Bab 6 Bertemu Teman Masa Kecil

Bab 6

Bertemu Teman Masa Kecil

Setelah melakukan sholat subuh, aku membantu Ibuku beres-beres rumah. Mencuci piring lalu menyapu dan mengepel lantai yang terbuat dari kayu. Sedangkan ibuku menyiapkan sarapan untuk kami.

Udara masih segar terhirup karena lingkungan disini masih sangat asri. Banyak terdapat pohon karet yang menjadi ladang warga sekitar untung mencari nafkah dengan menoreh getah dari pohon tersebut tampak menjulang di sisi barat tak jauh dari rumah ku. Lalu ada juga kebun singkong yang tampak subur di tepian jalan.

Beberapa warga memanfaatkan tanah orang tuaku dengan berkebun. Mereka membagi hasil kebunnya kepada orang tua ku sebagai tanda terima kasih atas di pinjamkannya tanah kosong kepada mereka.

Ayah juragan tanah yang terkenal di kampung ini. Tapi itu tidak membuat Ayah sombong dan menjadikannya lupa diri. Hasil panen yang di bagi ke Ayah, hanya sedikit saja yang di ambil untuk keperluan sehari-hari. Sisanya Ayah jual dan uangnya Ayah belikan obat untuk menyemprot hama tanaman dan itupun di berikan kembali kepada warga.

"Sarapan dolok In." Ujar Ibuku menawarkan Teh dan beberapa jenis kue yang tersaji di meja.

"Nanti Mak. Agik hari maseh bagus dan segar, Indah nak jalan-jalan sebentar." Ujar ku setelah meletakkan pengepel lantai pada tempatnya.

"Aaa..., sekalian boleh kau tengok ladang dan kebon Ayah Engkau. Kelak di wariskan, kau tahu ladang ape dan dimane tempatnye."

"Hehehe, ade sertifikat tak perlu repot-repot mak. Letak dan ukurannye pon dan jelas. Indah jalan-jalan nak cari udara segar je. Biar hilang sikit penat di hati Indah." Ujar ku tersenyum kepada Ibuku.

Ibuku memang orang tua kolot yang mungkin cara bicaranya sedikit bebas tanpa etika. Tapi dibalik itu semua, dirinya tetaplah seorang ibu yang penuh kasih sayang.

"Oh, Emak tak paham surat menyurat. Baeklah, pegilah nak. Tapi, sarapanlah dolok."

"Iye Mak."

Setelah menikmati sarapan, aku membersihkan diri dengan mandi lalu berpakaian santai dan mulai menjelajahi kampung halamanku.

Ada cabang sungai kecil di kampung ku. Warga disini sebagian masih menggunakan perahu sampan untuk mereka pergi bekerja, itu bagi mereka yang tidak mempunyai kendaraan. Lagi pula jalan masih berbentuk tanah asal dan sempit . Belum ada pembangunan jalan aspal di sebagian jalan-jalan menuju ladang atau perkebunan. Karena letak ladang berada di hulu sungai, mereka lebih mudah menjangkaunya dengan perahu sampan.

"Assalamualaikum Indah."

Suara seorang wanita mengalihkan pandanganku dari air sungai yang mengalir ke muara.

"Waalaikumsalam, oh Dini."

Ternyata wanita yang menyapa ku adalah Dini. Salah satu teman masa kecilku dulu.

Kami bersalaman dan berpelukan sesaat. Senang rasanya bertemu teman masa kecil. Walau kami sudah jauh berubah, tapi mengingat kenangan lama selalu membuatku tersenyum.

"Dah lame kite tak jumpe. Kapan kau datang In?"

"Semalam Din. Iya dah lame rasenye. Kau nak pegi ke ladang ke Din?" Tanya ku melihat Dini membawa tabung penyemprot tanaman di punggungnya.

"Iye In. Bang Iwan minta aku bawakan tabung. Kau sehat In?"

"Alhamdulillah iye Din, seperti yang kau tengok." Jawabku sambil tersenyum.

"Sukorlah, Alhamdulillah. Anak kau dah berape In?"

Sesaat aku terdiam sebelum akhirnya menjawab.

"Belum di kasih Din. Kau sorang dah berape?" Tanya ku balik. Karena setahu ku, Dini pernah di kabarkan Ibu ku sudah melahirkan.

