Daren memarkirkan mobil mewahnya, menutup kasar pintu mobil Buggati miliknya yang baru saja ia beli minggu lalu, dengan menggendong sang anak ia berjalan dengan langkah lebar mendekati bangunan rumah yang didominasi warna putih.
Ia mendorong pintu hingga terbuka menggunakan kakinya, lalu menutupnya kembali setelah ia masuk ke dalam.
"Kau baru pulang?" sambut seorang wanita dengan gaun tidurnya, menuruni tangga dengan wajah khawatir, memperhatikan pria yang baru saja datang dengan menggendong anak laki-laki.
Daren tidak menjawabnya, ia memilih berjalan melewati wanita itu lalu menaiki tangga satu persatu.
"Daren, aku sudah menyiapkan air hangat untukmu mandi, biar aku yang bawa Daffa ke kamarnya" wanita itu berjalan mendekat, tangannya hendak menyentuh punggung Daffa, namun dengan cepat ditepis oleh Daren.
"Dia akan tidur denganku malam ini, kau bisa kembali ke kamarmu" ucap Daren lalu kembali melanjutkan langkah kakinya, mengabaikan wanita yang terus saja mengikutinya.
"Aku akan tidur dengan kalian juga" ucapnya yang membuat Daren sontak menghentikan langkahnya, menatap wanita itu dengan geram.
"Jaga batasanmu Ivona!"
Wanita itu menghela nafasnya, lagi-lagi usahanya sia-sia. Tidak pernah ada hari yang indah ditengah-tengah keluarga kecilnya saat ini.
"Daren, aku ini istrimu, tidak bisakah kita bersikap layaknya suami istri?" pekik Ivona yang masih mengekori Daren sampai didepan kamar milik sang suami.
Sejujurnya Ivona lelah dengan semua ini, bahkan kamar pun mereka terpisah, namun disisi lain ia tidak ingin kehilangan Daren, pria yang sangat ia cintai, pria yang tiga tahun ini telah menjadi suaminya, walau terasa seolah bukan siapa-siapa.
"Aku tidak butuh istri! pergilah! sebelum aku melukaimu" ucapnya penuh penekanan setelah meletakkan tubuh Daffa di ranjang miliknya.
Daren melepas jas yang ia kenakan lalu melemparnya ke sembarang arah, melesat dan mengenai Ivona yang sigap menangkap jas tersebut.
"Kau memang selalu melukaiku, Daren" lirihnya seraya meremas jas milik sang suami
Ivona melemparkan jas tersebut ke bawah kaki Daren, hingga pria itu menatapnya nanar.
"Keluar dari sini Ivona, sebelum kau membuat Daffa terbangun!"
"Wanita mana yang habis kau temui Daren?!"
Daren mengernyitkan keningnya, lalu menunduk menatap jas miliknya yang terdapat jejak lipstik Ara disana.
Pria itu menyeringai "Ku rasa ini bukan yang pertama kalinya"
Ivona menggeleng, air matanya menetes begitu deras, hatinya begitu sakit dengan perlakuan sang suami padanya.
"Aku tahu ini bukan yang pertama kalinya, tapi bisakah kau hentikan ini Daren? Aku ini istrimu!" tangisnya pecah dan membuat Daren semakin geram dibuatnya.
Daren mendekati Ivona dan menariknya keluar "Pergi dari kamarku!" ucapnya lalu menutup kasar pintu kamarnya.
Ia tahu ini terlalu kasar, tapi tidak ada cara lain untuk membuat wanita itu pergi dari hadapannya. Ia bahkan menyadari jika sikapnya selama ini menyakiti Ivona, namun apa boleh buat? ia tidak pernah mencintai wanita itu.
...----------------...
Suasana pesta ulang tahun Evans Andreas menjadi sorotan publik malam ini, salah satu pengusaha besar di negeranya yang namanya sudah banyak dikenal, yang juga adalah kekasih Sandra.
Katakanlah wanita itu sangat beruntung mendapatkan kekasih seperti Evans, pria yang tampan dan juga mapan. Walau tidak heran, karena Sandra pun wanita yang cantik dan seksi, pria mana yang bisa menolaknya?
"Tamu spesialku sudah datang" bisik Evan pada kekekasihnya
Sandra mengalihkan pandangannya pada pintu masuk yang sudah menampakkan tiga sosok pria yang sangat tampan dan berkelas. Wanita itu benar-benar di buat terpesona dengan teman-teman Evans. Namun, Sandra sepertinya mengenali mereka semua.
Ya, mereka adalah, Ronald, Daren dan Tony.
"Selamat Van, kau bertambah tua dengan cepat" goda Tony yang tengah menjabat tangan Evans, diikuti dengan Ronald dan Daren. Sandra mengenal Tony karena tunangannya adalah mantan bosnya di club tempat ia bekerja saat itu.
