Walaupun pernikahan Rama dan Alea telah berakhir dengan sebuah perceraian, tidak membuat seorang Rama begitu saja melupakan sang mantan istri.
Dirinya juga benar-benar terpuruk dan memilih untuk memutuskan kontak dengan siapa saja diluar sana karena batinnya cukup lemah untuk melayani setiap pertanyaan kolega maupun rekan bisnisnya, apa lagi ditambah wartawan yang cukup kepo dengan berita besar ini.
Justru perceraian mereka menjadi keuntungan besar bagi seorang Alea yang selama ini tidak mempublikasikan dirinya sebagai istri seorang pengusaha sukses.
Begitu juga dengan Rama yang selama ini tidak begitu memperkenalkan identitas karir istrinya kini membuat orang yang mengenal siapa Alea cukup tercengang mengetahui istri dari Rama adalah seorang diplomat Indonesia.
"Hahhh ....? Jadi selama ini nyonya Alea adalah seorang diplomat untuk Indonesia?"
Wajah-wajah yang penuh dengan pembullyan pada Alea yang menganggap gadis itu tidak lebih dari seorang juru ketik di tempatnya bekerja tampak tercengang.
"Makanya, jadi perempuan itu mulutnya dijaga. Mana mungkin seorang tuan Rama mau menikah sama juru ketik, huh...itu mah turun level seperti kalian hanya sekelas resepsionis tapi sok ngatain istrinya tuan Rama super cantik dan cerdas," kecam pak Tio seorang satpam di perusahaan Rama.
"Ih...! Bawel..!" umpat resepsionis pada pak Tio.
Jika Rama belum move on dengan perceraiannya, tidak dengan Alea yang nampak semangat menapaki hidup baru dengan memiliki predikat seorang janda. Ibu mil ini sudah mengajukan masa cuti hamil karena usia kandungannya sudah memasuki 8 bulan.
"Nona Alea. Apakah nona mau lahiran normal atau sesar?" tanya bibi Sari saat menyiapkan koper yang berisi baju bayi dan baju untuk Alea untuk dibawa ke rumah sakit.
"Maunya normal bibi. Biar bisa membantu bibi merawat si kembar selama Alea cuti lahiran," sahut Alea.
"Tapi non, anu!" bibi Sari nampak ragu untuk berkata-kata karena takut membuat Alea tersinggung.
"Ada apa bibi? Kenapa kelihatan ragu seperti itu?" tanya Alea lembut.
"Apakah nona sudah menyiapkan mental nona saat mereka hadir nanti dengan kondisi mereka yang ....-" bibi Sari tidak tega melanjutkan kata-katanya.
"Bibi. Untuk seorang ibu, anak adalah anugerah. Bagian dari tubuhku . Bagaimanapun kondisi mereka, bagiku mereka adalah manusia normal yang memiliki sesuatu yang saat ini Allah sedang rahasiakan kejutan produknya yang tidak pernah gagal. Hanya saja manusia normal terlalu melihat kecacatan pada manusia cacat sebagai suatu kekurangan," ujar Alea.
"Syukurlah. Kalau nona sudah siap lahir batin untuk menerima kehadiran si kembar nanti. Bibi siap membantu nona dalam suka maupun duka semampu yang bibi bisa," ungkap bibi Sari.
"Aku sangat bersyukur karena ada bibi Sari yang selalu menemaniku. Selain si kembar yang akan menjadi kekuatanku, bibi Sari juga termasuk orang yang membuat aku merasa tidak berjalan sendiri di tempat yang gelap. Terimakasih ya bibi! Semoga bibi Sari selalu sehat," ucap Alea pada wanita berusia 40 tahun ini.
"Non. Bagaimana kalau tuan Rama tiba-tiba mendatangi nona untuk melihat si kembar nanti?" tanya bibi Sari.
"Dia hanya penasaran saja bibi, bukan untuk mengambil mereka. Dia sudah mengingkari darah dagingnya sendiri, mana mungkin mau berjuang mengambilnya bayi kembar ini dariku?" ucap Alea terlihat tegar di depan bibi Sari yang justru sangat nelangsa melihat nasib wanita sebatang kara ini berjuang sendiri melawan orang-orang yang menindas hidupnya.
"Non. Ada Allah yang akan mengurus hidupmu karena hidupmu tidak menjadikan suami tempat kamu bergantung. Jika memang tuan Rama bukan suami terbaik untuk non, setidaknya ia harus menjadi ayah yang memiliki sedikit sedikit rasa iba pada darah dagingnya yang selama ini ia sangat menginginkannya," timpal bibi Sari.
"Sudahlah bibi! Tidak perlu dibahas lagi tentang dia. Aku sudah menganggap mereka tidak pernah ada dalam hidupku. Aku ingin memulai hidup baru dengan si kembar dan juga bibi Sari," ucap Alea dengan senyum ceria.
Itulah hebatnya Alea. Orang-orang yang menindas hidupnya justru mengajarkan dia banyak hal bagaimana cara bersikap kepada orang lain yang tidak menyukai dirinya sama sekali.