"Baru satu In, agik di asuh same neneknye. Lagi pon bang Iwan belum dapat lagi kerjaan yang tetap. Untok momongan lagi, tunda dolok, hehe.. Jadi Kapan kau balek ke kote?"

"InsyaAllah siang ini kalau tak ade halangan."

"Cepatnye?! Padahal aku nak cakap lebeh lame lagi, tapi aku pon harus segere ke ladang."

"Hehehe, lain waktu kite bise ngobrol santai aku pon mungkin akan kerap balek ke kampong."

"Mun kau datang agik, mainlah kerumah aku. Bang Dani pasti tak tentu tidok bile kau datang. Hehehe..."

"Kenape?" Tanya ku bingung.

"Haish! Tak kan kau tak tahu abangku itu pernah suke kan engkau?" Kata Dini sambil melirik ku dengan senyum cengirnya.

"Huss! Tak baek ngerjekan abang sorang. Kualat kau nanti."

"Hehehe..." Tawa Dini nyengir. "Maap ye In, aku pengen cakap lebih lame tapi tak bise karene aku nak ke ladang dolok ngantarkan tabung ni."

"Ye lah, Din. Lain waktu aku main kerumah Engkau. Sampai kan salamku buat Emak dan Ayah engkau."

"Bang Dani tadak ke? Kasihan..." Ucap Dini meledek.

"Heh, jangan nak mengade-ngade."

"Hehehe, ye lah. Assalamualaikum In."

"Waalaikumsalam Din."

Aku tersenyum melihat punggung Dini yang semakin menjauh. Sifatnya yang suka mengejek dari dulu tidak pernah berubah. Dia wanita periang dan aku suka berteman dengannya. Yah, walaupun aku sering menjadi bahan candaannya karena abangnya Dani yang menyukai ku dulu.

Dani entah apa bagaimana kabarnya sekarang. Dulu aku memang mengetahuinya kalau dia menyukaiku, walau dia sendiri tidak mengatakannya padaku. Aku mengetahuinya secara tidak sengaja ketika Dani berbicara pada salah seorang temannya.

Ketika itu aku sedang mengantarkan obat hama ke rumah Rudi. Ibunya mengajak ku masuk ke dapur untuk membawa sedikit hasil panen pulang ke rumah. Ayah Rudi adalah salah satu orang yang meminjam lahan milik Ayahku. Jadi sudah menjadi tradisi bagi mereka membagi hasil panennya kepada pemilik tanah. Tiba-tiba Dani dan Rudi datang dan mengobrol di teras tanpa tahu ke hadiranku. Dani meminta saran kepada Rudi bagaimana sebaiknya menyatakan perasaannya kepadaku mengingat aku yang sebentar lagi akan kuliah ke kota.

Saat itu hatiku berdebar. Aku tidak menyangka Dani menyimpan rasa terhadapku. Namun karena aku yang ingin fokus untuk menggapai cita-citaku, aku menutup mata dan telingaku terhadap Dani. Yah, karena saat itu pun Dani tidak pernah mengungkapkan isi hatinya. Jadi ku anggap aku tidak pernah tahu akan perasaannya. Setelah itu, aku mengatakan tujuanku kepada Dini adiknya, dan mungkin Dani pun mendengar dari bilik kamarnya.

Apalagi ketika tersebar kabar aku menikah dengan Mas Heru, Dani seperti hilang di telan bumi kabarnya. Terakhir Dini mengatakan kalau abangnya itu pergi merantau ke kota setelah mendengar pernikahanku.

Kurang lebih begitu lah masa lalu ku tentang cinta Dani. Kalau pun aku berpisah dengan Mas Heru kelak, aku juga belum ingin berumah tangga kembali mengingat sakitnya bahtera rumah tangga yang aku jalani.

"Indah!"

Suara yang tidak asing dan sudah lama tidak aku dengar. Aku pun menoleh melihat siapakah gerangan.

"Dani!"

Aku manatap Dani dari atas sampai bawah. Aku hampir saja tidak mengenali dirinya yang berubah banyak dari yang dulu. Tidak ada lagi Dani kurus tinggi menjulang dengan baju kaos oblong biasa. Dani yang ada di depanku sekarang adalah sosok yang tinggi tegap dengan tubuh perfect dan rambut yang terisisir tapi. Walau tubuhnya di tutupi kemeja, tapi aku yakin tubuhnya yang di bentuk dengan rajin berolahraga. Karena perbedaan usia kami hanya terpaut 1 tahun, aku memanggilnya dengan nama.

