Bab 19
Viral
Aku begitu terkejut melihat sesuatu yang di tunjukan oleh Rara kepadaku. Siaran langsung yang di buat oleh Rara ditonton sekian ratus orang banyaknya. Bahkan dibagikan lagi oleh mereka.
Mendadak video itu pun menjadi Viral. Komentar pun membludak, ada yang menganggap itu hanya sebuah konten namun ada juga yang percaya itu Real terjadi. Tidak hanya itu, banyak juga yang menghujat dan ada pula yang mendoakan.
Sungguh mengerikan kekuatan media. Hanya dalam waktu 1 jam video drama rumah tanggaku tersebar kemana-mana. Jika sudah begini aku pun harus berbesar hati menahan malu jika orang-orang di kantor dan di kampung mengetahui perihal rumah tanggaku.
"Maaf ya In, aku terlalu emosi tadi. Aku pikir hanya dengan cara begitu aku bisa menghentikan tindak kasar yang di lakukan suamimu terhadap mu."
Rara terlihat bersedih, aku tahu dia merasa tidak enak padaku.
"Tidak apa-apa Ra, biar saja itu sudah terlanjur terjadi. Jika tanpa kamu mungkin Mas Heru sudah melakukan KDRT terhadapku."
"Sekali lagi aku minta maaf ya In.." Ujar Rara tampak tulus penuh harap.
Aku menggenggam tangan sahabat ku itu. Sambil tersenyum, aku mengangguk mengiyakan.
***
Keesokan harinya, seperti hari biasa aku berangkat bekerja. Sudah ada yang berbisik-bisik ketika aku menapakan kaki menuju ruanganku. Mungkin mereka sudah melihat video yang tersebar itu.
Sosial media Rara pasti banyak memiliki pertemanan dengan orang-orang kantor. Tidak mengherankan jika mereka secepat ini tahu dan mungkin menggosipkan aku di belakang.
Ku anggap ini ujian berikutnya dari Tuhanku, dalam proses menuju titik kebahagiaanku.
"Pagi Bu Indah..."
"Oh, pagi Pak Jamal."
Tumben-tumbennya Pak Jamal sepagi ini menyapaku ramah. Biasanya hanya formalitas seperti tersenyum saja atau menganggukkan kepala.
Pak Jamal rekan kerjaku dikantor ini. Namun beda ruangan denganku.
"Semangat Bu Indah!"
Lagi-lagi aku di sapa rekan kerja yang biasanya hanya tersenyum ramah.
"Indah!"
Aku tersenyum ketika sampai di ruanganku, Rara antusias menyambutku.
"Kamu tadi malam sampai jam berapa?"
"Jam 9 malam. Dari kosan mu aku langsung pulang kerumah. Jangan khawatir, orang tua ku tidak marah padaku. Sebaliknya, mereka mengajakmu untuk tinggal di rumahku sementara."
"Sampaikan kepada orang tuamu nanti, aku sangat berterima kasih karena beliau begitu peduli kepadaku. Tapi biarlah aku berusaha untuk mandiri."
"Baiklah akan ku sampaikan nanti. Tapi ku harap yang ini kamu jangan menolaknya, ibuku mengajakmu makan di rumahku nanti."
"Baiklah, yang ini aku tidak akan menolaknya."
Aku pun menjalani aktifitas pekerjaan ku seperti biasa. Memfokuskan diri dalam pekerjaan selalu menjadi wadah yang lebih baik dalam menyalurkan pikiran yang sedang kalut.
"Triiiiing....! Triiiiing!"
Gawai ku berdering di sela-sela kesibukan ku. Ku lihat nama 'Ibu Mertua' memanggil disana.
Aku menghela napas. Sepertinya pembicaraan ini akan menjadi panjang. Aku pun memilih keluar ruangan untuk mencari tempat bicara yang cukup nyaman.
"Assalamualaikum Bu..."
"Hei Indah! Apa maksud kamu membuat video itu hah?! Apa kamu sengaja ingin mempermalukan keluarga kami?! Bisa-bisanya kamu berbuat seperti itu. Padahal anakku selalu memikirkan kebaikanmu! Heru sudah mengajakmu tinggal bersama kurang apa lagi?! Dasar tidak tahu di untung!"
Jantungku berdebar-debar hingga memicu darah naik ke ubun-ubun. Bukannya menjawab salam, ibu mertuaku malah memarahiku.
"Bukan saya yang membuat video itu Bu." Jawabku menahan sabar.
"Tetap saja, toh kamu yang bawa tukang video itu ke rumah Heru! Mau mu apa sih?!"
