie.

“Rora, Chikita, cepet ganti baju kalian main air terus dari tadi, ayo siap-siap sarapan.”

Teriak Ruka yang sedang sibuk menyiapkan sarapan dengan Asa, membuat kedua gadis yang sedang asyik tadi berhenti dan terpaksa menuruti apa yang diperintahkan lalu segera ke kamar mereka dan mengganti pakaian yang basah.

“Ahyeon, udah selesai belum? Ayo sini!” Ruka memanggil Ahyeon yang sedang bersih-bersih di kamar.

“Iya bentar lagi Ka, tanggung.” Sahut Ahyeon.

“Pharita, Haram, ayo sini kita sarapan!”

Pharita dan Haram melirik ke arah orang yang sedang di dapur kemudian segera beranjak dari sofa. Haram memapah tubuh Pharita karena memang jalannya masih berjinjit, kakinya masih belum pulih.

Orang tua Pharita dan Asa keluar tadi subuh karena harus berangkat ke luar kota hari ini. Mereka mempercayakan Pharita pada adik dan teman-temannya.

Setelah semua berkumpul di meja makan dan saling menyantap sarapan masing-masing, mereka mulai membicarakan hal-hal random sampai tidak jarang gelak tawa terdengar dalam percakapan mereka.

Ketika sarapan selesai, masing-masing kembali berkumpul di ruang tamu dan menonton televisi bersama, hari ini semua orang ingin istirahat mereka tidak ingin keluar rumah dan mungkin pulang pun direncanakan hari selanjutnya saja.

Terdengar suara bel pintu.

Ruka membuka pintu dan sudah dapat ditebak siapa yang datang.

“Ayo masuk!” ajak Ruka.

Kedua gadis yang datang berkunjung itu terlihat membawa keranjang buah dengan ekspresi yang sedikit tidak dapat diartikan, sepertinya mereka sedikit gugup.

Keduanya duduk di sofa ruang tamu lalu bergabung dengan Ruka dan yang lainnya. Pharita yang memperhatikan kedua gadis yang mencelakainya beberapa hari lalu terlihat sedikit mengerutkan kening, dia tidak habis fikir mengapa beraninya mereka berdua datang.

Televisi dimatikan, dan semua orang fokus menatap Minji dan Hani, suasananya cukup menegangkan seperti suasana di persidangan dimana pelaku siap dicerca dengan berbagai pertanyaan dan disudutkan.

Dengan helaan nafas pelan, Minji mencoba membuka percakapan.

“Pharita, gue dateng kesini dengan maksud ingin minta maaf sama Lo.” Minji berkata tapi tidak mampu menatap Pharita, dia hanya menunduk.

Hani pun demikian, dengan wajah yang memelas dan terlihat penyesalan dalam sorot matanya, dia berbicara menyambungkan kata-kata Minji.

“Ta, gue bener-bener nyesel atas apa yang udah gue lakuin, gue niatnya hanya membalas perlakuan Ruka dengan membuat Lo celaka, tapi sumpah gue gak nyangka bakalan sampai separah ini kejadiannya. Gue minta maaf.” Hani berkata diiringi dengan air mata yang terjun mulus berjalan di pipinya.

Semua yang menyaksikan terlihat sendu dan menghela nafas seolah faham akan perasaan kedua orang yang datang ini.

“Gue gak papa kok!” Pharita berbicara dengan memperlihatkan senyuman manisnya. Hatinya sudah menerima permintaan maaf Minji dan Hani bahkan sebelum dipinta.

“Sekarang ini udah terjadi, dan kita gak akan bisa ngulangin waktu lagi, tapi meski begitu, kita bisa gak akan mengulangi hal seperti itu terjadi lagi.” Lanjut Pharita.

Minji makin terseguk dengan air matanya setelah mendengar perkataan Pharita. Ruka dan yang lainnya hanya bisa merasakan suasana haru ini.

“Udah Ji, Ni, gue juga minta maaf kalau emang pernah nyinggung kalian selama acara kemarin, bahkan selama kita kenal mungkin gue juga sering buat kalian sakit hati tanpa sadar sampai kalian nyimpen dendam segitunya ke gue. Kita gak usah membahas tentang masa lalu lagi.”

Ruka berkata sambil mendekat menyatukan kedua tangan Minji dan Hani dalam genggamannya, mereka masih menunduk dengan isakan.

“Kita bisa mulai dari awal lagi, gue dan semua yang ada disini seneng bisa temenan sama kalian berdua dari sekarang.”

Setelah Ruka mengatakan itu, Minji dan Hani baru bisa mengangkat wajahnya. Mereka tersenyum bahagia dan beban yang selama beberapa hari ini terasa berat seolah terangkat begitu saja. Semua tersenyum lebar melihat itu.

