Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, Baby Azira sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Alea begitu gembira melihat keadaan putrinya yang sudah sehat kembali. Baby Azira terlihat ceria melihat bundanya lagi. Bayi itu juga tampak akrab dengan tuan Mark.
Karena selama 3 hari tiga malam, bayinya Alea ini diawasi langsung oleh tuan Mark. Tuan Mark sendiri yang memberikan ASI milik Alea yang sudah dipompa oleh Alea dan diberikan kepada Mark setiap kali Alea menemui putrinya di rumah sakit.
"Apakah kalian mau melanjutkan berangkat ke Amerika?" tanya Mark saat keduanya sudah berada di dalam mobil menuju hotel.
"Iya. Tapi aku belum pesan tiket pesawat tuan," ucap Alea sedikit segan memanggil Mark dengan sebutan namanya saja.
"Sebaiknya kita berangkat bersama. Aku bawa pesawat jet pribadi. Dengan begitu Aku bisa memantau langsung keadaan bayi kembarmu," ucap tuan Mark terdengar seperti perintah bukan tawaran bagi Alea.
Alea terdiam. Ia harus menerima tawaran tuan Mark demi bayi kembarnya. Kalau terlalu mengutamakan gengsi, resikonya adalah nyawa bayinya yang akan menjadi taruhannya.
"Terimakasih Tuan. Anda sangat baik. Maafkan saya kalau saya pernah mengataimu pelit," segan Alea.
"Aku tidak begitu peduli dengan pendapatmu tentang kepribadianku, nyonya. Jika saat ini aku menawarkan kebaikan padamu itu karena bagian dari profesional aku sebagai seorang dokter. Jadi, tolong jangan salah paham..!" sinis tuan Mark membuat Alea hanya bisa menarik nafas berat.
"Ini manusia atau bunglon sih? otaknya sulit banget ditebak. Sabar...sabar Alea. Kamu harus kuat berhadapan dengan ular berkepala dua ini, demi si kembar," batin Alea menghibur dirinya sendiri.
Barack yang sedang menyetir sudah terbiasa dengan ucapan pedang tuan Mark yang tidak pernah memandang siapapun dan di mana tempat, kalau sudah bicara dengan orang lain ia tidak memikirkan perasaan orang lain. Asisten Barack hanya bisa memutar mata malas.
"Semoga wanita ini sabar menghadapi manusia batu itu. Melihat si bos bisa bicara dengan wanita sedekat itu saja, sudah ada kemajuan. Biasanya paling irit bicara dan lebih fokus dengan dunia kedokteran atau bisnisnya," batin Barack.
Turun dari mobil, bak sepasang suami istri, Mark sangat menjaga Alea yang sedang turun membawa baby Azira hingga takut wanita ini kesulitan saat menapaki kakinya ke tanah atau kejedot pinggir pintu mobil.
"Hati-hati..!" ucap tuan Mark sambil memberikan satu tangannya pada Alea untuk berpegangan padanya karena jok mobil itu cukup tinggi. Alea tetap menurut saat tangan kekar itu menggenggam tangannya yang lembut.
Entah mengapa sentuhan tangan itu mampu membuat jantung keduanya berdegup kencang. Ada rasa nyaman yang mereka temukan dalam sentuhan itu. Barack yang melihat adegan itu hampir tak percaya dengan sikap Mark yang anti dengan wanita berubah lembut di depan seorang Alea.
"Apakah aku tidak salah melihat?" lirih Barack sambil mengucek matanya hingga tersentak saat pintu mobil itu ditutup tuan Mark dengan keras seakan menegurnya.
"Astaga jantungku!" ucap Barack sambil mengelus dadanya karena kaget.
Di dalam lift Alea nampak sibuk menggoda putrinya hingga tidak begitu memperhatikan tuan Mark yang memperhatikan mereka. Sementara baby Azira ingin sekali digendong sama Mark sambil menyebutkan kata dad pada tuan Mark.
"Dad...!" kedua tangan bayi itu menggapai tubuh Mark membuat Alea menatap tuan Mark.
"Mau digendong sama Daddy, sayang?" tanya Mark pada baby Azira yang hanya memperlihatkan senyumnya yang menggemaskan bagi Mark yang sudah sudah jatuh cinta sama putrinya Alea ini.
Alea hampir tersedak dengan liurnya sendiri mendengar Mark menyebutkan dirinya dengan panggilan Daddy pada putrinya.
"Uhuk...uhuk...!" Daddy...? Berani sekali pria jutek ini meminta putriku memanggilnya daddy," batin Alea.
"Apakah anda menginap di sini juga tuan?" tanya Alea saat tuan Mark menggendong putrinya.
"Kamarku bersebelahan dengan kamarmu. Bersiaplah. Nanti malam kita berangkat ke Amerika," ucap tuan Mark.
"Baiklah. Semoga saja baby kembar tidak menyusahkan kamu dalam perjalanan nanti," harap Alea.
Mark mengantar Alea dan baby Azira ke kamar mereka di mana ada bibi Sari dan baby Abrar menunggu Alea.
Ketika pintu kamar itu di buka, baby Adam yang sudah bisa merangkak melihat bunda dan saudara kembarnya datang langsung ingin di gendong Alea.
"Bunda..!" panggil Abrar.
"Sayang..!" Alea mengangkat putranya itu lalu mendekati baby Azira yang masih di gendong Mark.
"Tuan. Biarkan mereka berdua bermain bersama. Sepertinya keduanya saling kangen," pinta Alea pada tuan Mark yang sebenarnya ingin ikut nimbrung dalam kebersamaan itu.
Tapi, karena Alea tidak menawarkan dirinya untuk tetap di kamar itu hanya untuk sekedar basa-basi membuat tuan Mark pamit untuk ke kamarnya.
"Nyonya. Aku mau ke kamar dulu!" pamit tuan Mark.
"Baik. Terimakasih tuan." Alea mengantarkan tuan Mark ke depan pintu.
"Jangan lupa nanti malam kita berangkat jam 7. Memastikan tidak terlambat dan aku tidak ingin menunggu karena itu bukan hobiku," ucap tuan Mark.
"Ihhh....! Kalau tidak ingat si kembar dan kebaikan loe pada mereka, rasanya ingin sekali ku cakar wajah jutekmu itu. Mamanya ngidam apa sampai punya anak kayak dia," gerutu Alea yang masih berdiri di depan pintu kamarnya hingga tuan Mark sudah menghilang dari pandangannya.
Alea kembali ke kamarnya menemui bibi Sari yang sedang menjaga si kembar." Non. Sepertinya tuan dokter naksir sama non," ledek bibi Sari senyum-senyum pada Alea.
"Naksir aku, bibi...? Yang benar saja bibi. Pria tidak jelas itu membuat tensi darahku setiap saat naik turun tidak karuan," jawab Alea memutar mata malas.
"Yang pahit itu belum tentu buruk. Ibarat obat itu kalau minum obat yang pahit bakal kebal sama penyakit. Kalau manis itu terasa enak dilihat tapi buat kita bisa obesitas atau diabetes yang akhirnya meletus seperti...-"
"Stop bibi Sari! Jangan libatkan obrolan kita dengan menyebut nama bajingan itu. Yang sudah di dalam kubur tidak perlu kita ingat," ucap Alea yang sangat alergi mendengar nama mantan suaminya di sebut.
"Maaf non. Bibi hanya mengingatkan saja. Jangan lagi salah memilih pasangan hidup kalau suatu saat nanti non berpikir untuk berumah tangga lagi," ucap bibi Sari.
"Aku tidak berniat lagi untuk berumah tangga bibi. Yang aku inginkan adalah membesarkan anak-anak ini. Aku hidup sebatang kara. Aku hanya punya si kembar dan bibi Sari. Aku sudah bahagia dengan hidupku saat ini," ucap Alea.
"Tidak apa non. Insya Allah nanti non akan bertemu dengan pria yang sesuai dengan harapan non Alea," timpal bibi Sari.
Saat malam tiba sekitar pukul tujuh malam, Alea sudah rapi dan juga si kembar. Bel kamar berbunyi. Alea membuka pintu itu.
"Nyonya. Kita turun sekarang. Tuan Mark sedang menunggu kalian di mobil," ucap Barack.
"Baik." Alea berjalan beriringan dengan bibi Sari menuju lift.
Setibanya di bawah, Mark nampak serius melihat ponselnya hingga ia dipanggil lagi oleh baby Azira.
"Dad." Mark buru-buru menyimpan ponselnya dan menghampiri baby Azira
"Kesayangannya daddy...!" Mark turun dari mobil dan mengambil baby Azira dari gendongan Alea.
Baby Abrar nampak bengong melihat tuan Mark hanya menyapa saudara kembarnya saja hingga lupa menyapa dirinya. Alea dan bibi Sari sudah masuk ke dalam mobil itu.
Akhirnya mobil itu berangkat ke Bandara di mana pesawat jet pribadi milik tuan Mark sedang menunggu rombongan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Yuni Suharto
baru umur 6 bln udh bs manggil dad & bunda.bnr2 bayi novel 🤭
2024-06-01
1
Diah Susanti
umur si kembar berapa sih? kok udah bisa panggil bunda dan dad
2024-01-08
0
bunda sekar
6 bulan udah bisa manggil dad...wow...
2023-12-29
0