"Dia itu temanku Bu, dia hanya berusaha agar Mas Heru tidak bertindak kasar padaku."
"Hei Indah. Istri yang tidak menurut apa kata suami itu istri yang durhaka! Heru tidak mungkin berlaku kasar sama wanita, dia itu anak baik-baik!"
"Tapi Bu, seandainya temanku itu tidak membuat video itu, Mas Heru pasti....."
"Halah!! Jangan asal nuduh kamu! Buktinya tidak terjadi apa-apa kan?! Ingat ya Indah, kamu itu masih istri Heru! Tidak pantas bagimu berlaku jahat kepada suamimu!"
"Bu, aku sama sekali tidak melakukan apa pun terhadap Mas Heru. Justru Mas Heru dan Wina yang mengusirku dari rumah ku sendiri."
"Rumah, rumah, rumah lagi yang di bahas!! Rumah itu atas nama Heru, ngerti tidak sih kamu ini?!"
"Bu, berapa kali aku harus jelasin, rumah itu pemberian orang tuaku Bu, bukan belian Mas Heru."
"Hei Indah jangan perhitungan kamu! Harta itu milik bersama, wong carinya juga sama-sama. Jangan pelit kamu jadi manusia!"
Astagfirullah...,Ya Tuhan bagaimana aku harus menyikapi Ibu Mas Heru ini? Lama-lama aku bisa mati berdiri jika begini.
"Pokoknya cepat kamu hapus video itu! Ingat, hapus!!"
"Tut, tut, tut"
Panggilan di tutup secara sepihak oleh Ibu Mas Heru.
Bagaimana bisa aku menghapus video satu persatu sedangkan video itu terus menyebar kemana-mana. Ada saja yang bikin kepalaku mau pecah. Semakin kesini semakin terlihat sifat asli keluarga Mas Heru.
Aku lalu membuka aplikasi yang di gunakan Rara yang merekam kejadian kamarin. Karena akun kami saling mengikuti, jadi mudah bagi itu untuk melihat unggahan itu.
Jumlah yang melihat semakin banyak, begitu pula yang membagikannya. Bahkan komentarnya sudah tembus angka ribuan. Bagaimana caraku untuk menghentikan semua itu? Apalagi berita perselingkuhan paling marak digandrungi oleh kaum dunia maya.
Aku membuang napas berat. Terlalu lelah menghadapi persoalan yang itu-itu saja tanpa akhir. Ingin sekali rasanya mempercepat perceraianku tapi ku tahu Pak Sandi sedang dalam proses menangani hal itu.
"Astaga aku lupa menghubungi Bu Rahma tentang kepastian kosannya. Sebaiknya aku hubungi sekarang saja." Gumam ku berbicara sendiri.
Aku pun mencari kontak Bu Rahma, lalu segera menghubungi wanita paruh baya itu.
"Assalamualaikum Bu..." Salam ku begitu panggilan di angkat.
"Waalaikumsalam siapa ya?" Tanya Bu Rahma yang terdengar bingung.
"Saya Indah Bu, yang kemarin siang melihat kosan Ibu." Kataku mencoba mengingatkan
"Oalah, iya, iya, iya. Baru juga kemarin kok cepet sekali saya lupanya. Hehehe..."
"Tidak apa-apa, saya maklumi. Oh ya Bu, saya menelpon ingin meminta maaf karena sepertinya saya belum berjodoh dengan kosan milik Ibu." Tuturku sedikit merasa tidak nyaman.
"Oh ya, tidak apa-apa Nak. Berarti belum rejekinya Ibu."
"Sekali lagi saya mohon maaf, dan terima kasih Ibu kemarin sudah menyempatkan waktu luangnya kemarin."
"Iya Nak. Tidak apa-apa."
"Baiklah Ibu. Hanya itu saja yang ingin saya sampaikan. Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..."
Aku pun mematikan panggilan setelah mendengar jawaban salam dari Bu Rahma di seberang sana. Sukurlah urusan kosan sudah beres. Apa jadinya bila aku sampai terlupa. Tentu Bu Rahma gelisah menunggu kabar dari ku. Astagfirullahaladzim, untung saja aku ingat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Quen
Sumpah si indah bego banget ya kalau masih bucin ga usah sok soan minta cerai kasih ajah semua harta yang lo punya buat si heru dan keluarganya dan lu jadi babu dan sapi perah mereka mana tuh cinta
2024-05-03
3
Titis Setiyowatiu7
indah bulol bucin tolol
2023-09-14
2
Dwi kristina
,indah oon
2023-09-04
2