Semua karena uang

"Kau tidak serius dengan ucapanmu kan, Ra?"

"Aku serius, Sandra!"

"Tapi Tuan Daren kan tampan, seksi dan mempesona, Haisshh..! Bagaimana bisa kau menolak pertanyaannya yang hanya ingin tahu usiamu?" Sandra memukul pundak Ara

Ara tahu Daren memang tampan dan mempesona, namun tujuan ia bekerja disini bukan untuk menggoda, melainkan secapatnya mengumpulkan uang agar bisa melunasi hutang-hutang yang ada.

"Dia pria tua, aku masih waras San" Ara memainkan jemari lentiknya, seolah mencari alasan yang terdengar cocok. Ia malas jika harus diceramahi lagi oleh sahabatnya.

"Tua apanya hah? kau baru berusia dua puluh dua tahun, dan dia hanya lebih tua lima tahun darimu, bodoh! bahkan dia masih lajang, kau masih punya kesempatan untuk mendapatkannya jika dia tertarik padamu" Ara membulatkan kedua matanya mendengar kalimat Sandra yang melewati batas.

"Kau pikir aku wanita penggoda huh!?"

"Bukan begitu Ra, kau kan butuh uang banyak, jika kau mendapatkan si tampan kaya raya itu, bukankah kau bisa ikut menjadi kaya? kau bisa berhenti dari pekerjaan ini" Ara rasanya ingin muntah mendengar kalimat-kalimat Sandra.

Gadis itu memilih beranjak dari duduknya lalu pergi ke toilet untuk menenangkan diri dari semua pikiran-pikirannya tentang Tuan Daren si tampan kaya raya.

Ara terbangun dari tidurnya saat mendengar seseorang menekan bel pintu apartemen, ia tahu betul siapa orang yang berkunjung pagi-pagi seperti ini. Ia bangkit dari ranjangnya lalu bergegas membuka pintu itu perlahan.

"Selamat pagi, Nyonya" Ara mencoba memberikan senyum hangatnya pagi ini, berharap cuaca yang cerah di luar sana juga mendukung.

"Tidak usah tersenyum seperti badut gila, aku ingin uangku!" Gadis itu menelan kasar salivanya, menunduk dan menarik nafas pelan.

Pagi yang buruk..

"Perjanjiannya setiap dua minggu aku akan membayarnya Nyonya, sedangkan ini baru satu minggu dari terakhir kali aku membayar"

Begitulah alasan Arabella sangat membutuhkan uang dalam jumlah yang banyak, bahkan setiap ia mendapatkan gaji, setengah uang tersebut harus digunakan untuk membayar hutang, dan sisanya ia gunakan untuk membayar sewa apartemen, belum lagi kebutuhannya sehari-hari.

Kedua orangtuanya meninggal tiga bulan yang lalu, meninggalkan begitu banyak tumpukan hutang sebelum mereka melunasi, tidak ada harta benda sedikit pun yang tersisa untuk Ara.

Gadis itu terkadang mengeluh, kesal dengan jalan takdir hidupnya. Mengapa harus ia yang menanggung semua perbuatan orangtuanya? harusnya saat ini ia tengah menikmati masa-masa muda yang menyenangkan, bekerja ditempat yang diinginkan, tinggal di apartemen mewah dari hasil kerjanya, pergi ke hawai seorang diri, semua itu adalah impiannya.

Namun itu hanya sekedar mimpi, Ara memang mendapatkan uang banyak dari hasil pekerjaannya saat ini, tapi sialnya, hutang-hutang yang harus ia tanggung pun begitu banyak, ia harus merelakan uang dari hasil kerja kerasnya selama ini habis sedikit demi sedikit hanya untuk melunasi hutang.

"Hei! aku bisa saja melaporkan mu ke polisi karena hutang-hutang ini, bersyukurlah aku masih memberimu senggang waktu!" Ara memucat, wajahnya memelas memohon keringanan.

Berdiri di hadapan wanita bertubuh gempal dengan gaya begitu angkuh, membuat Ara tidak berani untuk melawan.

"Saya mohon Nyonya, minggu depan saya akan bayar dua kali lipat" ucapnya asal, bahkan ia sendiri tidak tahu bagaimana nanti bisa mendapatkan uang dua kali lipat dari biasanya. Namun itu bisa dipikirkan nantinya, yang terpenting saat ini, ia harus membuat wanita dihadapannya ini pergi terlebih dahulu.

"Baiklah, aku pegang janjimu! tapi jika kau berbohong, jangan harap kau bisa bernafas lega!" ancamnya, Ara menelan kasar salivanya lalu mengangguk dengan cepat.

Ara bergegas kembali ke kamarnya, tujuannya saat ini adalah mengambil ponsel lalu menghubungi seseorang. Harapan satu-satunya adalah Nyonya Helen.

"Ada apa, pagi-pagi begini sudah menghubungiku?"

Ara menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengatakan tujuannya pada Nyonya Helen.

"Nyonya, bolehkah minggu depan aku meminjam uang?" Sejujurnya ia sangat malu meminta hal itu. Bukan karena hal lain, namun masalahnya gaji dua minggunya sudah cukup banyak dan sekarang malah meminjam uang.

"Untuk apa? apa gajimu kurang?"

"Bu..bukan begitu Nyonya, hanya saja aku ada kepentingan mendadak, aku butuh uang lebih" ucapnya mencoba menutupi. Ia tidak ingin ada orang lain yang tahu, siapa pun itu.

"Entahlah, aku tidak bisa membantu, kau hubungi Tuan Ronald saja"

Panggilan itu diputus begitu saja oleh Nyonya Helen, namun itu bukan hal yang mengejutkan, Ara sudah cukup terbiasa dengan sikap acuh dan galaknya seorang Nyonya Helen.

Gadis itu mendengus pelan, apakah harus meminjamnya pada Tuan Ronald? Bahkan pria itu tidak jauh berbeda dengan Nyonya Helen, acuh dan galak.

"Masih terlalu pagi untukmu mengangguku, Arabella!"

Nafas Ara tercekat, pria ini bahkan lebih galak dari Nyonya Helen.

"Maaf Tuan, bisakah kau menolongku? aku ingin pinjam uang untuk minggu depan, apakah bisa?"

"Dengar Ara, perbaiki dulu cara kerjamu baru kau bisa meminta itu padaku!"

Lagi-lagi sambungan itu terputus, rasanya saat ini Ara ingin lari dari kenyataan, sungguh sulit sekali jalan hidupnya.

Haruskah ia mencari pekerjaan tambahan? tidak bisa! setiap malam ia sudah lelah bekerja, bukankah akan sangat tidak masuk akal jika bekerja juga di pagi hari? lalu bekerja lagi dimalam hari? tidak mungkin! itu akan membuatnya jatuh sakit karena kelelahan, dan akan membutuhkan biaya lagi untuk berobat.

Ah! hidup sialan!!!

"Apa mereka marah karena aku tidak melayani Tuan Daren dengaan baik?"

Ara merebahkan tubuhnya diatas ranjang menatap dinding dengan tatapan kosong "Aku harus bagaimana?"

Terpopuler

Comments

Molly

Molly

Sabar ya Ara

2023-08-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!