Hingga sampai di rumah masih juga pesan yang di kirim Revan untuk sang kekasih belum di baca. Hati dan pikirannya bertanya - tanya namun ia berusaha tetap tenang. Mengingat ia harus memikirkan kondisi tubuhnya juga. Waktu terus berjalan, malam pun tiba Revan yang sedang berbaring di atas kasur sambil menonton TV yang ada di kamarnya mendengar suara getar dari ponsel yang ia letakan di nakas. Ia segera meraih ponselnya, melihat kemudian tersenyum begitu mengetahui siapa yang mengirim pesan. Iya itu adalah pesan dari seseorang yang ia tunggu - tunggu, Kamila.
Love😘 :
"Malam Mas? Bagaimana kabarmu? Semoga baik - baik saja"
Love😘 :
"Maafkan aku mas? 🙏"
Revan :
"Malam sayang. Aku baik, makasih doanya"
Revan :
"Kamu kemana aja sih sayang dari kemarin aku nungguin kamu tapi nggak ada hubungi aku? Kangen tau... "
Tidak ada pesan lagi atau balasan dari Kamila, ck Revan berdecak merasa lelah mungkin..namun berusaha sabar dan mengirim pesan kembali pada kekasihnya,
Revan :
"Kemana lagi? "
Revan :
"Sayang.... "
Tidak ada balasan lagi. Berakhir begitu saja karena sang kekasih sudah tidak online lagi. Huh... Revan menghela nafas kemudian meletakkan ponsel di atas nakas. Ia merebahkan tubuhnya dengan posisi bantal agak tinggi. Ia tidak tahu kenapa dengan kekasihnya semua terasa sulit ia mengerti. ''Apa sudah tidur? Sepertinya tidak mungkin, tidak biasanya wanita itu tidur di jam segini. Dia biasa tidur larut. Dan biasanya akan pamit dulu kalau mau tidur'', hatinya bertanya namun tidak tahu jawabannya. Akhirnya ia memilih mematikan TV dan tidur.
Di saat yang sama, di rumah pak Doni lebih tepatnya di dalam kamar. Pak Doni dan sang istri membicarakan perihal pembatalan pernikahan Kamila dan Revan. Mereka tidak bisa membujuk sang putri. Keras kepala putrinya membuat mereka menyerah, mengalah karena tidak ada jalan lain. Biarpun sang putri sudah di rayu sedemikian rupa agar di undur saja pernikahannya daripada di batalkan. Itu lebih baik pikir mereka. Akan tetapi kenyataan berkata lain sang putri tetap keukeh dengan keputusannya. Mereka harus menanggung malu dan mungkin di benci oleh keluarga pak Andi dan bahkan mungkin para tetangga juga kalau mendengar pernikahan putrinya batal. Siap tidak siap, mau tidak mau mereka harus pasang muka tembok telinga tuli untuk menghadapi hal buruk di depan nanti.
"Ma, besok kita ke rumah pak Andi. Kita harus secepatnya memberitahu mereka", Pak Doni yang menyampaikan rencana besok kepada sang istri. Yang saat ini mereka sedang duduk di atas kasur.
" Iya pa", turut sang istri.
"Mama yang kuat ya? ", pak Doni menggenggam tangan istrinya sambil menatap wajah sang istri yang tampak berkaca - kaca matanya dan menggangguk sebagai jawaban.
" Papa juga"
" Ya sudah ayo kita tidur ! Semoga besok lebih baik", ajak sang suami dan berdoa bahwa besok lebih baik meskipun tahu besok tidaklah baik. Sangat tidak baik. Mereka pun merebahkan tubuh pergi tidur berusaha mengistirahatkan pikiran yang beberapa hari terakhir ini runyam. Sekalipun tidur tidak akan nyenyak karena di bayangi hal buruk. Bagaimana tidak pernikahan yang batal itu ibarat mala petaka bagi sebagian besar masyarakat.
Keesokan harinya sekitar pukul sepuluh Pak Doni dan ibu Farah pergi menuju rumah pak Andi. Begitu sampai di rumah pak Andi mereka di sambut ramah oleh tuan rumah. Sang tuan rumah tidak tahu saja kalau kedatangan mereka akan memberikan kabar buruk. Mereka senang karena mereka berpikir kedatangan orangtua Kamila untuk membahas kelanjutan rencana pernikahan anak mereka dalam kutip hal baik. Senyum merekah terukir di bibir pasangan tuan rumah itu.
"Jadi bagaimana pak Doni rencana pernikahan anak - anak? Baiknya menurut pak Doni bagaimana? ", pak Andi yang tidak sabar.
