Sempat Jadi Idola

Sandi tidak menyangka wanita yang begitu dicintai kakaknya tega membatalkan pernikahan yang tinggal beberapa hari. Hatinya ikut sakit ketika mendapati kakaknya yang hancur dalam kediamannya. Ia tahu sekali bahwa kakaknya saat ini jatuh di dasar yang paling bawah.

"Wanita yang begitu cantik, cerdas, body seksi kurang apalagi ? Beruntungnya mas Revan batinku saat pertama kali membawa wanita itu ke sini memperkenalkan pada keluarga ini. Sedikit ada rasa iri mungkin di hati ini kala itu. Aku juga ingin mempunyai wanita yang seperti itu. Apalagi kalau melihat kemesraan antara mas Revan dan mbak Mila. Eh apa masih pantas ku panggil mbak ? Cih rasanya mau muntah sih. Ironisnya dulu aku sempat mengidolakan dia. Bodoh bodoh. Tapi aku masih penasaran apa alasan dia yang sebenarnya membatalkan pernikahannya sendiri ? Apa karena wajah mas Revan yang terluka jadi kelihatan tak menarik ? Iya sih siapapun kalau melihat pasti tidak menarik namanya juga luka. Tapi ini kan berbeda, mereka sudah mau menikah. Ck ck", Sandi berbicara sendiri masih tidak habis pikir dengan kelakuan kekasih dari sang kakak.

Dua hari berlalu dari Revan memberikan permohonan pada Alya namun tampaknya Alya masih bungkam. Alya memang masih bingung haruskah menerima atau tidak. Tapi kalau memikirkan masa depan dirinya dan putrinya tidak menampik ada sisi beruntungnya bagi dirinya. Menjadi janda tidaklah salah namun tidak mudah. Karena pandangan setiap orang berbeda. Ada yang melihatnya iba dengan statusnya namun banyak juga yang melihatnya sebagai wanita berbahaya. Takut kalau para suami jadi kepincut. Terkadang juga ada lelaki nakal yang ingin sekali menggoda. Itu sudah biasa apalagi janda yang masih muda. Namun ketika ia mimikirkan jika seandainya ia bersedia menikah dengan Revan entah mengapa ada rasa tenang yang menelusup di hatinya. Apakah artinya ia harus memilih bersedia menikah dengan Revan ?

Di sisi lain Revan masih menunggu jawaban dari Alya, dan sialnya ia baru ingat kalau ia belum mempunyai nomor telpon Alya. Ah... bodoh pikir Revan. Bisanya melupakan hal penting itu. Ia pun ingat kepada siapa ia harus meminta nomor telpon Alya. Bukankah dulu bapaknya itu lumayan akrab dengan Alya, siapa tahu bapaknya punya nomor telpon Alya. Ia pun bergegas menghampiri pak Andi yang saat ini sedang duduk santai bersama istri sembari menonton TV di ruang keluarga.

"Pak...? ", suara Revan tiba - tiba sedikit mengagetkan kedua orangtuanya sehingga mereka langsung menoleh ke sumber suara bersamaan.

" Ada apa? ", tanyanya pak Andi dengan tenang.

" Bapak ada nomor mbak Alya tidak? "

"Dulu sih bapak pernah simpan tapi masih tidak sekarang? Soalnya lama sudah tidak saling komunikasi. Kamu sebenarnya kenapa sih sama Alya? Dari kapan itu sepertinya sibuk betul? "

"Iya...", timpal sang ibu sebelum Revan menjawab.

" Tidak ada apa - apa", jawab Revan datar.

"Yakin? ", lagi sang ibu merasa belum puas dengan jawaban Revan.

" Kamu tidak sedang ada sesuatu sama Alya kan Van? ", tanya pak Andi yang to the point. Orangnya memang tidak suka berbelit - belit. Revan seperti ragu menjawab pertanyaan sang ayah. Ia tahu kalau sudah begini bapaknya itu pasti mencurigai sesuatu.

" Kamu suka sama Alya? ", belum juga di jawab sang putra pak Andi sudah bertanya lagi.

" Duduk kamu! ", perintahnya kemudian. Sedang sang ibu kaget mendengar ucapan sang suami namun berusaha tenang dan memilih mendengarkan saja. Revan pun kemudian duduk di sebelah sang ibu.

" Sebenarnya ada apa antara kamu sama Alya? Jawab jujur ! ", pak Andi semakin mendesak dengan nada tegas.

" Revan ngajak mbak Alya menikah pak"

"Ha... kamu waras? ", pak Andi heran dengan pernyataan sang putra. Revan hanya menjawab dengan anggukkan.

