Selamatkan aku, Lagi

Ibarat lupa akan identitas, Daren bahkan mengakui bahwa dirinya lebih senang menghabiskan waktu diluar rumah. Pria yang memiliki karir yang bagus, kesibukan kantor adalah makanan sehari-hari, namun rumah tidak pernah menjadi tempat favoritnya untuk beristirahat atau bahkan mencari ketenangan barang sedetik pun.

Dengan status sebagai suami, katakanlah ia belum bisa menjadi sosok yang sempurna, ia tidak mengelak karena memang benar adanya. Kembali kerumah hanya membuatnya muak dan ingin cepat-cepat pergi.

Jikalau pun ia pulang, alasan satu-satunya adalah anak semata wayangnya Daffa Lewis. Alasan ia menyempatkan dirinya untuk selalu pulang sesibuk apapun itu, setidaknya menghabiskan waktu sejam dua jam atau menemani anaknya tidur hingga pagi mendatang.

Tidak banyak yang tahu kehidupan pribadi sosok yang kerap di sapa Daren itu, walau prestasinya sangat di akui di masyarakat, namun ia sangat tertutup, setidaknya untuk urusan keluarga yang memang tidak ingin ia beberkan.

"Sejak kapan kau bekerja di clubku?" tanya Daren setelah membiarkan keheningan menghalangi keduanya.

Ara tekejut saat mengetahui fakta bahwa pria dihadapannya saat ini adalah pemilik club tempatnya bekerja, pantas saja banyak hal aneh yang ia rasakan semenjak kedatangan sosok Daren di hadapannya.

"Hampir dua bulan, kurasa" jawab Ara dengan nada rendah, ia belum terbiasa berbincang dengan Daren, terlebih saat ia tahu Daren adalah bos besarnya.

"Kau tahu? aku tidak menyangka gadis sepertimu bisa bekerja di tempatku, sedikit mengejutkan"

Ara tahu betul apa yang dimaksud dengan Daren, mungkin jika semua orang yang ada dalam pesta itu mengetahui pekerjaannya, mereka juga akan berfikir hal yang sama.

"Aku juga tidak pernah terfikirkan untuk memilih jalan ini, Tuan" jawabnya menunduk, memikirkan kembali perihal pekerjaannya yang sangat memalukan.

Mungkin, sebagian wanita di luar sana berfikir pekerjaan Ara itu mudah, tidak perlu menjual tubuhnya saja ia sudah bisa mendapatkan uang yang cukup banyak, namun masalahnya adalah dia Arabella, si gadis yang sangat memikirkan harga dirinya.

Kalimat terakhir yang diucapkan Ara membuat Daren kehabisan kata-kata, ia menenggak minuman dengan kadar alkohol didalamnya, pikirannya sedikit terganggu saat menatap gadis dihadapannya yang sangat mempesona.

Gaun merah tanpa lengan dengan sedikit belahan di bagian dada, memperlihatkan betapa indah dan halusnya setiap inci kulit yang ada pada tubuh gadis itu, kalung emas berinisial yang menggantung indah pada lehernya, rambut hitam yang menjuntai sampai pinggang, lipstik merah merona yang senada dengan gaun yang ia kenakan.

Daren tidak tahu kata apa yang bisa menggambarkan sosok Ara saat ini, cantik, seksi, manis dan lucu menjadi satu, pun terlihat begitu anggun dan dewasa, namun tingkahnya tetap seperti anak-anak, lugu dan pendiam.

Ara dengan ragu-ragu mengangkat tangan kanannya yang sedari tadi ia sembunyikan dipangkuannya, ia hendak meraih gelas yang berisikan cairan putih bening dihadapannya, namun sontak ia terkesiap saat Daren menahan tangannya dengan lembut.

"Itu white wine" ucap Daren memperingati, Ara hanya terdiam, ia berfikir bahwa yang ia ambil dari waiters yang datang dengan nampan minumannya adalah soda.

"Sudah dua bulan kau bekerja ditempatku, kau harus bisa membedakan mana alkohol mana bukan"

"Maaf Tuan, aku tidak mengerti soal itu"

Sejujurnya yang Ara pikirkan dalam pekerjaannya hanyalah melindungi dirinya sendiri selama bekerja, dan berharap waktu cepat berlalu serta uang terus mengalir di rekeningnya. Memikirkan jenis-jenis minuman ditempat itu tak pernah ia lakukan, yang ia tahu hanyalah semua minuman di club itu beralkohol.

"Aku akan menemui Evans sebantar, kau tetaplah disini, aku akan minta Sandra menemanimu disini" mendengar itu Ara merasa lega, lepas dari ketegangan yang sejak tadi ia rasakan.

Beberapa menit berlalu Sandra tak kunjung datang menemuinya "Awas ya kau Sandra, kalau datang akan ku pukul kau" gumam Ara yang kesal dengan temannya, padahal wanita itu sudah berjanji akan langsung menemui Ara ketika sudah tiba disini.

...-----------...

Terlihat beberapa pria yang tengah mengobrol santai dalam sebuah ruangan tertutup, ruangan yang sangat luas dengan dinding berwarna maroon, serta beberapa lemari besar yang berada didalamnya.

DORR!!

"Apa-apaan ini Evans!" suara tembakan itu terdengar dari luar, membuat Daren seketika membuncah amarahnya.

"Aku tidak tahu ini akan terjadi, aku akan mengeceknya keluar" ucap Evans bergegas bangkit dari duduknya, diikuti dengan Ronald dan Tony.

Ketiga pria itu memang terlihat tenang, namun Daren sangat amat tidak senang dengan situasi ini, ia pikir Evans sudah memastikan keamanan acaranya dengan baik, namun lengah sedikit saja entah lawan mana yang akan menyerangnya.