" Iya begini pak... ehm", pak Doni tampak ragu dan hati - hati. Ibu Farah yang mengetahui itu lantas mengulurkan tangannya menggenggam tangan sang suami. Di depan mereka yang di sekat oleh meja pasangan tuan rumah menjadi bingung, ada apa sebenarnya?
"Sebelumnya kami minta maaf Pak Andi dan ibu Fani? Rencana pernikahan anak kita tidak dapat dilanjutkan"
"Maksudnya? ", ibu Fani mulai panik dan masih bingung.
" Sebagai orangtua Kamila, kami mohon maaf yang sebesar - besarnya karena putri kami belum siap menikah dengan putra pak Andi dan ibu Farah", lanjut pak Doni.
"Apa? ", kedua pasangan tuan rumah nampak kaget.
" Bagaimana mungkin? ", ibu Fani dengan keterkejutan nya berusaha tidak mengeluarkan suara keras. Belum di jawab orangtua Kamila tiba - tiba Sandi datang dari luar. Entah dari mana. Hari ini ia ijin tidak masuk kerja.
" Assalamualaikum? "
"Waalaikumsala", keempat orangtua itu menjawab. Sandi bersalaman dengan orangtua Kamila kemudian berlalu meninggalkan ruang tamu.
" Kenapa? ", kali ini pak Andi yang angkat bicara dengan suara berat seperti menahan sesuatu.
" Seperti yang saya katakan tadi bahwa putri kami belum siap menikah"
"Kenapa baru sekarang? Sedang rencana pernikahan tinggal dua minggu lebih saja", Ibu Yani gantian bertanya.
" Kami juga tidak tahu pak bu, Kamila putri kami memberitahu baru - baru juga", pak Doni menjelaskan sedang sang istri tidak berani berucap sepatah katapun. Seolah ia menyerahkan semua pada sang suami.
"Apa karena keadaan Revan yang seperti saat ini? Dimana hati nurani kalian? Kalian mempermainkan anak saya", pak Andi yang sudah termakan amarah.
" Bu... bukan begitu pak. Ini mungkin hanya karena anak kami yang belum dewasa. Masih ingin bebas", pak Doni gelagapan sedang sang istri menundukkan kepalanya. Takut dan merasa sesak di dadanya.
"Apa tidak bisa di undur saja daripada di batalkan? ", ibu Yani masih berusaha tenang untuk menengahi situasi sekarang. Ia tahu apa yang saat ini pada suaminya.
" Maafkan kami bu? Kami sudah berusaha meminta pada putri kami agar di undur tapi dia tetap ingin di batalkan. Tolong maafkan kami...? Dan untuk segala biaya persiapannya kami siap mengganti semua", pak Doni merasa bersalah.
"Sudah, sudah pergi kalian! Keluar dari rumah saya sekarang juga ! Biaya segala macam tidak usah kalian ganti, cepat keluar! ", pak Andi yang sudah kalap pun mengusir orangtua Kamila. Tanpa di sadari semua orang bahwa ada yang mendengarkan pembicaraan mereka, tidak lain adalah Revan dan juga mbak Surti pembantu di rumah itu. Revan memutar badan guna menuju kamarnya dan mbak Surti melihatnya merasa iba,
"Mas... ", suara mbak Surti pelan. Ia tidak tega dengan anak majikannya itu. Yang di tegur tidak menghiraukan dan terus berjalan pelan menuju kamarnya.
" Pak... pak? " , suara ibu Yani yang mengagetkan mbak Surti lantas berlari menghampiri sang majikan. Dilihatnya pak Andi yang memegang dadanya dengan napas sesak dan sang istri yang berusaha menenangkan.
"Ibuk..., mas Sandi...? ", panggil mbak Surti dengan suara keras dan langsung di dengar Sandi yang saat ini berada di kamar bawah. Sandi bergegas keluar menuju suara yang memanggilnya dan didapatinya situasi yang tidak baik. Bapaknya kambuh. Ia pun segera mengajak orangtuanya keluar menuju mobil yang terparkir di halaman.
"Mbak Surti di rumah aja. Jagain mas Revan! ", perintah Sandi
" Baik mas, hati - hati", Surti menurut.
"Ya allah semoga baik - baik saja dengan bapak... ", doa Surti untuk majikannya. Karena majikannya itu sudah seperti keluarganya sendiri bagi Surti. Ia mengamati mobil yang berjalan keluar dari halaman sampai tidak terlihat barulah ia masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
hoba
Pembaca setiamu melihatmu dan menantikan cerita selanjutnya, thor!
2023-07-31
0
not
Wajib dibaca, infer! 👍
2023-07-31
0
Ms S.
Wah, thor , karakternya bikin aku baper nih 🥺
2023-07-31
0