“Udah jangan nangis lagi, masih pagi juga!” cetus Rora bukan dengan maksud marah tapi meledek kedua orang yang udah nangis pagi-pagi.

“Hahaha.. Mulutmu itu Ra, ya ampuun.” Ahyeon hanya tertawa sambil menggelengkan kepala.

Suasana yang tadinya mencekam sekarang sudah mencair. Minji dan Hani melanjutkan kunjungannya dengan bermain bersama Ruka dan yang lainnya di rumah itu.

Momen langka yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya kini tergambar jelas dengan indah. Persahabatan yang kuat dan ikatannya melebihi kekeluargaan.

Menjelang sore hari, Minji dan Hani pamit untuk pulang sementara yang lainnya masih betah di rumah Pharita.

Asa mendekati Haram yang sedang asyik bermain game dengan Chikita dan Rora.

“Ram, cari angin yuk keluar bentar! Aku bosan.”

Haram langsung menuruti ajakan Asa tanpa basa basi, dia meletakan HP nya meninggalkan Chikita dan Rora yang masih fokus dengan game mereka.

Angin sore menyapa dengan pesan penyembuhannya, riuh suara daun bergesekan di atas pohon yang rindang menambah ketenangan untuk dua gadis yang sudah duduk di bangku taman itu.

Haram dan Asa menikmati sore itu duduk berdampingan sambil memperhatikan lalu lalang orang lewat di taman, dengan kegiatan dan kesibukan masing-masing, menyenangkan memperhatikan kegiatan orang yang sebenarnya tidak terlalu berguna namun sesekali mendatangkan gurat senyum jika kebetulan hal lucu yang melewati mereka.

Asa memecah keheningan diantara keduanya.

“Ram. Sekarang ayo kita hentikan drama ini!”

“Emang kalian udah jadian?” Haram mengerutkan kening karena sedikit kaget.

“Hmmm” Asa mengangguk dengan senyuman manisnya.

“Waaah.. Lo kenapa baru ngasih tahu sih. Hahaha.” Haram tersenyum lebar, dia bahagia karena rencananya membantu Asa dengan drama percintaan mereka telah berhasil.

“Baru kemarin juga kita jadian waktu dia cek kesehatan Unnie. Gue mau segera cerita tapi kan masih belum tepat waktunya.”

“Syukurlah, gue ikut seneng Sa. Tapi Imej gue gimana nih udah dicap suka sama perempuan lagi kan gue. Hahaha”

“Ya tinggal ngomong aja ke mereka kalau lo diputusin gue karena gue udah sama Dokter muda nan tampan idaman semua pasien, hahaha.”

“Jadi gue yang dicampakan? Omaygaadd..”

Ekspresi Haram meringis sambil mempraktekan raut wajah patah hati, bukannya terlihat sedih tapi malah lucu dan mereka berdua tertawa lepas bersama.

Haruto baru satu bulan diangkat menjadi Dokter di Rumah Sakit milik keluarganya, dia menggantikan Daddy nya menjadi Direktur Rumah Sakit dan menjadi Dokter Muda idaman pasien sebagaimana yang dikatakan oleh Asa.

Sudah sedari lama Asa menyimpan perasaan pada Haruto dan Haruto juga sebaliknya, namun dia bukan lelaki yang peka, sehingga Asa meminta bantuan Haram untuk menyusun rencana dengan matang agar Haruto merasa cemburu.

Silahkan ceritakan sendiri versi masing-masing bagaimana rumitnya kisah Asa dan Haruto yang saling terhubung, tentunya dengan bantuan dari Chikita dan Rora yang sudah ikut terlibat dalam rencana besar ini. ~Author

The End

Senin, 24 Juli 2023

Kamis, 3 Agustus 2023

Saya selaku Author pamit undur diri, terima kasih kepada seluruh pembaca yang sudah berkenan membaca cerita ini dari awal sampai akhir.

Ini coretan pertama, terlihat abstrak dan amburadul. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Karena cerita ini disusun tanpa persiapan apapun, maen gass aja kata gw juga.

Ditunggu Project cerita kedua gw ya, ini juga gw lagi belajar sama guru kecil yang manis, cantik, sabar, baik hati dan tidak sombong tentunya.

Udah dispill tuh cerita kedua di bio. Dukung perkembangan gw yang lagi belajar nulis ya.

Terima kasih dari lubuk hati yang terdalam pada semuanya. Semoga kalian sehat selalu.

Terpopuler

Comments

Silvi Aulia

Silvi Aulia

di tunggu kelanjutannya Thor

2023-10-08

2

Siti Nurhasanah Habibah

Siti Nurhasanah Habibah

makasih atas ceritanya. ditunggu cerita selanjutnya 🥰

2023-08-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!