Tapi, bukannya Dani merantau ke kota? Kenapa dia ada di sini?

"Assalamualaikum Indah. Aku kire salah lihat orang. Nyatenye benar-benar kau Indah."

Ucapan salam yang di ucapkan Dani membuyarkan lamunanku.

"Wa.. Waalaikumsalam Dani." Aku jadi terbata-bata karena tak mengira akan bertemu Dani di sini.

"Ape kabar Indah. Ape kau balek ngunjungi Ayah dan Emak engkau? Di mane suami engkau ?"

"Alhamdulillah, aku baek. Suami...suamiku di Surabaya sedang dinas disane."

Ya, suamiku sedang dinas dengan wanita lain. Kalau kamu tahu, kamu pasti menertawakan ku Dan.

Sesaat rasa canggung hadir di antara kami ketika tatapan mata kami bertemu. .

"Mainlah kerumah, Dini pasti suke bise bejumpe agik dengan engkau."

"Tadi aku dah bejumpe tanpe sengaje. Nantilah, lain waktu aku main ke rumah nak nyape Abah Ihsan dan Mak Jainab sekalian."

"Mm... Baeklah kalau begitu."

Aku merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini.

"Permisi Dan. Aku pamit balek dolok, Emak mungkin dah cemas karena aku keluar dari pagi hari tadek."

"Ye lah. Senang bise jumpe kau agik. Hati-hati di jalan In." Ujar Dani sambil tersenyum.

"Assalamualaikum..." Ucap ku pamit sambil tersenyum membalas senyuman Dani.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh..."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

SR.Yuni

SR.Yuni

baca ini berasa nonton upin Ipin....😀👍👍

2023-09-19

4

Deliza Yuseva

Deliza Yuseva

bagus ..
mengenalkan bahasa daerah .

2023-08-24

1

🍌 ᷢ ͩBening🍆

🍌 ᷢ ͩBening🍆

nahhhh.... cinta masalalu nongol...😌🤭

2023-07-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Wanita Lain
2 Bab 2 Memilih Pergi
3 Bab 3 Tidak Tahu Diri
4 Bab 4 Keras Kepala
5 Bab 5 Ke Rumah Orang Tua
6 Bab 6 Bertemu Teman Masa Kecil
7 Bab 7 Pulangnya Mas Heru
8 Bab 8 Tamu Tak Di Undang
9 Bab 9 Saran Ibu Mertua
10 Bab 10 Di Bully Keluarga Suami
11 Bab 11 Atasan Keladi
12 Bab 12 Bersama Rara
13 Bab 13 Tetangga Rese
14 Bab 14 Di Usir Dari Rumah Sendiri
15 Bab 15 Mencari Tempat Tinggal Baru
16 Bab 16 Mengambil Koper
17 Bab 17 Mengambil Barang
18 Bab 18 Di Bela Tetangga Julid
19 Bab 19 Viral
20 Bab 20 Ganti Rugi
21 Bab 21 Konsultasi Cerai
22 Bab 22 Curhat
23 Bab 23 Berdebat Di Medsos
24 Bab 24 Sidang Pertama
25 Bab 25 Bertemu Dani
26 Bab 26 Keluarga Heru
27 Bab 27 Terbakar Api Cemburu
28 Bab 28 Tidak Rela
29 Bab 29 Heru Berbuat Ulah
30 Bab 30 Jatuhnya Talak
31 Bab 31 Calon Janda
32 Bab 32 Wellcome To Janda
33 Bab 33 Di Jual
34 Bab 34 Panik
35 Bab 35 Terciduk
36 Bab 36 Bukan Lemah Hanya Ingin Berbuat Baik
37 Bab 37 Maling Teriak Maling
38 Bab 38 Penangkap Heru
39 Bab 39 Dipecat
40 Bab 40 Di Penjara
41 Bab 41 Sebuah Pilihan
42 Bab 42 Ijin Kepada Orang Tua
43 Bab 43 Kehidupan Baru Di Mulai
44 Bab 44 Visi Misi Baru
45 Bab 45 Calon Idaman
46 Bab 46 Pilihan Hidup
47 Bab 47 Ajakan Selingkuh
48 Bab 48 Sok Kenal Sok Dekat
49 Bab 49 Keluarga Toxic
50 Bab 50 Semakin Di Kejar Semakin Menjauh
51 Bab 51 Ketahuan
52 Bab 52 Insiden Yang Di Sengaja
53 Bab 53 Bertemu Wanita Di Mini Market
54 Bab 54 Awal Pembalasan Wina
55 Bab 55 Rumah Tangga Fandi Dan Mira
56 Bab 56 Hang Out
57 Bab 57 Musnah Harapan
58 Bab 58 Usaha Lagi
59 Bab 59 Sebuah Permintaan
60 Bab 60 Bukan Keinginan
61 Bab 61 Apakah Keputusanku Salah
62 Bab 62 Anak
63 Bab 63 Kabar Duka
64 Bab 64 Perasaan Apa ini
65 Bab 65 Ini Penyebabnya
66 Bab 66 Mengumumkan Kepada Keluarga
67 Bab 67 Rencana Pernikahan Kontrak
68 Bab 68 Salah Orang
69 Bab 69 Makan Siang Bertiga
70 Bab 70 Saingan
71 Bab 71 Siska Meradang
72 Bab 72 Ke Kalimantan
73 Bab 73 Restu
74 Bab 74 Bertemu Ratih
75 Bab 75 Pulau Lemukutan
76 Bab 76 Tamu Yang Bikin Pusing
77 Bab 77 cari Pasangan Untuk Ratih
78 Bab 78 Kenikmatan Yang Salah
79 Bab 79 Perdebatan Kakak Dan Adik
80 Bab 80 Menikah
81 Bab 81 Nikah Dadakan
82 Bab 82 Sah
83 Bab 83 Ternyata Benar
84 Bab 84 Honey
85 Bab 85 Pacaran Setelah Menikah
86 Bab 86 Dimanja
87 Bab 87 Siska Lagi
88 Bab 88 Pengasuh Almira
89 Bab 89 I love You
90 Bab 90 Candu Baru
91 Bab 91 Bingung Judulnya Apa
92 Bab 92 Kehilangan
93 Bab 93 Gara-gara DM
94 Bab 94 Resepsi
95 Bab 95 Bertemu Kunti
96 Bab 96 Dunia Memang Sempit
97 Bab 97 Kehadiran Siska
98 Bab 98 Keputusan Berat
99 Bab 99 Almira Sakit
100 Bab 100 Kemelut Di Rumah Sakit
101 Bab 101 Getaran
102 Bab 102 Ajakan Menikah
103 Bab 103 Melamar Nuning
104 Bab 104 Boom Waktu Menunggu
105 Bab 105 Sedang Bersama
106 Bab 106 Kebahagiaan Dan Air Mata
107 Bab 107 Bukan Tanggung Jawabku
108 Bab 108 Informasi
109 Bab 109 Tanggung Jawab
110 110 Mau Tidak Mau, Mau Juga
111 111 Naninu
112 Bab 112 Hamil
113 Bab 113 Nambah Saingan
114 Bab 114 Rencana Pindah
115 Bab 115 Melahirkan
116 Bab 116 Pindah
