Mungkin Memang Jodoh

Mungkin Memang Jodoh

1. Kecelakaan

Siang itu seorang pemuda mengendarai motor maticnya dengan raut bahagia menuju pulang ke rumahnya setelah mengajar di sebuah sekolah menengah di kota tersebut. Ketika sedang asyik mengendarai motornya Revan di buat kaget tersentak oleh ibu - ibu yang tiba - tiba nyelonong dari salah satu gang dengan mengendarai motor. Revan yang kaget pun lantas mengerem mendadak dan sialnya dari belakang ada truk dengan kecepatan lumayan tinggi. Revan tertabrak oleh truk tersebut yang membuat ia terpental sampai ke sisi jalan. Revan terjatuh merangsek hingga helm yang ia sematkan di kepala pun terlepas dan itu tidak dapat menghindarkan dari luka yang di dapat di wajahnya. Tidak hanya wajah tapi juga lengannya juga ikut terluka karena pakaiannya yang sobek tergores aspal. Suara teriakan histeris dari beberapa wanita yang ada di tempat kejadian membuat suasana semakin riuh. Revanpun segera di larikan ke rumah sakit terdekat sedang truk yang menabraknya sedang di urus oleh petugas kepolisian.

"telulit...telulit... ", suara handphone pak Andi yang tidak lain adalah ayahnya Revan.

" Iya halo? ini dari mana? apa? innalillahi... baik - baik bu saya akan segera ke sana"

"Ada apa pak? ", tanya sang istri bernama Yani

" Revan kecelakaan buk"

"Innalillahi... ", sejurus kemudian bu Yani langsung menangis.

" Sudah buk ayo kita segera ke rumah sakit! "

Mereka pun bergegas namun sebelum pergi ke rumah sakit ibu Yani mendatangi anak ke duanya yang tak lain adalah adik Revan, Sandi yang berada di kamar. Ibu Yani memberitahu Sandi kalau Revan mengalami kecelakaan dan sekarang di rumah sakit. Sandi kaget mendengar penuturan ibunya. Kemudian mereka berangkat bersama menuju rumah sakit dengan membawa mobil yang di kemudikan oleh Sandi sendiri.

Sesampai di rumah sakit tidak lama dokter keluar dari ruangan ICU dan di belakangnya di ikuti brankar yang di dorong perawat. Revan masih belum sadarkan diri namun sudah di pindah menuju kamar inap karena kondisinya tidak mengkhawatirkan. Orangtua Revan dan adiknya yang tadinya menunggu di depan ruang ICU pun mengikuti perawat yang mendorong brankar. Begitu sampai di ruang inap yang akan di tempati Revan dokter menjelaskan pada keluarga Revan,

"Anda keluarga pak Revan? "

"Iya dok saya ayahnya dan ini ibunya"

"Bapak dan ibu tidak perlu khawatir karna lukanya tidak parah hanya saja mungkin butuh waktu agak lama untuk menyembuhkan luka yang ada di wajah pak Revan. Dan mungkin juga psikisnya saat ini kurang baik karena terguncang . Namun itu tidak perlu di khawatirkan karena seiring waktu pasti akan membaik. Yang penting di beri suport terus"

"Baik dok. Terimakasih dok", dokter menganggukan kepala sembari tersenyum. Setelah itu beliau pun keluar meninggalkan ruangan.

" San, udah telpon Mila? ", tanya Yani.

" Udah buk mungkin sekarang lagi perjalanan ke sini"

Bu Yani mendekati anak pertamanya yang saat ini terbaring di brankar sambil berucap,

"Ya allah nak kok bisa sampai begini padahal sebentar lagi kamu nikah"

"Udahlah buk namanya juga musibah siapa yang tau", pak Andi mengingatkan istrinya kemudian melanjutkan " sekarang yang penting Revan bisa secepatnya pulih, kita juga harus mengurus keperluan untuk pernikahan Revan".

Lima belas menit kemudian terdengar suara pintu di ketuk.

"Tok tok tok... assalamualaikum...? " suara yang familiar sekali. Itu adalah suara Kamila tunangan Revan.

"Waalaikumsalam Mila... ", bu Yani menyambut kedatangan calon menantunya dengan bahagia. Baginya Kamila adalah calon menantu idaman dan pasti sangat cocok dengan Revan. Punya wajah cantik, putih, langsing, baik, dari keluarga berada, dan pendidikan yang setara dengan putranya, Revan. Seperti paket komplit.

"Lihat tuh mas mu Mil...! " seru bu Yani pada Mila setelah berjabat tangan dengan di cium punggung tanganya oleh calon menantu.

"Ya allah mas Revan kok bisa begini", Mila berucap sedih. Ibu Yani hanya menghela napas sedang suami dan anak keduanya sedang duduk di kursi yang tersedia. Dari tempat duduknya Sandi memperhatikan calon kakak iparnya. Entah apa yang di pikirkannya saat ini. Semua hening di ruangan itu hanya sesekali Ibu Yani bicara dengan Mila. Sekitar dua puluh menit, Revan pun sadar. Ia menoleh melihat wanita yang sedang duduk di sampingnya.

"Sayang... ", ucap Revan pada kekasihnya dan mendapat balasan senyum dari Mila.

" Aduh... wajahku yang kiri sakit", Revan meringis menahan rasa sakit.

"Udah jangan banyak bicara dulu", tegur Mila dan di tambahi sang ibu,

" iya kamu jangan banyak bicara itu masih sakit"

"Ciye... yang di sapa duluan mbak Mila", goda Sandi pada sang kakak.

" Iya ibuk aja gak di sapa padahal ibuk juga ada di sampingnya", ibu Yani menimpali.

"Gimana... sakit ? ", tanya pak Andi mendekati sang putra sambil tersenyum. Memang pada dasarnya beliau orang tidak terlalu banyak bicara hingga kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya untuk sang putra.

" Iya sakit pak".

"O iya jadi pernikahan kalian tetap di laksanakan seperti rencana awal atau mau di undur dulu? ", tanya pak Andi pada Revan dan Mila. Revan terlihat biasa saja tapi tidak dengan Mila, ia seperti bingung. Tanpa ada yang menyadari Sandi melirik ke arah Mila namun dengan wajah datar.

"Kalau Revan sih tidak masalah pak dilanjut saja sesuai rencana. Kalau kamu gimana yank? ", tanya Revan pada calon istrinya.

" Emm... kalau aku sih terserah aja"

"Kalau kamu mau di undur dulu juga ga papa lho yank ? hm ?", Revan memberi pilihan pada Mila.

" Nggaklah yang aku ngikut kamu aja"

"Oke kalau gitu"

"Iya lagian persiapannya juga udah sembilan puluh persen, sayang kalau di undur", ibu Yani menimpali dan melanjutkan ucapannya,

" Tapi kamu yakin Van dengan keadaan kamu yang seperti ini. Apa nanti kamu tidak malu di depan para tamu? "

"Tenang saja buk! Revan tidak malu kok asal Mila ada di samping Revan", Revan tersenyum bangga sambil memandang ke arah Mila. Ia sangat mengagumi kekasihnya itu. Baginya Mila adalah wanita yang sempurna yang akan menjadi istri sekaligus partner dalam menjalani hidupnya.

"Ya sudah kalau begitu sudah di tentukan ya jadi tidak usah di rubah - rubah lag! ", pak Andi menekankan pada semua orang yang ada di situ. Tiba - tiba sering ponsel Mila berbunyi.

" Halo...Assalamu'alaikum ma..., iya bentar lagi Mila pulang. Ini lagi di rumah sakit, mas Revan kecelakaan. Maafin Mila lupa kasih tahu mama sama papa soalnya Mila tadi panik banget. Iya... ya udah ya ma. Assalamualaikum".

"Mama kamu Mil? ", bu Yani yang bertanya saat ini.

" Iya bu. Maaf ya ibu dan bapak Mila lupa memberitahu mama sama papa soalnya tadi Mila panik? Mama juga berpesan minta maaf belum bisa menjenguk mas Revan karena saat ini mereka berada di rumah salah satu keluarga kami yang agak jauh"

"Iya tidak apa - apa Mila. Sepertinya kamu di suruh cepat pulang. Kalau begitu kamu pulang saja. Lagian Revan juga sudah ada kami yang menunggu di sini", ucap pak Andi.

" Iya pak. Maaf ya pak, bu... biasalah mama Mila begitu kalau pulang telat dikit pasti langsung di telpon".

"Iya iya maklum. Udah pulang sana! ", ucap bu Yani yang kemudian dapat protes dari Revan,

" yah... ibuk gimana sih kok malah di suruh pulang Mila nya? Revan kan mau lama - lama sama Mila"

"Hus... kamu ini bentar lagi juga bakal tiap hari Mila temani kamu. Sabar dikit napa? "

Hahaha, semua tertawa. Kemudian Mila berpamitan untuk pulang dengan pikiran yang tidak karu - karuan. Dan tentu saja hanya Mila yang tahu.

Terpopuler

Comments

Susi Jatirogo

Susi Jatirogo

makasih buat smua yg udh like... kalian smua bikin aku semangat. semoga kalian suka ceritaku dan maaf kalo masih banyak kekurangan.

2023-07-28

3

Ryoma Echizen

Ryoma Echizen

Suspensnya bikin nagih

2023-07-27

0

XimeMellado

XimeMellado

Makasih thor, udah bikin aku balik love reading! 🥰

2023-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!