Keadaan sudah mulai berubah. Alea meninggalkan rumah mertuanya dan memilih menyewa apartemen kecil cukup untuk dirinya dan juga anak kembarnya kelak ketika sudah lahir nanti.
Saat ini, ia sedang membereskan barang-barang miliknya yang akan ia bawa. Alea sengaja memilih waktu yang tenang saat pemilik rumah pada pergi. Ia membiarkan pintu kamarnya terbuka agar tidak ada yang berusaha kepo padanya. Namun sesaat kemudian, salah satu pelayan yang sudah senior di rumah mertuanya itu menghampiri Alea sambil menangis.
"Nona Alea."
Alea menghentikan aktivitasnya.
"Iya bik."
"Apakah saya boleh ikut nona Alea?" tanya bibi Sari.
"Tapi aku tidak bisa menggaji bibi sama seperti mama menggaji bibi,"jawab Alea.
"Tidak masalah nona Alea. Yang penting saya mau ikut nona Alea ke manapun nona Alea pergi. Bukankah nanti nona butuh orang untuk menjaga bayi nona saat nona bekerja?" tawar bibi Sari.
"Saya tidak mau melayani nona baru di rumah ini kalau seandainya tuan muda Rama menikah lagi. Pasti dia tidak sebaik nona Alea," lanjut Sari.
"Baiklah bibi. Kamu boleh ikut saya. Tapi, bibi tidak boleh ngeluh jika nanti merawat anak saya yang cacat. Itu pasti sangat melelahkan untuk bibi Sari. Apa lagi bayi saya kembar," ucap Alea.
"Insya Allah. Bibi ikhlas merawat mereka," janji bibi Sari meyakinkan Alea.
"Bereskan koper bibi! Ayo kita pergi dari sini! Besok sidang terakhir perceraian kami. Jadi tidak ada alasan saya tinggal di rumah ini lagi. Lagi pula usia kandungan saya sudah tujuh bulan. Berarti dua bulan lagi saya akan melahirkan," ucap Alea sambil menarik dua koper miliknya keluar dari kamar.
"Nona Alea. Biarkan kami membantu membawakan koper ini ke mobil nona! Sangat bahaya sekali, kalau nona membawa koper itu menuruni anak tangga dengan perut besar," ucap mang Ujang.
"Alhamdulillah. Terimakasih mang Ujang, masih mau membantu saya," ucap Alea pada tukang kebun di rumah itu.
Setelah memastikan semuanya sudah tidak ada yang ketinggalan, Alea dan bibi Sari meninggalkan rumah besar mertuanya setelah pamit pada para pelayan yang selama ini membantu kebutuhannya di rumah besar itu. Mereka juga sedih saat Alea berhasil di usir paksa secara tidak langsung oleh kedua mertuanya.
"Akhirnya ada yang sudah puas dengan perceraian yang terjadi antara nona Alea dan tuan muda Rama. Setidaknya nona Alea bisa bebas dari neraka ini," ucap pelayan Galuh yang ikut prihatin pada pasangan bahagia itu.
"Iya ya. Saya kira mereka makin rukun setelah kehadiran si kembar. Ternyata kehadiran anak justru membuat mereka berpisah juga. Yah, mungkin jodoh mereka cukup sampai di sini," keluh yang lainnya.
Di apartemen itu, Alea dan bibi Sari sibuk merapikan barang bawaan mereka. Alea memilih menyewa apartemen yang sudah komplit perabotan rumah tangganya, jadi ia tidak perlu membeli apapun lagi. Cukup tinggal dan menikmatinya saja. Paling mereka hanya membeli kebutuhan bahan pokok untuk mengisi perut mereka berdua.
Di kediaman Tuan Roy, nampaknya nyonya Tini merasa sangat puas setelah hampir enam tahun ia mencoba menyingkirkan menantunya itu, akhirnya terwujud juga.
"Apakah dia sudah mengambil semua barang-barangnya di rumah ini?" tanya nyonya Tini pada pelayannya.
"Sudah Nyonya. Tidak ada barang milik nona Alea tertinggal disini," ucap salah satu pelayan di rumah itu.
"Bagus. Kau boleh pergi!" nyonya Tini mengibaskan tangannya mengusir pelayannya yang masih berdiri di depannya.
"Barang siapa yang sudah di ambil semuanya, mama?" tanya Rama yang baru pulang kerja.
"Tentunya barang milik calon jandamu itu. Siapa lagi?" nyonya Tini menyeringai puas.
"Tidak mungkin!"