"Ya..ya..terimakasih atas hinaan kalian. Dimana para wanitamu? kenapa tidak ada yang ikut datang?" tanya Evans.
Sandra yang bertemu pandang dengan Ronald hanya tersenyum kaku pada mantan bosnya itu, bagaimana pun juga pekerjaan itu lah yang mempertemukannya dengan Evans.
"Hellen lelah, tidak bisa ikut" ucap Tony
"Istriku hamil, kau tahu itu. Dia tidak bisa kelelahan" ucap Ronald, Sandra mengenal istrinya itu karena pernah sekali bertemu, mungkin sekitar lima bulan yang lalu.
Sandra sempat terheran, kenapa ada wanita cantik yang mau dengan Ronald, manusia sedingin es itu.
"Oh, iya kau benar. Lalu bagaimana denganmu Daren? Kau tidak membawa istri tercintamu itu?" sindir Evans yang membuat gelak tawa dari yang lainnya.
Sandra mengumpat dalam hati, ternyata ucapan Ara itu benar, Daren memang sudah beristri dan memiliki seorang anak.
"San, itu temanmu ya?" Evans mengusap pundak sang kekasih saat melihat sosok yang asing dimatanya.
Sandra menoleh ke arah Ara dari kejauhan dengan tatapan iba, gadis itu cantik, anggun dan seksi diwaktu yang salah. Bukan, bukan Sandra takut kekasihnya berpaling, tapi ia menyesal telah memaksa Ara untuk datang.
Ia bersumpah tidak akan mengundang Ara jika saja tahu Daren adalah teman baik Evans dan pria itu pun datang ke acara ini. Sandra tahu, Ara selalu waspada setiap ada pria ini disekitarnya.
"Oh, kau mengundangnya?" ucap Ronald dengan seringai di bibirnya.
Kehadiran Ara di pesta itu ibarat Cinderella, semua mata tertuju padanya, gaun merah menyala yang bagian samping kanannya terdapat belahan ke atas, memperlihatkan bagian tubuhnya yang lain, mata besarnya yang indah, bibir merah penuhnya yang menggoda, rambut hitamnya yang menjuntai, terkesan sangat seksi dan elegan.
Dan sialnya, yang Sandra khawatirkan pun terjadi. Daren yang melihat pemandangan itu pun bergegas berjalan menuju arah dimana Ara terlihat bingung seperti anak itik yang kehilangan induknya.
Sandra melangkahkan kakinya, hendak menemui Ara sebelum Daren mendekatinya, namun tangannya di tahan oleh Ronald, sosok yang memang tahu betul apa yang akan Sandra lakukan.
"Tuan Ronald, aku harus kesana" tutur Sandra
"Biarkan Daren yang menemaninya" Sandra menggelengkan kepalanya, ini salahnya yang membuat Ara kembali bertemu dengan Daren, gadis itu pasti tidak akan nyaman dengan situasi ini.
"Aku harus menemuinya, aku yang mengundangnya"
"Sayang, biarkan saja oke? Daren tidak suka diganggu" ucap Evans menarik tangan sang kekasih menjaub dari tempatnya agar tidak membuat keributan.
Disisi lain, Ara membulatkan kedua matanya lebar-lebar, kerumunan dihadapannya sudah tertutupi oleh tubuh yang menjulang tinggi dihadapannya, wangi parfum yang begitu familiar di rongga penciumannya, rahang yang tegas, tatapan tajam yang sangat ia kenali.
"Aku tidak menduga kau datang" Daren meraih tangan gadis itu dengan pelan, takut membuat gadis itu terkejut, namun memang benar, Ara cukup terkejut hingga reflek menarik tangannya kembali.
"Sandra mengundangku" suara manis Ara membuat Daren semakin menginginkannya.
"Ada meja kosong disana, ayo duduk" Daren menarik tangan Ara lembut
Ara menatap sekitarnya selagi ia berjalan mengikuti Daren, entah kenapa ia merasa ingin pulang, wajah-wajah asing disekitarnya membuatnya tak nyaman, terutama dari beberapa wanita yang menatapnya tidak senang.
Setelah mereka duduk, Ara berusaha keras menenangkan dirinya, ia merasa seperti ada tekanan dalam dirinya. Kehadiran Daren selalu membuatnya takut dan was-was, ia ingin pergi dari hadapannya, namun tidak ada yang ia kenali disini, hanya ada Daren yang ia temui, bahkan Sandra pun tak nampak sejak tadi.
"Tuan Daren"
"Panggil aku Daren"
"Ah iya Tu- maksudku Daren, aku belum sempat mengatakan ini, terimakasih sudah menolongku tempo hari di club" ujar Ara pelan namun masih terdengar di telinga Daren.
Daren menyeringai, menatap wajah gadis cantik dihadapannya "Tidak boleh ada yang lain, hanya aku yang boleh meyentuhmu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments