Menempati ruang inap kamar kelas VVIP, Alea dan bayi kembarnya kini berada. Dokter spesialis anak yang sudah memeriksakan kedua bayinya Alea untuk mengetahui kondisi bayi yang sudah diprediksi cacat dan penyakit bawaan sejak dalam kandungan Alea kini terbukti benar adanya.
Dokter spesialis anak yaitu dokter Wildan memberitahukan hasil diagnosanya pada Alea.
"Nyonya Alea. Dengan sangat menyesal saya memberitahukan tentang kondisi kesehatan si kembar. Dari kondisi putri anda mengalami lemah jantung dan putra anda mengalami kelumpuhan," ucap dokter Wildan.
"Apakah tidak bisa disembuhkan dokter?" tanya Alea sendu.
"Mungkin bisa disembuhkan, tapi butuh proses yang cukup rumit mengingat mereka masih bayi. Dan teknologi canggih yang di miliki di rumah sakit ini atau di Jakarta ini sangat terbatas.
Saya sarankan pada anda untuk membawa si kembar ke rumah sakit yang ada di Amerika. Karena ada seorang dokter spesialis anak yang menangani penyakit bawaan si kembar. Dia juga seorang dokter spesialis bedah. Tapi,...-" dokter Wildan tidak bisa melanjutkan perkataannya.
"Tapi apa dokter?" desak Alea.
"Biayanya tidak sedikit nyonya. Karena operasinya dilakukan secara bertahap. Penuh resiko dan butuh kesabaran sebagai orangtuanya si kembar," lanjut dokter Wildan membuat Alea hanya bisa memejamkan matanya lalu menarik nafas panjang untuk melepaskan beban di hatinya.
"Ya Allah. Semoga aku bisa dan Engkau pasti akan menolong aku, bukan? Ini ujian dariMu. Engkaulah yang memberikan mereka penyakit dan Engkau jua yang akan menyembuhkan penyakitnya anak-anakku," batin Alea mendoakan kesembuhan putra-putrinya.
"Itu saja yang saya sampaikan nyonya Alea. Keputusan ada ditangan anda. Apakah ada pertanyaan?" tanya dokter Wildan sebelum meninggalkan kamar inap Alea.
"Apakah dokter bisa merekomendasikan rumah sakit yang di Amerika itu? Siapa dokter bedah itu?" tanya Alea.
"Namanya dokter Mark Louis. Jika, nyonya sudah siap untuk melakukan operasi dengan biayanya yang tidak sedikit, saya akan mengkonfirmasikan rumah sakit itu dan mengirimkan arsip laporan medisnya ke rumah sakit tersebut," imbuh dokter Wildan.
"Apakah saya bisa mengetahui kira-kira berapa biaya yang harus saya siapkan untuk pengobatan bayi kembar saya, dokter?" tanya Alea dengan jantung yang ikut berdegup kencang.
"Jika dirupiahkan secara keseluruhan untuk dua bayi anda sekitar 3 triliun rupiah," ujar dokter Wildan yang sudah mempersiapkan jawaban untuk diberikan kepada Alea jika ibu si kembar ini bertanya.
Alea menelan salivanya dengan susah payah. Uang sebanyak itu dapat dari mana? Pikirnya sambil memijat pelipisnya yang berdenyut sakit.
"Terimakasih dokter. Insya Allah saya akan mengusahakannya. Tinggal minta sama yang punya langit dan bumi, saya yakin Allah tidak akan meninggalkan saya," ucap Alea menghibur diri sendiri di sela kegetiran hidupnya.
"Ok. Saya pamit dulu nyoya. Silahkan diskusikan dengan suami!" ucap dokter Wildan yang tidak mengetahui jika Alea kini menjadi seorang janda.
Sepeninggalnya dokter Wildan dan dua suster yang menemaninya, Alea menangis seorang diri sambil meremas dadanya yang terasa sakit. Ia menatap wajah bayi kembarnya yang sangat malang itu.
"Ya Allah, dek! Seandainya ayah kalian mau sedikit bersabar untuk melihat keadaan kalian dan mengetahui jika penyakit yang kalian derita ini bisa disembuhkan dengan perawatan medis, mungkin kalian tidak akan terlahir sebagai anak cacat maupun penyakitan," gumam Alea sambil mengusap pipi bayi kembarnya yang sedang terlelap.
Jika saat ini Alea menangis seorang diri di kamar inap dengan dua bayinya namun tidak dengan Rama yang justru saat itu sedang terbuai dalam percintaan panasnya dengan si janda gatal Ria. Keduanya saling melenguh ketika milik mereka saling beradu untuk mendapatkan kenikmatan.
"Aku tidak akan membiarkan kamu mengingat wanita pembawa sial itu, Rama. Aku bisa memberikan anak yang sehat untukmu," batin Ria sambil menekan kepala Rama menghisap pucuk coklat di dadanya yang tidak lagi terlihat kencang.
Keduanya menghela nafas panjang setelah mencapai kepuasan. Ria mendekap tubuh Rama yang masih keringatan." Sayang. Kapan kamu mau menikahi aku?" tanya Ria manja.
"Aku belum bisa menikahimu Ria," sahut Rama enteng.
"Tapi, kita sudah sering melakukan ini, bagaimana kalau aku hamil, Rama?" tekan Ria.
"Kamu bisa mengugurkan kandunganmu. Aku tidak mau memiliki anak di luar nikah," ketus Rama.
"Jadi, kau hanya ingin memuaskan dirimu saja tanpa ingin bertanggungjawab padaku?" pekik Ria tidak terima.
"Aku tidak berniat untuk menikahimu. Hubungan kita hanya suka sama suka. Tidak lebih, ayolah Ria! Kita sudah sepakat untuk tidak memiliki komitmen dalam hal apapun. Semuanya just for fun. Ok!" angkuh Rama tanpa merasa berdosa sama sekali.
"Dasar bajingan kamu Rama. Pantas saja Tuhan memberimu hukuman untuk memiliki anak cacat!" teriak Ria membuat Rama naik pitam.
Plakkkk....!
Rama mendekati Ria yang mengusap pipinya yang terasa sangat panas oleh tamparan pria selingkuhnya. Ia mencengkram erat rahang Ria dengan satu tangannya membuat Ria merasa kesakitan
"Jangan coba-coba menghinaku dan mengungkit sesuatu yang ingin aku lupakan. Aku sangat beruntung tidak menjadikan wanita ular sepertimu menjadi istriku karena wanita sepertimu hanya memanfaatkan kekayaanku saja," sarkas Rama sambil mengenakan lagi pakaiannya dan meninggalkan kamar apartemennya Ria.
"Dasar bajingaaannn....!" Prankkk....
Tepat di saat Rama menutup pintu kamar itu, Ria melemparkan gelas ke pintu kamarnya hingga pecah berantakan. Rama tidak peduli dengan teriakan Ria yang sakit hati. Ia hanya memanfaatkan kesepian wanita itu untuk menyalurkan hasratnya.
"Aku hanya mencintai Alea, bukan kamu atau wanita manapun," desis Rama menarik sudut bibirnya dan beranjak pergi.
Dua hari kemudian Alea membawa pulang si kembar ke apartemen miliknya. Dibantu oleh bibi Sari, Alea tidak sedikitpun memperlihatkan kesedihannya di depan bibi Sari.
Menangis hanya membuatnya lelah dan tidak menemukan solusi. Bersabar dan mengharapkan pertolongan Allah lebih diinginkannya daripada meratapi kemalangan yang tak berujung. Itu yang ada dipikiran Alea untuk masa depan bayi kembarnya.
"Non. Kalau dilihat seperti ini, mereka sangat manis dan menggemaskan. Bibi tidak menyangka jika mereka harus mengalami penyakit serius," ucap bibi Sari di sela memandikan bayi kembarnya Alea.
"Kalau kita yakin setiap ujian yang Allah berikan ada hikmahnya, insya Allah, penderitaan yang kita alami pasti dimudahkan jalannya oleh Allah. Asalkan kita tidak putus asa dengan doa," ucap Alea.
"Non. Ngomong-ngomong nama mereka siapa?" tanya bibi Sari.
"Abrar dan Azira," sahut Alea.
"Nama yang bagus. Semoga nama keduanya menjadi doa untuk masa depan mereka," timpal bibi Sari.
"Aamiin.
Usai di mandikan keduanya, Alea mengenakan baju pada kedua bayinya dan berjalan mendekati jendela untuk menjemur keduanya agar mendapatkan asupan sinar matahari.
"Sayang. Tolong doakan bunda agar selalu sehat supaya lebih keras lagi untuk mencari nafkah agar bisa membiayai pengobatan kalian. Kalian harus sabar ya.
Allah sudah menyiapkan jalannya, tinggal kita yang harus berdoa dan terus iktiar untuk mendapatkan uang 3 triliun itu. Tidak ada yang mustahil di sisi Allah karena Allah maha kaya," ucap Alea pada bayi kembarnya yang sekilas tersenyum pada ibu mereka.
"Masya Allah. Kalian tersenyum pada bunda?" tanya Alea begitu takjub pada bayi kembarnya seakan mengerti apa yang dia katakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Dwi Setyaningrum
3 trilyun itu brp truk ya Thor uangnya🤔😁😁
2023-09-17
3
Uthie
dikirain 3 M doang yaa 🤭
2023-08-27
1
Hasrie Bakrie
Lanjutkan, tetap semangat ya dan sukses selalu dlm berkarya jangan lupa jaga kesehatan biar lancar updatenya 😉🤗💪
2023-08-09
1