mata Keira menatap mobil nevano sudah tampak melaju meninggalkan area depan gerbang rumahnya, menghela napas dalam tangannya mendorong gerbang. Melangkahkan kakinya pada pelantaran rumah hingga berhenti sejenak pada pintu
tapak tangan memutar knop lalu mendorong keluar memasuki rumah, sekitar jam tujuh pagi keluarga nya pasti berada di meja makan dan ketika kakinya bergerak ke arah sana, ayahnya tiba tiba saja datang dari arah kamar, diibelakang Abimanyu terdapat Freya dan nelli
Kepalanya tertolong kesamping saat ayahnya langsung datang menamparnya, syok dan nyeri menjalar perih pipinya, tapi tidaklah sakit dengan rasa sakit hatinya, untuk pertama kali dalam hidupnya ayahnya menampar dirinya
Kepalanya kembali menghadap kedepan Matanya tampak berkaca-kaca menatap Abimanyu, mulutnya terkatub rapat dengan bibir melengkung kebawah sedih, netranya menatap takut melihat ayahnya membalas tatapannya dengan alis hampir menyentuh, urat urat nadi tampak mencuat dari rahang
"berapa kali papa bilang jangan berhubungan sama polisi, tapi apa yang kamu buat Keira kamu selalu saja melanggar perintah papa" cecar Abimanyu penuh amarah, tatapannya begitu tajam dan menusuk
perbuatannya selama ini selalu dianggap salah bagi papanya, berhubungan sama polisi bukanlah hal yang disengaja, Keira selalu menghindar dan kemarin salah satunya buktinya bahkan dia sudah mengubur, melupakan niatnya untuk melapor kejadian dibar, selain perintah nevano, ayahnya juga ikut adil kenapa dia tetap diam
"liat kebohongan kamu sekarang kamu malah berhubungan sama polisi. Berbohong sama kami kalau kamu dengan Dona tapi kamu ke bar disana, apa yang kamu cari Keira, kamu mau menjadi pelacur disana!" kali ini papanya membentak dengan menujuk nujuk dirinya, mengatainya dengan kata kotor
Mata Keira melotot dengan tatapan tak percaya ayahnya mengucapkan kata yang tidak pantas dan itu ditujukan padanya "pah!" gumamnya pelan dengan nada rendah, tercengang
Teguran kecil anaknya tidak membuat Abimanyu merasa bersalah ataupun berhenti, malah makin gencar memarahi Keira "kenapa, emang benar kamu mau menjadi pelacur disana menjadi perempuan murahan diperebutkan oleh arka dan Nevano apalagi sebutannya kalau bukan perempuan murahan" hardik ayahnya
"pah aku disana untuk membawa pulang Nathan" seru Keira tidak terima seraya menjelaskan alasannya, deru napasnya bergerak cepat dengan air mata yang kini jatuh membasahi pipinya "kenapa aku selalu salah Dimata papa, aku cuman satu kali disana sedangkan Freya sudah berkali kali tapi papa tidak pernah menegurnya" mata Keira melirik sebentar ke kakaknya saat menyebut namanya lalu kembali membalas tatapan Abimanyu "papa selalu saja membela Freya, tidak membatasi pergaulannya sedangkan aku kapan papa mau adil sama Keira, mau sampai kapan pah, bagi papa dan mama Freya adalah gadis yang suci begitu sedangkan aku kotor!" Keira menghapus air matanya secara kasar selalu merasa tidak adil jika menyangkut mereka berdua
Abimanyu mendengus kasar menggeram penuh amarah, dadanya bergerak naik turun "karena kamu berbeda sama dia, Freya disana tidak berbuat masalah sedangkan kamu baru pertama tapi sudah berhubungan dengan arka"
"aku ngga sengaja menabrak dia, terus melihat dia membawa narkoba aku mau lapo--
Ucapan Keira tidak dilanjutkan saat Abimanyu mengangkat tangan menyuruhnya untuk tidak berbicara lagi
"bukan ini saja kamu berbuat masalah Keira, tapi sudah beberapa kali. Ingat dua kali kamu ditangkap polisi karena ikut demo, berbuat kericuhan disana bertindak anarkis, dan terakhir kamu bohongin kami ke kampus tapi nyatanya kembali ikut demo"
Ucapan ayahnya mengingat kan Keira pada demo beberapa hari yang lalu, tapi yang siapa memberitahu ayahnya "siapa yang beritahu papa, pah aku lakuin itu karena aku wajib melakukan itu, tidak sudah menjadi tugasku jika pem--
"Kamu sama seperti ibumu, pemberontak, keras kepala dan murahan" sela Abimanyu spontan
Kerutan dahi Keira muncul melirik nelli dan Freya kemudian menatap Abimanyu "apa maksud papa?, mama!, papa tau mama kandung aku?" tanyanya mendengar perkataan ayahnya seolah olah sangat mengenal ibu kandungnya
Abimanyu membuang muka tersadar seketika, terdiam cukup lama bingung harus membalas pertanyaan anaknya, dibanding itu belum saatnya Keira mengetahuinya tentang ibu kandungnya "mulai sekarang papa akan semakin ketat sama kamu, papa sendiri yang akan mengantar dan menjemput kamu ke kampus, kamu tidak bisa lagi nongkrong sama teman temanmu mulai sekarang" perintah papanya berbalik meninggalkan Keira dengan seribu pertanyaan
"papa belum menjawab pertanyaanku, papa tau mama kandung Keira?" Keira kembali bertanya belum puas jika Abimanyu belum menjawabnya
Langkah kakinya Abimanyu berhenti sejenak "nevano bilang kamu harus dijaga ketat, dia menjelaskan semuanya, nevano menyewa seorang pengawal dia aka membututi kamu setiap harinya. dan satu hal lagi jangan sampai peristiwa dibar sampai ditelinga keluarga Abraham" pungkasnya tanpa menoleh sama sekali
"nevano, jadi nevano yang memberitahukan semuanya" serunya menatap Abimanyu yang sudah menuju lantai dua "yah gue salah percaya sama dia" gumamnya dengan tatapan dingin, memandang ibu dan kakaknya yang juga sudah pergi
suasana mobil tampak hening, tidak ada sama sekali suara bahkan radio pun tidak diputar hanya terdengar deru kendaraan yang bergerak dan juga kendaraan lain melewati mobil yang mereka tumpangi
Keira menatap luar dengan pikiran melalang buana, disampingnya ada Freya lalu didepan ada ayah dan ibunya, tak lama mobil berhenti bergerak.
