Memasuki usia kehamilannya yang ke lima bulan, rasa cemas Alea makin bertambah. Sesuatu yang dua bulan ini ia rahasiakan harus ketahuan juga oleh suaminya.
Pasalnya, Rama yang ingin melihat sendiri hasil USG calon bayinya, memaksa Alea agar kali ini pemeriksaan kandungan wanita itu harus didampingi olehnya.
"Sayang. Sekarang aku punya waktu untuk bisa menemanimu ke dokter kandungan. Kita ke rumah sakit , sekarang, ya!" pinta Rama sambil menyetir mobilnya.
"Apa...? Sekarang?!" sentak Alea dengan jantung berdegup kencang membuat nafasnya memburu bak dikejar setan saat ini.
"Sepertinya, sekarang tidak bisa, sayang. Kenapa mendadak sekali? Kalau mau ketemu dokter itu harus buat janji dulu. Tidak sembarangan datang ke rumah sakit karena dokter kandungan punya jadwal tertentu," ucap Alea mencari alasan.
"Kita bisa datangi ke rumah sakit lain, kalau hanya untuk melakukan USG. Aku hanya ingin menyaksikan langsung perkembangan janin kembarku di layar 4 dimensi itu. Aku tidak penasaran dengan jenis kelamin mereka. Yang penting, aku hanya ingin melihat wujud mereka di dalam rahimmu!" kekeh Rama membuat Alea menyerah.
"Ya Allah. Apakah mimpiku beberapa bulan yang lalu akan menjadi menjadi kenyataan hari ini? Apakah Rama mau menerima anaknya yang terlahir cacat?" mata Alea makin bertambah panas karena bulir bening itu memaksanya untuk menetes.
"Sayang. Kenapa kamu menjadi pendiam? Apakah kamu tidak senang aku mendampingi kamu ke dokter atau kamu tidak ingin aku melihat perkembangan calon bayi kita?" tanya Rama sesekali melirik wajah istrinya yang terlihat gelisah.
"Tidak. Ayo kita lihat calon bayi kembar kita!" Alea mengulas senyum getir. Senyum yang seolah terbit untuk terakhir kalinya pada suaminya.
"Kiamat pernikahanku sudah diambang pintu. Rasanya aku harus lari sejauh mungkin sebelum ia meminta bayi kembarku ini di gugurkan.
Rumah sakit Permata Medika khusus untuk bersalin dan anak yang menjadi tempat kunjungan pasangan ini. Di ruang poli, dokter spesialis kandungan, pasangan ini sedang melakukan konsultasi dengan dokter karena kunjungan dadakan mereka.
"Maaf dokter! Kami baru pertama kali ke rumah sakit ini. Hanya ada sedikit masalah yang kami tidak puas dengan jawaban dokter yang sebelumnya tentang kondisi calon bayi kembar kami.
Untuk itu kami ingin mengetahui perbedaan diagnosa dokter rumah sakit sebelumnya dengan pendapat dokter lain di rumah sakit yang berbeda," ucap Alea sambil menyerahkan hasil pemeriksaan sebelumnya pada dokter yang baru.
"Kamu ngomong apa Alea? Perbedaan hasil apa yang sebelumnya di rumah sakit awal?" tanya Rama.
"Kamu akan tahu sendiri jawabannya setelah dokter melakukan USG 4D pada calon bayi kembar kita, sayang!" ucap Alea menguatkan dirinya.
"Silahkan berbaring nyonya!" pinta dokter Indah pada Alea.
Dengan bantuan seorang suster, Alea naik di atas tempat tidur khusus untuk ibu hamil. Dokter mengoleskan gel di permukaan perut Alea yang sudah makin membesar dua kali lipat seperti kehamilan normal. Wajah dokter Indah terlihat menegang sambil mencari kata-kata yang terbaik untuk memberikan penjelasan kepada pasangan ini.
Sekitar dua menit kemudian, dokter Indah mulai membuka suara untuk menjelaskan hasil temuannya pada calon bayi kembar Alea.
"Maaf Nyonya! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika kalian mempertahankan bayi kembar ini, mungkin mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan atau cacat fisik,"
ucap dokter membuat Rama merasa langit seakan runtuh seketika mendengar pengakuan dokter yang sangat membuatnya syok.
"Tidak. Ini tidak mungkin! Katakan itu tidak benar dokter! Alea...! Tidak mungkin bayi kembar kita akan lahir dalam keadaan cacat bukan?!" bentak Rama pada Alea yang hanya memalingkan wajahnya sambil mengusap air matanya.
Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak keluar meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatnya dengan pikirannya yang terasa buntu saat ini.
"Maaf dokter. Saya permisi..!" pamit Alea buru-buru keluar menyusul suaminya.
Di dalam mobil, Rama bersandar pada jok mobil sambil menengadahkan wajahnya. Hatinya benar-benar hancur mengetahui bayi kembarnya akan lahir dengan tubuh yang cacat. Alea membuka pintu mobil itu dan duduk di sebelah suaminya tetap dalam keadaan bungkam.
"Alea. Aku harap kamu mau mengikuti saran dokter untuk mengugurkan kandunganmu...!" pinta Rama secara baik-baik.
"Kenapa harus dibuang? Bukankah selama ini kita mengharapkan seorang anak yang akan menjadi penghibur kita dan penerus generasi kelurga kamu?" ngotot Alea.
"Tapi bukan anak cacat yang aku harapkan, Alea. Aku saja tidak menginginkan anak cacat, apa lagi kelurgaku. Kamu tahu sendiri, bagaimana sifat mamaku, bukan?" Mana mau dia punya cucu yang cacat yang akan menjadi bahan olokan orang lain? Mau taruh dimana wajahku memiliki anak cacat, Alea?!!" teriak Rama histeris membuat hati Alea terasa terbakar.
Plakkk....
Tamparan keras dari Alea pada Rama membuat rahang suaminya terlempar ke samping.
"Jangan pernah menghina anak kembarku cacat! Jika kamu merasa sangat malu untuk memiliki mereka, baiklah. Kita cerai, Rama! Aku masih sanggup membesarkan mereka tanpa kamu atau siapapun dari keluarga kamu. Aku tahu bagaimana rasanya menjadi anak yang terbuang. Dan aku tidak akan menjadi seorang ibu pembunuh!" kecam Alea.
"Aleaaa...! Apa yang kau harapkan dari anak cacat? Apakah kamu akan menghabiskan hidupmu untuk mengurus mereka? bagaimana kalau kamu tidak panjang umur? Siapa yang akan mengurus mereka, hah?!" bentak Rama murka.
"Allah yang akan mengurus mereka. Allah yang akan mendatangkan orang lain untuk mengurus hidup mereka. Ular yang buta matanya saja, Allah menyuruh kucing untuk memberikan makanan untuk ular di sarangnya dengan membawa bangkai tikus.
Allah menyiapkan banyak nyamuk untuk menghampiri cecak yang hanya bisa merayap untuk memakan nyamuk itu dengan menjulurkan lidahnya. Maha benar Allah atas segala kuasaNya. Apa lagi manusia yang cacat, akan Allah berikan akal yang jenius untuk menutupi kekurangan mereka.
Pegang kata-kataku Rama! Allah yang akan membuat mereka lebih sempurna daripada anak normal dengan bentuk tubuh yang utuh," pekik Alea histeris dengan air mata berderai.
"Baik. Jika kamu lebih memilih kedua anak itu daripada mengikuti saranku, mari kita bercerai!" Pukas Rama membuat Alea hanya bisa beristighfar.
Ia sudah tahu bakalan berakhir seperti ini. Kabar dari dokter saja sudah membuat hatinya remuk. Kini ditambah lagi perkataan suaminya yang seakan mendorongnya ke dalam jurang api yang siap menghanguskan tubuhnya.
"Baik. Mari kita bercerai, Rama! Aku bisa mencari pria lain sepuluh ribu lebih untuk menggantikan tempatmu, namun aku belum tentu mendapatkan karunia dari Allah berupa anak-anak yang istimewa yang sedang aku kandung ini.
Aku ibunya, aku tahu, kalau aku tidak akan mungkin gagal untuk membesarkan mereka. Ayo kita pulang! Dan aku harap jangan pernah. Menyentuhku lagi karena kau sudah menjatuhkan talak satu kepadaku barusan," ucap Alea.
Rama menjalankan mobilnya. Pikirannya sangat kacau hari ini. Ia tidak tahu apakah ucapannya barusan hanya terbawa emosi ataukah menyampaikan perasaannya yang sebenarnya pada Alea. Hanya Allah dan dirinya yang tahu apa yang saat ini ia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Widi Widurai
rama nyerein alea alibi anakny pdhl dr awal dia uda slingkuh
2023-10-09
3
Normahasrul
Halahhhhhhh….trnyta si rama cetek bngt pengetahuan agamanya, yah emang cocok sih dg si Kuntilanak
2023-09-30
1
Ratmi Asly
ya Allah...yg kuat Alea..baby twins semoga sehat setelah di lahirkan...🙏
2023-09-29
2