Flashback on
Pria bersetelan jas hitam itu memasuki salah satu club terkenal di negaranya, menatap sekeliling dan sesekali menyeringai melihat beberapa perubahan di tempat hiburan tersebut, ia berjalan dengan angkuh, kepalanya terangkat serta menatap lurus kedepan dengan tatapan tajam.
Seketika atensinya tertuju pada dinding dihadapannya, langkahnya terhenti menatap deretan layar persegi panjang yang menghiasi dinding itu.
"Daren, kau datang?" Ronald menghampiri sosok yang tengah berdiri menatap dinding, menyapanya dengan hormat.
"Aku merindukan tempat ini" sahut Daren menyeringai, kedua maniknya menyusuri satu persatu layar yang tertempel disana dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.
"Sudah enam bulan sejak kau terakhir datang ke tempat ini, bagaimana rasanya tinggal di paris?" ucap Ronald mencari obrolan
Daren tidak menjawab, namun Ronald tidak mempersalahkannya, karena ia cukup terbiasa dengan sikap Daren yang seperti itu.
"Dia pekerja baru?" tangan kanan Daren terangkat menunjuk sebuah layar yang menampilkan foto-foto para wanita secara bergantian berulang kali. gambaran sosok wanita cantik dan seksi menarik perhatiannya.
"Dia baru bergabung satu bulan yang lalu dibagian Berxia" jawab Ronald yang tidak mendapat respon apapun dari Daren "Dia salah satu yang terfavorit disini walaupun masih baru, aku akan membuatnya bergabung di Arcadia" lanjutnya
Mendengar ucapan Ronald yang akan membuatnya bergabung di level itu membuat Daren mengernyitkan dahinya. Daren terdiam seolah tengah memikirkan sesuatu.
"Aku ingin pesan dia, sekarang!"
Flashback off
...----------------...
Tangan Ara begitu telaten menuangkan cairan berkadar alkohol yang cukup tinggi ke dalam gelas pelanggannya itu. Sudah dapat dihitung, ini adalah gelas ke sepuluh yang sudah pria itu teguk.
Sedari tadi tidak banyak percakapan yang terjadi, sejak awal pertemuannya dengan pria yang ia ketahui bernama Daren tersebut, ia hanya berbicara saat mempersilahkannya duduk dan meminta untuk dituangkan minuman.
Namun tidak berlangsung lama karena saat ini, saat ia menuangkan gelas ke sebelas pada pria itu, ia melontarkan sebuah pertanyaan "Dimana kau tinggal?"
Ara membeku seketika saat menatap jelas wajah pria asing di hadapannya kini, wajah yang begitu tampan dengan rahang tegasnya, hidungnya yang mancung bak prosotan anak-anak, juga mata indahnya yang seolah berkelap kelip. Bibir gadis itu terbungkam sejenak menikmati manusia bak patuh pahatan yang tengah menatap wajahnya dengan lekat.
"Maaf Tuan, aku tidak bisa memberitahunya" jawab gadis itu saat tersadar dari lamunannya
Suara kekehan dari pria disebelahnya membuat bulu-bulu halus disekujur tubuhnya meremang, seolah meronta memberi tahu bahwa tubuhnya baru saja diserang oleh suara berat yang terdengar seksi ditelinganya.
"Kau tidak mau memberitahu ku?" tentu saja Ara tidak akan memberitahunya, itu adalah privasinya.
"Maaf Tuan, itu adalah privasi para pekerja disini" jawabnya sesopan mungkin, gadis itu yakin selama ia bersikap ramah, maka para pelanggan juga akan menjaga batasannya.
Pria bernama lengkap Daren Lewis itu tak merespon apapun, ia melanjutkan tegukkannya kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa.
Ara kini mulai semakin tidak nyaman, menunggu kapan kiranya waktu berakhir, normalnya hanya berjalan selama satu jam sampai dua jam, dan yang ia tahu Tuan Daren hanya memesannya selama satu jam.
Saat ini ia hanya perlu menunggu para penjaga menjemputnya. Seperti biasa, mereka akan menjemputnya setelah batas waktu sudah berakhir dan selanjutnya bersiap untuk menerima pelanggan lain. Namun yang membuat Ara semakin resah, waktu sudah melebihi batas yang ditentukan tapi belum ada tanda-tanda bahwa ia akan dijemput.
Gadis itu mencoba tetap tenang meskipun hatinya sangat gelisah, ia harus percayakan semuanya pada Nyonya Helen, semuanya pasti akan berakhir secepatnya.
"Berikan aku satu gelas lagi" suara berat pria itu mengusik lamunan Ara
Dengan cepat ia kembali menuangkan minuman itu pada gelas, lalu memberikannya pada Daren, yang merupakan pelanggan pertamanya malam ini.
"Berapa usiamu hm? jangan katakan itu juga privasi, aku hanya ingin tahu" akhir kalimatnya seolah menuntut jawaban Ara.
Gadis itu mengernyitkan kening dengan tatapan ke arah botol-botol minuman yang berada di meja, enggan menatap pria yang tengah menunggu jawaban darinya.
"Tapi itu memang privasi Tuan" jawabnya dengan suara rendah
Pria itu seketika berdiri, merapikan jas hitamnya dan sedikit merapikan rambutnya, kejadian yang begitu cepat hingga Ara mencoba memproses apa yang sedang terjadi, lalu dengan spontan ia berdiri, berhadapan dengan Daren. Gadis itu tahu bahwa pelanggannya akan pergi setelah ini.
"Terimakasih atas kunjungan anda, Tuan" ucapnya membungkuk sopan.
Pria berperawakan tinggi dan berbahu besar itu tak menghiraukan ucapan Ara, ia memutar tubuhnya ke kanan dan bergegas menjauhi sofa.
Ara tidak begitu memperdulikan, karena ini bukan kali pertama para pelanggan yang memesannya merasa kesal padanya karena beberapa hal.
Daren membuka pintu yang berada diujung sana, membiarkan cahaya luar masuk ke dalam ruangan yang redup, namun langkahnya terhenti, ia menoleh ke arah gadis itu di belakang sana dengan wajah cantiknya yang terlihat tidak begitu peduli.
"Aku tidak puas dengan pelayananmu" ucap Daren tanpa menyiratkan ekspresi apapun diwajahnya.
Daren tidak menunggu reaksi Ara, ia bergegas melangkahkan kakinya keluar dan menutup pintu dengan kasar.
"Dasar pria brengsek! sudah tua masih saja main wanita! cih!"
Ara menghentakkan kakinya kasar, berjalan menuju pintu yang sama, lalu melangkah keluar untuk bersiap-siap kembali keruangan dan menunggu pelanggan lain untuk memesannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Molly
nanya umur doang padahal
2023-08-22
0
Molly
uhuuyyy
2023-08-22
0