...----------------...
Punggung Alea mulai merasakan panas dengan kontraksi yang datang mulai teratur. Dari setiap jam sekali kini meningkat menjadi setengah jam sekali. Takut terjadi sesuatu pada dirinya, Alea mengajak bibi Sari untuk ke rumah sakit.
"Bibi. Sebaiknya kita berangkat ke rumah sakit sekarang! Kontraksinya sudah sering terjadi," pinta Alea berusaha berjalan dengan tertatih-tatih namun sangat pelan.
"Pegang tangan bibi! Jangan jalan sendirian begitu!" ucap bibi Sari menautkan tangannya pada tangan Alea yang hanya bisa meringis kesakitan.
"Istighfar non, biar dimudahkan dalam proses pembukaannya!" ucap bibi Sari saat mereka sudah berada di dalam lift.
Alea hanya membayangkan wajah mungil bayinya agar mengurangi rasa sakitnya yang mendera sekujur tubuhnya kini. Keduanya naik taksi online untuk bisa mencapai rumah sakit.
Tiba di dalam ruang bersalin, dokter mengkondisikan Alea agar wanita ini siap melakukan proses persalinannya.
"Nyonya! Pembukaannya sudah sempurna. Ikuti panduan dariku seperti yang sudah kita pelajari saat senam hamil! pinta dokter Lydia.
"Baik dokter."
Alea melakukannya dengan baik dengan penuh perjuangan. Karena ini adalah pengalaman pertamanya melahirkan membuat dirinya kewalahan juga saat mengejan.
"Ya Allah. Ampunilah aku dan tolong selamatkan aku dan bayi kembarku!" pinta Alea dengan tubuh yang sudah sangat lemah. Sudah hampir setengah jam Alea berjuang namun, Alea belum berhasil juga mengeluarkan satu bayinya dari rahimnya.
"Nyonya Alea. Jangan tutup matamu! Apakah kamu mau kita melakukan sesar saja?!" tanya dokter Lydia cemas karena wajah Alea sudah terlihat pucat seperti mayat hidup.
"Tidak dokter. Insya Allah aku bisa. Seandainya nanti aku pingsan dan bayiku belum lahir juga, aku siap di operasi sesar. Waliku adalah bibi Sari," ucap Alea dengan nafas tersengal sambil menangis. Suster yang berada di samping Alea juga ikut menangis sambil mengusap keringat dingin wanita ini dengan tisu.
Tubuhnya sudah gemetar kedinginan namun Alea masih terlihat semangat.
"Ayo dokter! Kita coba lagi," pinta Alea sambil tersenyum haru.
"Baiklah. Pusatkan pikiranmu pada Allah, nyonya Alea. Hanya melalui kekuatanNya kamu pasti bisa melahirkan bayi kembarmu. Ayo mengejan lagi!" titah dokter Lydia sambil melihat jalur lahir Alea.
"Allahuakbar!" pekik Alea sambil mengejan kuat hingga berhasil meloloskan bayi pertamanya yang berjenis kelamin laki-laki.
"Alhamdulillah. Dia tampan sekali, nyonya!"
puji syukur dokter Lydia memperlihatkan bayi laki-laki itu pada Alea yang menyambut haru putranya.
Dokter Lydia meletakkan bayi itu di atas dada Alea. Tangis bayi itu menggema di ruang bersalin itu. Alea sangat heran melihat tubuh bayinya sangat sempurna. Tidak ada cacat fisik sama sekali.
"Assalamualaikum tampan!" sambut Alea mengecup lembut kening bayinya saat bayinya itu mencari put*Ng Alea untuk ia hisap.
Tidak lama kemudian ia merasakan kontraksi lagi membuat ia harus fokus lagi untuk melahirkan bayi keduanya. Dan ternyata bayi keduanya berjenis kelamin perempuan.
Lengkap sudah kebahagiaan Alea melihat bayi perempuannya juga sangat cantik dan tidak ada cacat fisik sama sekali.
"Dokter Lydia. Kondisi tubuh bayi kembarku normal dan tidak ada yang cacat. Kenapa dokter mengatakan bayiku cacat?" tanya Lydia heran.
"Biar dokter spesialis anak yang akan memeriksa keadaan bayi kembar anda nyonya Alea karena cacat yang dimaksud di sini, bisa jadi panca indra mereka atau hal lainnya," ucap dokter Lydia apa adanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
semoga analisis dokternya yg salah
2023-12-08
2
guntur 1609
padahal benih dia. tapi tega dia. dia saja tdk mengakui anaknya. bagaimana kebalikanya nantinyabya. apa fia terima atau tdk kalau anaknya tdk mengakuinya
2023-10-21
3
Uthie
itulah keajaiban Tuhan Alea 👍🤗
dan bisa jadi itu adalah doamu saat dirimu terdzalimi.. hingga menjadikan sebuah kenyataan yg merubah suatu yg telah di takdirkan Nya 👍👍👍
congratulation Alea 👍🤗
2023-08-27
3