Tenang

Setelah pemakaman Neneknya Rora, semua orang berkumpul di Rumah Rora, besok mungkin mereka akan pulang.

“Ra, kamu harus ikut kita ya ke Seoul lagi.” Ajak Ruka. Rora benar-benar hidup sendirian sekarang, tidak ada siapapun lagi yang dia punya kecuali enam orang temannya ini.

“Ya, ra. Kamu tinggal sama aku nanti. Aku sekarang tinggal sendirian di Apartemen. Kita urus besok perpindahan kuliah kamu dan kita kuliah bareng di sana.” Ahyeon menambahkan.

Rora bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka. Sampai sekarang mereka selalu mengesampingkan urusan pribadi masing-masing jika ada seorang saja yang kesusahan.

“Makasih. Aku gak akan melupakan kebaikan kalian.” Jawab Rora sambil tersenyum.

Sementara semua sedang berkumpul, Haram kembali dari luar membeli makanan ringan dari Minimarket dengan Pharita. Setelah terjadi perdebatan ringan di tengah jalan tadi.

“Lama banget baru pulang!” Asa bicara pada Haram dan membuat semua orang menatapnya tapi dia tidak perduli.

Haram hanya tersenyum lalu menyimpan belanjaan dan duduk di samping Asa. Posisi duduk semua orang melingkar karena mereka sedang mengelilingi meja yang penuh dengan makanan sekarang. Semua orang baru bisa beristirahat dan melewatkan makan siang tadi saat prosesi pengantaran abu Neneknya Rora.

“Kalian gak bertengkar dulu kan?”

Tanya Ruka yang memperhatikan Pharita terlihat baik-baik saja tapi sepertinya ada sesuatu yang sudah terjadi.

“Biar aku yang menjawabnya, Rita.” Itu yang Haram katakan saat Pharita hendak menjawab pertanyaan Ruka padanya.

Chikita, Ahyeon, Rora, Ruka, Pharita, Asa dan Haram. Posisi duduk mereka seperti itu. Semua perhatian tertuju pada Haram karena penasaran apa yang akan dia katakan.

“Gue mau jujur ke kalian, tapi sebelumnya gue mau minta maaf gak mengatakan ini dari dulu.”

“Apa Ramie? serius amat kamu.” Ucap Ahyeon. Lalu diam-diam Haram menggenggam tangannya Asa di bawah meja seolah meminta kekuatan.

“Gue udah balikan lagi sama Asa dan kalian semua pasti udah tahu tentang hubungan kita. Meskipun gue dilarang sama Lo Ta, gue gak mau nyerah dengan semua ini. Gue udah ngomong jujur sama Tante Rossie dua hari yang lalu, gue minta ijin sama dia buat jaga Asa di sisi gue, gue juga udah dicecer abis sama Paman Juno, meski sedikit kecewa tapi mereka mungkin ngasih gue kesempatan buat bisa menjaga Asa.” Jelas Haram yang sudah menyiapkan hatinya sekarang.

Semua orang yang mendengarnya agak kaget kecuali Pharita. Dia sudah tahu semuanya dan dia tidak punya pilihan selain mengijinkan mereka berhubungan lagi karena kedua orang tuanya pun sudah mengetahuinya.

“Ramie, jujur gue kaget banget saat pengakuan pertama lo ke gue dan chiki. Tapi gue juga ngehargain perasaan lo yang memang tulus dan gak bisa dipaksakan. Gue gak masalah punya temen yang suka perempuan lagi.” Jelas Rora yang sebenarnya mewakili Chikita juga.

“Gue juga gak masalah sama kalian mau hubungan atau enggak juga, bukankah ada saatnya kita menemukan tempat hati kita berlabuh pada seseorang yang perannya mampu lebih dari teman.” Ahyeon mengeluarkan pendapatnya.

“Gue turut bahagia sama kalian Sa, Ramiee. Pharita juga ngomong ke gue saat pertama kali mengetahui hubungan kalian sebenarnya dia juga gak masalah, hanya saja hal yang ditakutkan ini menyangkut reputasi keluarga kalian. Tapi jika orang tua kalian sudah mengetahuinya gue harap apapun yang terjadi di depan mampu kalian hadapi bersama.”

Ruka mewakili Pharita juga yang sekarang sudah terlihat cape karena adu mulut dengan Haram tadi di jalan.

“Makasih. Kalian mau nerima aku dan Haram. Aku gak akan menyusahkan kalian dengan hubunganku ini. Aku janji.” Ucap Asa yang sedari tadi diam.

Sekarang mereka tidak perlu menutupi hubungannya lagi di depan para sahabatnya.

^^^^

Setelah satu minggu mereka kembali ke Seoul. Dan Rora ikut pindah kuliah bersama mereka mengambil jurusan musik, Rora sekarang tinggal dengan Ahyeon dan tetap melakukan pekerjaan paruh waktu karena tidak ingin merepotkan segalanya pada temannya.

Ruka yang sedang belajar di kelas tiba-tiba dipanggil ke kantor oleh Ketua Jurusan, yaitu Bu Lee Jung. Bukan tanpa alasan, saat ini Ruka adalah Ketua Mahasiswa dari Jurusan Ekonomi di Kampusnya, dia punya segudang prestasi dan tanggungjawabnya mampu menjadikan dia kepercayaan Mahasiswa Jurusan Ekonomi.