" Kenapa kamu tiba - tiba ngajak Alya menikah? ", lanjut pak Andi.

" Ibuk masih tidak mengerti apa maksud semua ini? Pernikhanmu sama Kamila baru saja di batalkan dan sekarang kamu bilang ngajak Alya menikah? ", sekarang sang ibu angkat bicara.

" Menurut bapak alasan Revan ngajak mbak Alya menikah karena apa? ", tanya Revan pada sang ayah.

" Tapi kan tidak bisa begitu Van. Kamu alasan apa tiba - tiba ngajak Alya menikah? Lagi pula wanita itu tidak layak mendapat perlakuan seperti ini Van. Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan ini... itu menyakitinya. Dia posisinya menjadi pengganti Kamila. Itu menyakitkan kalau Alya tahu kebenarannya"

"Dia sudah tahu pak"

"Hah...", pak Andi menghela napas bersamaan sang istri yang terkejut,

" Apa? "

"Iya, dia sudah tahu. Revan ngomong apa adanya"

"Berarti yang kamu ngajak dia bicara empat mata kemarin itu? ", ibu Yani memastikan pada putranya. Revan mengangguk.

" Trus apa Alya mau? ", lanjut pak Andi.

" Belum di jawab"

"Apa karena kamu malu pernikahanmu dengan Kamila batal? Yang malu bukan kamu saja Van, kita semua malu tapi kita mau tidak mau harus menghadapinya"

"Iya pak Revan malu tapi dari pada itu Revan ingin menunjukkan pada Kamila bahwa tanpa dirinya Revan tetap bisa"

"Tetap saja seharusnya jangan begini caranya. Harusnya kamu bilang dulu sama bapak dan ibuk. Kalau begini caramu Alya bisa tersinggung. Memang siapa yang mau di jadikan pengganti saja? "

"Sekarang bapak tanya seandainya Alya bersedia menikah denganmu lalu bagaimana kelanjutannya? Kamu menjadikan dia benar - benar sebagai seorang istri atau cuma status saja? "

"Maksud bapak ? ", Revan bertanya pada sang ayah.

" Revan kalau kamu menikah dengan Alya kemudian kamu benar - benar menjadikannya seorang istri bapak setuju bahkan bapak akan bantu kamu. Tapi kalau kamu menikah dengan Alya kamu tidak menjadikannya benar - benar seorang istri maka bapak tidak setuju", tegas pak Andi pada sang putra. Ibu Yani pun mengerti dengan yang dimaksud suaminya.

Revan berpikir beberapa saat kemudian ia menutup mata sambil mengangguk setuju dengan sang ayah.

"Jadi sebaiknya kita harus secepatnya datang ke rumah Alya. Bahasanya kita meminta dia untuk menjadi menantu kita buk"

"Ibuk terserah bapak saja bagaimana baiknya"

"Ya sudah nanti biar bapak telpon Deddy. Alya saat ini tinggal di rumah Deddy selain itu Deddy adalah walinya Alya. Jadi kita harus membicarakan soal ini di depan Deddy sekaligus Alya"

Revan hanya menurut saja saat ini, ia tak menyangka kalau sang ayah ternyata lebih kuat dari dugaannya. Selain itu entah kenapa ia merasa hatinya menjadi lega begini setelah kedua orangtuanya tahu dan mau mendukung.

"Pak, apa bapak tidak masalah dengan keputusan Revan yang akan menikah dengan Alya? ", tanya ibu Yani pada suaminya setelah sudah tidak ada Revan di situ.

" Bapak sebelumnya memang punya standar mengenai menantu kita buk, tapi kita sebagai orangtua juga harus berusaha mengerti apa yang di inginkan Revan saat ini. Revan butuh seseorang untuk melupakan Kamila, perempuan itu benar - benar membuatnya hancur. Tidak peduli siapa wanita itu yang penting bisa membuat Revan kembali bersemangat dalam menjalani hidup tidak terpuruk dalam kesedihan yang panjang. Sekalipun itu adalah Alya. Lagi pula Alya kelihatannya wanita baik - baik. Dan yang pasti Revan sendiri yang memilihnya. Soal sudah punya anak itu tak masalah. Jadi kita harus berusaha menerima"

"Iya iya, bapak benar"

"Buk tolong HP bapak ambilkan! "

"Buat apa? "

"Ya menghubungi Deddy lah. Lebih cepat lebih baik", ibu Yani lantas pergi mengambil ponsel suaminya di kamar yang tak jauh dari ruang keluarga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!