Evans adalah sosok yang agresif dalam dunia bisnis, banyak lawan bisnisnya yang membencinya karena berbagai alasan, seperti halnya kehilaangan tender atau pun kehilangan saham karena ulah seorang Evans.

Dan kejadian saat ini bisa dipastikan adalah ulah salah satu lawan Evans yang membencinya, entah siapa pun itu Daren sudah sangat geram dibuatnya, ia berfikir malam ini akan menikmati ketenangan pesta dengan alunan musik klasik, serta beberapa botol minuman, dan jangan lupakan kehadiran gadis cantik yang tengah menunggunya diluar.

"Ah sial!" Daren berlari ke arah laci meja yang berada tepat disamping pintu, ia meraih sebuah pistol hitam sebelum keluar mencari gadis itu.

"Aku sudah menghubungi polisi, Anak buahku juga sudah bertindak, aku akan menyelesaikannya dengan cepat" ucap Evans yang bertemu dengan Daren yang terlihat seperti mencari seseorang.

"Lakukan setelah aku pergi dari sini, ingat itu!" ucap Daren kembali berlari menerobos kerumunan yang sedang gaduh mencari jalan keluar, suara tembakan itu jelas terdengar diseluruh penjuru ruangan, Daren berharap polisi akan tiba dengan cepat, menghentikan semua kekacauan yang terjadi sebelum kesabarannya habis.

"Dimana kau Ara!" gumamnya sendiri, namun baru saja ia mengucapkan kalimat itu, matanya menangkap sosok gadis yang tengah berdesak-desakan dengan kedua tangan yang menutupi telinga, kepalanya menunduk dan jalannya tak tentu arah.

Bergegas Daren berlari menghampirinya, ia menghela nafas saat melihat Ara yang menutup matanya, lalu menarik kedua lengan telanjang sang gadis, diiringi dengan teriakan yang langsung menyerang pendengarannya. Ara nampak sangat terkejut, situasi saat ini membuatnya semakin takut bahkan tidak sadar jika yang menariknya adalah Daren, seseorang yang ia kenal.

Kedua matanya membulat saat mengetahui itu adalah Daren, ia menghamburkan tubuhnya dalam pelukan pria itu, memeluknya sangat erat seolah tidak membiarkan Daren pergi meninggalkannya.

"Antar aku pulang, to-tolong...antar pu-pulang" ucap Ara ditengah isak tangisnya, Daren tak mengucap sepatah kata pun, ia menuntun Ara menuju pintu belakang yang sempat Evans beritahu padanya.

Daren berusaha sabar melintasi kerumanan orang-orang yang menghalangi jalannya, Ara mengikuti langkahnya, wajahnya ia sembunyikan pada lengan kekar milik sang pria, tangannya memeluk erat lengan Daren.

"Jangan menangis lagi dan masuklah" Daren menyentuh pundak sang gadis dengan pelan, seraya membukakan pintu mobil mewah miliknya.

Ara duduk di kursi penumpang, wajahnya memerah, kedua matanya berair, kepalanya tertunduk seolah enggan menatap Daren. Ia memejamkan matanya saat kembali mendengar suara tembakan dan sirine mobil polisi secara bersamaan, bising itu mengganggunya, Ara tidak suka.

Daren bergegas menyalakan mesin mobilnya lalu melesatkan mobilnya menjauhi gedung tersebut. Ada keheningan beberapa saat sebelum akhirnya Daren membuka suara.

"Kau baik-baik saja?"

Gadis itu hanya terdiam, tubuhnya masih bergetar hebat.

"Aku bertanya padamu, Arabella"

"A-aku baik" bohong, Ara berbohong.

"Lain kali jika dalam keadaan seperti tadi lagi, jangan menutup matamu dan menunduk terus, kalau tidak ada aku kau tidak akan bisa menyelamatkan dirimu sendiri"

"Aku..takut, itu megejutkanku..aku tidak tahu harus berbuat apa, dan terimakasih lagi Tuan, aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa"

Daren memang fokus pada jalanan dihadapannya, namun telinganya tentu saja senantiasa mendengar penuturan dari bibir Ara.

"Kau hanya perlu menjaga dirimu untukku"

Gadis itu tidak merespon apapun, tatapannya hanya menatap jalanan yang sudah mendekati kawasan apartemennya.

Entah perasaan tenang dari mana yang datang padanya, berada satu mobil dengan pria yang mulanya ingin ia hindari, entah hanya perasaannya saja atau memang benar adanya, setiap kali ia ingin menghindari Daren, saat itu pula berbagai hal datang, yang pada akhirnya membawanya kembali mendekat pada Daren.

Daren menggerakkan stirnya memasuki gerbang kawasan apartemen, Ara yang menyadari itu bergegas merapikan dirinya ketika mobil itu memasuki area basment.

"Tuan Daren, sekali lagi terimakasih banyak, hati-hati dijalan"

Baru saja Ara hendak turun tiba-tiba tangannya tertahan, yang membuatnya kembali terduduk, menatap Daren dan menunggu apa yang akan Daren katakan.

Ara membeku saat tangan kanannya diangkat, kepala pria itu semakin turun mendekati punggung tangannya hingga sebuah kecupan mendarat disana selama beberapa detik.

Degg..

Jantungnya berpacu dengan cepat saat mendapati perlakuan Daren yang tiba-tiba,

"Beristirahatlah, aku akan menemuimu lagi besok"

Usapan lembut pada punggung tangannya menjadi sentuhan terakhir yang ia rasakan malam itu, sebelum ia menutup malamnya untuk menyambut hari esok.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!