Ruka sudah berada di depan Bu Lee Jung.

“Ruka, untuk tahun kedua ini kamu saya tunjuk menjadi panitia Camp dari jurusan kita ya.”

“Baik, Bu.” Ruka senang dia bisa menjadi bagian dari kegiatannya di Kampus tahun ini.

“Tapi untuk target lokasinya sekarang di mana bu? Dan gambaran kegiatannya seperti apa?”

“Kita akan Camp di daerah pertanian yang sudah dihubungi oleh pihak kampus, berbeda dengan tahun kemarin yang targetnya adalah komunitas Usaha Menengah. Nanti disana kita membuat program untuk masyarakat petani dan membantu mereka dengan memberikan mereka ilmu baru seperti workshop, juga membantu langsung dilapangan mengelola tahan dan sayuran, dan masih banyak program lainnya.”

“Siap Bu!” Jawab Ruka antusias dengan senyum yang menunjukan mata kucingnya.

“Apakah kita juga akan gabung dengan jurusan lainnya bu?”

“Tentu saja. Tahun ini kampus memusatkan perhatian pada sektor ekonomi di daerah yang terpencil. Dan tahun ini proyek Camp diadakan besar-besaran dengan program gabungan dari jurusan lain yang akan menjadi pengalaman berharga Mahasiswa juga nilai kemanfaatan kampus kita akan terlihat lebih baik jika hadir langsung di tengah masyarakat.” Jelas Lee Jung.

“Waw, ini luar biasa bu.” Ruka tidak sabar ingin segera mengabari teman-temannya, mungkin juga mereka ditunjuk menjadi panitia.

Sore ini mereka janjian bakal kumpul di Apart Chikita, karena harus mempersiapkan pesta ulang tahun Chikita besok.

“Cil, Ahyeon sama Rora belum datang?” Tanya Haram yang datang dengan Asa.

“Belum. Baru Ruka sama Rita udah dari tadi.” Jawab Chikita. Tidak lama kemudian.

“Titt. Titt. Titt….”

Suara tombol kunci pintu. Siapa lagi kalau bukan Ahyeon dan Rora, semua temannya tahu kata sandi Apart Chikita, jadi kapanpun mereka mau meskipun Chikita gak ada mereka bisa masuk sesuka hati ke Apartnya. Chikita yang memberitahu itu sendiri.

“Yoo What’Up Girl…” Teriak Ahyeon sambil membawa tentangan kresek yang dalamnya minuman dan snack.

“Kemana dulu baru nongol?” Tanya Pharita yang melihat kedatangan mereka.

“Abis nunggu ni bocah keluar kelas. Kelas musik lama banget sih kalau gue udah tidur kayaknya.” Jawab Ahyeon yang memang baru datang karena menunggu Rora selesai kelas di kampus. Rora hanya tersenyum dan langsung mencari bocil kesayangannya.

“Cil, malem ini gue nginep disini ya.” Ini pertama kalinya Rora akan menginap di Apart Chikita.

“Iya, kalian semua gak boleh pulang malam ini.” Jawab Chikita sambil terus memasangkan segala dekorasi untuk tempat perayaan ulang tahunnya besok.

Setelah jam sepuluh malam, pekerjaan baru selesai. Mereka semua berkumpul minum bersama dan bercanda, semua berencana tidak akan pulang malam ini karena mereka akan meniup lilin dan merayakan ulang tahun Chikita pada jam 12 malam nanti. Besok khusus teman-teman kuliah dan para peserta pelatihan di Akademi Dance yang diundang, jadi mereka membuat acara khusus bertujuh dulu.

“Oh, iya. Gue baru inget tadi gue dipanggil sama Bu Lee Jung Ketua Jurusan Ekonomi. Gue disuruh jadi Panitia buat Camp tahun ini. Kalian gimana? Ada yang sama gak disuruh jadi panitia?” Tanya Ruka.

“Gue disuruh juga tadi sama Pak Jihoon Ketua Jurusan Seni” Jawab Chikita.

“Wah.. Tadi juga gue sama Chiki. Gue dipanggil Miss Silvergun buat jadi panitia perwakilan Jurusan Fashion sama Rita.” Timpal Ahyeon. Rora dan Asa tidak dijadikan Panitia karena Rora Mahasiswa yang masih baru dan Asa tidak terlalu aktif organisasi di kampusnya.

“Akhirnya kita barengan juga, Camp kita tahun ini bakal pecah banget. Katanya semua Mahasiswa dari masing-masing jurusan akan punya program yang dilaksanakan di satu titik lokasi.” Jelas Ruka seperti yang dikatakan Lee Jung.

“Asa sama Rora ikut kan?” Kata Ahyoen.

“Gue ikut dong Yeon. Meski baru tapi kan gue gak mau ketinggalan momen kampus yang setahun sekali ini.” Jawab Rora.

“Aku juga ikut kok. Tapi aku mau ijin bawa Haram yaa..” Asa berkata dengan malu-malu menatap Haram yang sibuk dengan cemilannya.

“Bucin akut ya buuu..” Teriak Chikita yang membuat semua orang tertawa lepas. Asa hanya malu dan bersembunyi memeluk lengan Haram.

Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul 12 tengah malam dan mereka langsung merayakan bertambahnya usia Chikita teman terbaik diantara mereka dengan bahagia dan tawa semua orang terbawa suasana pada malam itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!