Aku terlonjak kaget, mataku terbuka lebar dan deru nafasku tak beraturan, aku menatap pintu apartemenku yang masih tertutup rapat diiringi bunyi bel diluar sana.
"Ah sial! aku bermimpi kotor!"
Bergegas aku berlari menuju pintu dan membukanya tanpa berpikir panjang. Dikejutkan dengan kehadiran Tuan Daren yang baru saja hadir dalam mimpiku yang menyebalkan dan menjijikan. Aku terdiam tak bersuara, sampai akhirnya,
"Anakku bersamamu kan?"
Aku mengangguk pelan, masih terlalu takut mimpiku akan menjadi kenyataan nantinya, jangan sampai, jangan!
"D..dari mana kau tahu nomer apartemenku?" tanyaku memberanikan diri sebelum mengizinkannya masuk
"Aku menghubungimu saat sudah dibawah, tapi kau tidak menjawab, jadi aku memintanya pada Ronald, sekarang apa bisa ku bawa anakku pulang?" ucapnya dan aku hanya mengangguk
Daffa tertidur pulas disofa tepat disebelahku, aku bahkan tidak sadar karena terlalu mengantuk lalu tertidur begitu saja, melupakan Tuan Daren yang akan datang menjemput anaknya.
"Terimakasih sudah menjaganya, Ara"
Aku mengangguk seraya manikku menatap pria yang tengah menggendong anaknya yang masih terlelap, mengistirahatkan kepala Daffa pada bahu lebarnya, sesekali mengusap lembut puncak kepala sang anak, yang membuatku sedikit luluh akan pemandangan itu.
"Tuan tidak seharusnya meninggalkan Daffa direstoran sendirian, itu berbahaya" ucapku mengutarakan keresahan
Pria itu menatapku sejenak sebelum akhirnya menyeringai, tangannya terangkat menyentuh pipiku, sontak aku memundurkan diri sedikit menjauh darinya.
Sentuhannya terasa jelas dipipiku, sama seperti saat ia menyewaku sebelumnya, aku akan luluh lagi jika meneruskannya. Aku pun tersadar ini diluar jam kerjaku, ia tidak bisa menyentuhku sesuka hatinya kecuali saat memesanku.
Ah sial! aku bahkan terdengar seperti wanita bayaran yang siap menerima tangan pria mana pun untuk menjamah tubuhku. Maksudku, tidak semua pria. Dari semua pelangganku hanya dia, hanya Daren yang bisa melakukannya berkali-kali, melebihi batas yany sudah ku tentukan sendiri.
"Aku menitipkannya di restoran milik temanku, dia dijaga disana, tapi anakku sangat pintar jadi dia kabur, dan seperti itulah"
Oh, ayolah tetap saja itu tidak baik, kalau mau menitipkan anak, titiplah pada orang yang tepat, mana ada anak kecil yang senang dengan tempat seperti itu selain untuk makan?
"Tapi, ternyata kau hebat juga, tahu bahwa Daffa ini adalah anakku" timpalnya yang membuatku seketika menelan salivaku, aku terdiam sejenak memikirkan jawaban yang pas.
"i-itu karena aku pernah melihat kalian di supermarket, dan Daffa memanggilmu papa, jadi ku pikir dia memang anakmu" jawabku jujur pada akhirnya
Ia mengangguk paham, lalu tersenyum kecil seraya mengusap kembali rambut putranya.
Aku menatap punggung kecil Daffa yang berbalut jaket tebalnya, anak yang manis seperti buntalan kapas yang sangat menggemaskan.
"Daffa anak pertamaku, ku rasa dia menyukaimu" ucapnya diiringi tangannya yang menarik tubuhku hingga menghantam dada bidangnya, tangannya mengusap lembut rambutku selagi aku masih diam mematung karena sikapnya.
"Terimakasih Ara" ucapnya sebelum meninggalkan apartemenku.
Malam ini berakhir dengan tenang setelah Daren pergi dari apartemenku membawa serta anaknya, sangat berbanding terbalik dengan mimpi burukku. Bermimpi hal erotis dengan suami orang, sungguh memalukan!
Rasa sadar akan selalu menghantuiku, tentang siapa itu Daren, pria yang memiliki harta dan kuasa, pria yang memiliki istri dan anak laki-laki, pria yang sudah berkeluarga.
Aku hanyalah satu dari beberapa wanita yang ia gunakan untuk mengusir rasa jenuhnya. Ya, aku yakin akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
merpati putih
visual nya thor
2024-09-12
0