Rama berlari cepat menuju kamarnya dan membuka pintu kamar ganti. Ketika melihat semua barang milik Alea sudah raib dari tempatnya membuat Rama merasa jiwanya ikut hilang. Ia tidak tahu apakah keputusannya sudah benar untuk menceraikan istrinya yang sedang hamil tua saat ini.
"Berarti, aku tidak diijinkan oleh Alea untuk melihat wajah bayi kembarku setelah mereka lahir hingga dewasa sesuai permintaan Alea," gumam Rama sambil menangis.
Terbayang sudah setiap kenangan manisnya bersama dengan Alea dari awal mereka bertemu hingga menikah. Mereka begitu gigih mempertahankan nasib pernikahan mereka ditengah badai hasutan darimanapun untuk membuat mereka berpisah. Ternyata kehadiran anak yang membuat mereka harus harus berpisah.
...----------------...
Pengadilan agama Jakarta Selatan memutuskan perkara perceraian di ruang sidang itu dengan membaca hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh suaminya Alea. Namun ibu mil ini menolak segala bentuk kewajibannya Rama yang disebutkan hakim untuk memenuhi hak anaknya.
"Maaf yang mulia! Suamiku tidak menginginkan anak kembarku bahkan tidak mengakui mereka sebagai anaknya karena keadaan mereka yang akan terlahir cacat. Jadi, untuk apa menuntut hak dari seorang ayah yang tidak mengakui darah dagingnya sendiri?" protes Alea di depan hakim.
"Yah bagus dong, kalau kamu tahu diri. Setidaknya harta putraku tidak akan berkurang untuk membiayai anak kembarmu yang tidak berguna sama sekali setelah mereka lahir dan tumbuh besar. Buang-buang uang dan tenaga," sarkas nyonya Tini menimpali ucapan Alea yang tetap terlihat tenang di hadapan hakim.
Hakim meminta pendapat timnya dan mereka mengabulkan permintaan Alea. Akhirnya keputusan cerai dibacakan oleh hakim diikuti dengan ketukan palu tiga kali. Kedua orangtuanya Rama langsung sujud syukur. Sementara Rama hanya mengepalkan tangannya kuat menahan geram yang luar biasa pada Alea yang keras kepala.
"Apakah kamu yakin tidak membutuhkan bantuanku untuk kebutuhan bayi kembar kita?" tanya Rama menegaskan lagi keputusan Alea.
"Sangat yakin sekali tuan Ramadhani Ahmad. Dan bayi ini adalah anakku sendiri bukan anak kamu atau kita. Kau hanya menyumbangkan benihmu saja di rahimku. Insya Allah, Tuhan akan memperlihatkan keadilanNya pada kamu suatu hari nanti.
Dan aku bersumpah di depan semua orang yang hadir di pengadilan ini. Demi Allah, Rama, bukan dunia yang meninggalkan anak kembarku tapi dunia yang akan membutuhkan mereka suatu hari nanti," tegas Alea penuh luka.
Rama menatap wajah cantik Alea yang sembab. Mata itu penuh dengan api dendam. Bahkan setiap hinaan dari mantan mertuanya tidak sedikitpun ia gubris.
"Alhamdulillah, akhirnya perempuan yang tak tahu asal usulnya ini tersingkir juga dari rumah kita, papa," sindir nyonya Tini masih belum puas menghina Alea yang sudah berdarah hatinya.
"Terimakasih nyonya Tini atas kebaikanmu selama ini. Tenyata aku baru menyadari sesuatu bahwa setiap hinaan yang nyonya lontarkan padaku menjadi imun untukku. Imanku makin bertambah karena dosaku sudah Allah ampuni secara langsung melalui lisanmu itu.
Dan energiku makin kuat karena terus membakar semangatku untuk menyusun kekuatan bersama anak kembarku yang akan membuat kalian mengemis pada kami suatu hari nanti. Ingat nyonya, hari ini kalian berada di atasku dan roda itu akan terus berputar sesuai dengan keadaan bumi ini karena suatu saat nanti akulah yang berada di atas kalian. Permisi!"
pamit Alea pada kedua mertuanya yang hanya berdecak sambil mengangkat kedua bahu mereka tanda tak peduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Rama sama ortunya pasti pasti akan menyesal pd saatnya nanti
2024-05-22
1
guntur 1609
akan menjadi penyesalan seumur hidup mu rama. hati2 kau. syukur alea cerai resmi
2023-10-21
4
guntur 1609
mampus kau. penyesalanmu akan datang secara petlahan
2023-10-21
1