"terimakasih" kakinya menapaki aspal, berhenti sejenak untuk menyalin tangan kedua orang tuanya, melambaikan tangan saat mobil kini sudah berputar menuju gedung fakultas ekonomi
setelah mobil sudah menjauh, Keira menghela napas panjang merasa lega, berbalik memasuki gedung fakultasnya karena tidak fokus kakinya malah tersandung pada batu hingga tubuhnya jatuh membentur lantai
"nona ngga papa?" seorang laki laki datang ikut berjongkok menatapnya cemas
keningnya berkerut bingung melihat wajah yang sangat asing "Lo siapa?" tanya Keira menatap pria itu seolah sangat peduli padanya
"maaf nona, saya Teo pengawal pribadi anda yang ditugaskan oleh tuan nevano untuk menjaga nona, shift saya sampai jam 6 sore setelah itu Taylor lah yang akan memantau nona Keira" terang Teo menjelaskan
seharusnya Keira sudah menebak itu, kakinya berusaha berdiri, tapi rasa sakitnya membuatnya kembali duduk
"nona mau saya gendong"
Dengan cepat Keira menggeleng "tidak perlu gue bisa sendiri" walaupun sedikit sakit Keira tetap berusaha bangkit dan berhasil
"Keira Lo kenapa?" Dona tiba tiba datang menunduk melihat kakinya
"bantu gue jalan" pinta Keira, Dona mengangguk cepat membantu mempapah sahabatnya menuju salah satu kursi yang terdapat didalam gedung
Keira mendudukkan bokongnya bersandar pada punggung kursi, begitupun Dona duduk disampingnya
"kei dia siapa?" bisik Dona
netranya mengikuti arah pandang gadis itu melihat Teo yang tengah menelpon dengan seseorang dibalik henpon "pengawal gue" jawabnya mendesah
Dona terbahak-bahak menepuk pundak sahabatnya tak percaya "dia pengawal Lo, gila ya ternyata benar Lo anak orang kaya pake pengawal segala, kenapa ada orang mau jahatin Lo, emang ada!" ledeknya geleng geleng
"ya gitu deh, panjang ceritanya"
Tawa Dona terhenti namun senyum jahilnya masih ada, gadis itu pasti belum percaya dengan ucapan Keira seolah membenarkan bahwa memang ada orang yang niat menjahatinya. Dona berdehem pelan melihat tatapan intimidasi dari Keira "sorry sorry, eh btw kenapa Lo ngga ikut seminar?, padahal kalau Lo ikut bisa saja Lo termotivasi sama perjalanan hidupnya"
"papa gue larang, gue bisa ke kampu cuman kalau jam mata kuliah ada, kalau yang lain ngga bisa" imbuhnya "emang siapa tokohnya kali ini, politisi, pengusaha atau siapa?" tanya Keira tampak tidak minat
"pengusaha kei, ternyata nevano juga membangun perusahaan dibidang teknologi pas dia ceritain sedikit, gila ya kok dia bisa sesukses itu" tukas Dona dengan tatapan kagumnya
"nevano" jeda Keira "Lo gila ya dia sukses karena dia anak orang kaya, semua orang mengenalnya. usaha kalau ada uang dan koneksi pasti kemungkinan sukses bakalan tinggi" dengusnya malas, mengingat kembali gara gara laki laki ayahnya marah padanya, andai saja nevano belum memberitahukan semuanya dan menunggu Keira menjelaskan semuanya mungkin Abimanyu tak semarah itu apalagi sampai mengatainya kata 'murahan'
"gue benci sama dia" tangannya terkepal erat
"Keira"
Kepalanya mendongak mendapati nevano yang menunduk menatapnya khawatir lalu berjongkok didepannya, memeriksa kakinya membuat Keira meringis pelan spontan. kemudian pria itu kembali berdiri mencondongkan tubuhnya, menggendong Keira keluar dari gedung menuju mobil yang terparkir dimana Teo sedang membuka pintu untuknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments