Enam bulan pasca melahirkan bayi kembarnya, kini Alea kembali ke rutinitasnya sebagai staff ASN di kementerian luar negeri. Kebetulan sekali Alea menyewa apartemen yang dekat dengan kantornya untuk memudahkan dirinya bisa pulang pergi untuk menyusui bayi kembarnya.
Beruntunglah, si kembar tidak nampak rewel setiap kali ditinggal kerja sang bunda. Mereka tetap anteng dalam pengawasan bibi Sari yang cukup telaten menjaga keduanya.
Saat ini, Alea dipanggil oleh Bu menteri luar negeri. Alea segera menemui Bu menteri di ruang kerjanya.
"Selamat pagi ibu..!" sapa Alea.
"Pagi Alea! Silahkan duduk..!"
Alea menghenyakkan bokongnya lalu menunggu apa yang akan disampaikan oleh Bu menteri.
"Begini Alea, saya sudah mendengar apa yang terjadi pada bayi kembarmu. Saya turut prihatin dengan kondisi mereka. Jika kamu mau, saya akan meminta kamu mutasi ke Amerika. Bekerja di kedutaan untuk Indonesia di Amerika. Kamu bisa menempati rumah dinas di sana.
Dengan begitu kamu bisa mengobati bayi kembarmu di Amerika. Negara hanya membantumu untuk satu bayi saja. Selebihnya kamu usahakan sendiri," ucap Bu menteri membuat Alea merasa sangat lega.
"Alhamdulillah. Terimakasih ibu atas kebaikannya. Jadi, kapan saya bisa pindah ke sana Bu?" tanya Alea.
"Sekitar satu bulan, kamu sudah harus meninggalkan Indonesia setelah berkas mutasi mu keluar dan saya akan menandatangani surat mutasimu itu," ucap ibu menteri.
"Baik. Kalau begitu saya akan menyiapkan dokumen pribadi saya, dan juga si kembar serta saudara saya," ucap Alea yang tidak menyebut bibi Sari sebagai pelayannya tapi saudaranya.
"Ok. Semoga bantuan kecil kami membawa keberkahan untuk si kembar," ucap Bu menteri seraya menyalami tangan Alea yang menyambutnya penuh sukacita.
Alea menarik nafas lega. Ia menangis haru sambil terus menerus bersyukur atas keajaiban yang Allah berikan kepadanya." Terimakasih ya Allah Engkau tidak meninggalkan kami dalam kesedihan," puji syukur Alea sambil mengusap air matanya.
Sore harinya, Alea sudah bersiap untuk pulang. Ia menghampiri mobilnya dan baru saja hendak membuka pintu mobil, Rama mencekal bahunya membuat Alea reflek menyikut dada Rama yang langsung menghindar.
"Gerakan beladirimu masih hebat sayang," puji Rama basa-basi pada Alea yang melebarkan matanya antara kaget dan kesal.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" ketus Alea tidak ingin berurusan lagi dengan Rama.
"Sedang mengurus perpanjangan paspor," santai Rama.
"Kalau begitu pergilah! Enyalah dari hadapan ku!" usir Alea.
"Apa kau tidak merindukan aku sayang?" goda Rama penuh kerinduan kepada Alea.
"Cuih...! Najis..!" maki Alea sambil meludah di depan Rama.
Rama tersentak melihat sikap Alea yang benar-benar sangat berubah 180 derajat pada dirinya.
"Sebegitu jijiknya kau padaku hanya karena aku mengingkari anak cacat itu?" remeh Rama makin membuat darah Alea mendidih.
"Apa kamu mau aku membocorkan kepalamu dengan sepatuku di sini, hah?!" bentak Alea yang tahu kalau ilmu bela diri Rama masih dibawah dirinya karena Alea sudah menyabet sabuk hitam.
"Ok. Tidak perlu kasar seperti itu Alea. Aku hanya menyapamu. Rupanya tidak ada lagi sedikit cinta yang kau punya untukku. Kamu benar-benar berubah tidak seperti Alea yang aku kenal," ucap Rama makin membuat Alea muak.
"Dulu Alea yang kamu kenal masih istrimu yang harus mengalah dan tampil menjadi istri yang selalu hormat dan penurut untukmu. Sekarang aku janda darimu yang tidak ada lagi hak atau kewajiban apapun untukmu. Jadi, jaga batasanmu!" kecam Alea.
Alea membuka pintu mobilnya lalu masuk ke dalam sambil mengambil nafas yang hampir hilang dari raganya. Ia bingung untuk segera pulang ke apartemennya karena takut Rama akan mengikutinya.
"Ya Allah. Bagaimana ini? Bagaimana kalau Rama ingin melihat bayiku. Dia tidak boleh menemukan bayinya karena dia sudah membuangnya. Aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat untuk merawat bayiku sendiri. Sebaiknya aku ke supermarket untuk mengalihkan perhatian Rama," lirih Alea meninggalkan tempat parkir area perkantoran itu.
Sementara Rama masih menerima panggilan telepon dari seseorang yang membuat ia tidak bisa menyusul mantan istrinya itu.
"Apa...? papa jatuh di kamar mandi? Bagaimana keadaannya, sekarang? Apakah sudah diantar ke rumah sakit?" tanya Rama panik saat mendengar kabar tentang ayahnya dari salah satu pelayannya.
"Tuan Roy tidak sadarkan diri dan sekarang sedang menuju rumah sakit bersama nyonya tuan," ucap pelayan.
"Baik. Aku akan segera ke rumah sakit. Terimakasih Jhon," ucap Rama segera meluncur ke rumah sakit yang disebutkan oleh pelayannya.
Mobil Rama melewati mobil Alea dengan kecepatan tinggi. Alea sempat kaget melihat Rama melajukan mobilnya sambil mencari cela pada mobil lain untuk mendahului kendaraan yang ada di hadapannya.
"Dia kenapa? Kenapa dia terlihat terburu-buru seperti itu?" gumam Alea sambil mengangkat kedua bahunya tak peduli.
Ia merasa terbebas saat ini. Alea segera pulang ke apartemennya untuk menceritakan kabar bahagia ini pada bibi Sari.
Di rumah sakit Rama mendapati ayahnya sudah berada di ruang ICU karena mengalami pecahnya pembuluh darah. Keadaan tuan Roy yang terlihat kritis membuat Rama sangat sedih.
"Mama. Kenapa papa bisa jatuh seperti ini? Apakah ayah terpeleset atau bagaimana?" tanya Rama ingin mengetahui kronologi sebenarnya.
"Mama juga tidak tahu jika papamu jatuh di kamar mandi karena tadi mama lagi pergi arisan. Mama pulang, pelayan ribut sambil menghampiri mama dan menceritakan keadaan papa," ucap nyonya Tini.
"Apa solusi dokter mama?" tanya Rama.
"Paling melakukan operasi untuk mengeluarkan cairan yang ada di kepalanya. Mama takut, papamu tidak selamat Rama saat melakukan operasi itu," ucap nyonya Tini berurai air mata.
"Sebaiknya mama pulang saja. Biar Rama yang menunggu papa di sini!" pinta Rama pada ibunya yang hanya bisa mengangguk sedih.
"Kalau ada apa-apa dengan papamu, tolong hubungi mama, Rama. Dan kamu juga tidak boleh sampai kelelahan. Mama tidak mau kamu sakit juga," ucap nyonya Tini.
"Iya mama. Sekarang mama pulang di antar sama Deni," ucap Rama.
"Terimakasih Rama."
...----------------...
Tiba saat yang ditunggu, menumpang salah satu pesawat komersial dari maskapai penerbangan Indonesia. Kini Alea membawa bayi kembarnya dan bibi Sari untuk berangkat ke Amerika. Beruntunglah, Alea mendapatkan kelas bisnis seperti biasanya dari perjalanan dinasnya.
Alea memangku baby Abrar dan bibi Sari memangku baby Azira. Perjalanan yang dilakukan malam hari membantu mereka bisa beristirahat dengan tenang. Walaupun mereka akan melakukan transit di Abu Dhabi.
"Bibi. Semoga si kembar tidak rewel yah, selama dalam perjalanan. Alea tidak enak jika si kembar menganggu rehatnya penumpang lain," ucap Alea cemas.
"Jangan cemas sesuatu yang belum terjadi. Takutnya si kembar malah merasakan kecemasan kamu dan itu terjadi benaran malah merepotkan orang lain juga," ucap bibi Sari.
"Ya sudah bibi. Lebih baik kita istirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rianti Dumai
maka'a jadi org jgn sombong,lisan itu mesti dijaga karna karma itu pasti ada
2025-04-15
0
guntur 1609
balasan kalain sdh datang petlahan. kalau kalain gak sadar juga. mati ja kalian
2023-10-21
2
guntur 1609
balasan kalain sdh datang petlahan. kalau kalain gak sadar juga. mati ja kalian
2023-10-21
3