117 Bab 117 Bertemu Tanpa Sengaja
118 Bab 118 Bogem Mentah
119 Bab 119 Menyerah Saja
120 Bab 120 Akhir Yang Bahagia (End)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1 Wanita Lain
2
Bab 2 Memilih Pergi
3
Bab 3 Tidak Tahu Diri
4
Bab 4 Keras Kepala
5
Bab 5 Ke Rumah Orang Tua
6
Bab 6 Bertemu Teman Masa Kecil
7
Bab 7 Pulangnya Mas Heru
8
Bab 8 Tamu Tak Di Undang
9
Bab 9 Saran Ibu Mertua
10
Bab 10 Di Bully Keluarga Suami
11
Bab 11 Atasan Keladi
12
Bab 12 Bersama Rara
13
Bab 13 Tetangga Rese
14
Bab 14 Di Usir Dari Rumah Sendiri
15
Bab 15 Mencari Tempat Tinggal Baru
16
Bab 16 Mengambil Koper
17
Bab 17 Mengambil Barang
18
Bab 18 Di Bela Tetangga Julid
19
Bab 19 Viral
20
Bab 20 Ganti Rugi
21
Bab 21 Konsultasi Cerai
22
Bab 22 Curhat
23
Bab 23 Berdebat Di Medsos
24
Bab 24 Sidang Pertama
25
Bab 25 Bertemu Dani
26
Bab 26 Keluarga Heru
27
Bab 27 Terbakar Api Cemburu
28
Bab 28 Tidak Rela
29
Bab 29 Heru Berbuat Ulah
30
Bab 30 Jatuhnya Talak
31
Bab 31 Calon Janda
32
Bab 32 Wellcome To Janda
33
Bab 33 Di Jual
34
Bab 34 Panik
35
Bab 35 Terciduk
36
Bab 36 Bukan Lemah Hanya Ingin Berbuat Baik
37
Bab 37 Maling Teriak Maling
38
Bab 38 Penangkap Heru
39
Bab 39 Dipecat
40
Bab 40 Di Penjara
41
Bab 41 Sebuah Pilihan
42
Bab 42 Ijin Kepada Orang Tua
43
Bab 43 Kehidupan Baru Di Mulai
44
Bab 44 Visi Misi Baru
45
Bab 45 Calon Idaman
46
Bab 46 Pilihan Hidup
47
Bab 47 Ajakan Selingkuh
48
Bab 48 Sok Kenal Sok Dekat
49
Bab 49 Keluarga Toxic
50
Bab 50 Semakin Di Kejar Semakin Menjauh
51
Bab 51 Ketahuan
52
Bab 52 Insiden Yang Di Sengaja
53
Bab 53 Bertemu Wanita Di Mini Market
54
Bab 54 Awal Pembalasan Wina
55
Bab 55 Rumah Tangga Fandi Dan Mira
56
Bab 56 Hang Out
57
Bab 57 Musnah Harapan
58
Bab 58 Usaha Lagi
59
Bab 59 Sebuah Permintaan
60
Bab 60 Bukan Keinginan
61
Bab 61 Apakah Keputusanku Salah
62
Bab 62 Anak
63
Bab 63 Kabar Duka
64
Bab 64 Perasaan Apa ini
65
Bab 65 Ini Penyebabnya
66
Bab 66 Mengumumkan Kepada Keluarga
67
Bab 67 Rencana Pernikahan Kontrak
68
Bab 68 Salah Orang
69
Bab 69 Makan Siang Bertiga
70
Bab 70 Saingan
71
Bab 71 Siska Meradang
72
Bab 72 Ke Kalimantan
73
Bab 73 Restu
74
Bab 74 Bertemu Ratih
75
Bab 75 Pulau Lemukutan
76
Bab 76 Tamu Yang Bikin Pusing
77
Bab 77 cari Pasangan Untuk Ratih
78
Bab 78 Kenikmatan Yang Salah
79
Bab 79 Perdebatan Kakak Dan Adik
80
Bab 80 Menikah
81
Bab 81 Nikah Dadakan
82
Bab 82 Sah
83
Bab 83 Ternyata Benar
84
Bab 84 Honey
85
Bab 85 Pacaran Setelah Menikah
86
Bab 86 Dimanja
87
Bab 87 Siska Lagi
88
Bab 88 Pengasuh Almira
89
Bab 89 I love You
90
Bab 90 Candu Baru
91
Bab 91 Bingung Judulnya Apa
92
Bab 92 Kehilangan
93
Bab 93 Gara-gara DM
94
Bab 94 Resepsi
95
Bab 95 Bertemu Kunti
96
Bab 96 Dunia Memang Sempit
97
Bab 97 Kehadiran Siska
98
Bab 98 Keputusan Berat
99
Bab 99 Almira Sakit
100
Bab 100 Kemelut Di Rumah Sakit
101
Bab 101 Getaran
102
Bab 102 Ajakan Menikah
103
Bab 103 Melamar Nuning
104
Bab 104 Boom Waktu Menunggu
105
Bab 105 Sedang Bersama
106
Bab 106 Kebahagiaan Dan Air Mata
107
Bab 107 Bukan Tanggung Jawabku
108
Bab 108 Informasi
109
Bab 109 Tanggung Jawab
110
110 Mau Tidak Mau, Mau Juga
111
111 Naninu
112
Bab 112 Hamil
113
Bab 113 Nambah Saingan
114
Bab 114 Rencana Pindah
115
Bab 115 Melahirkan
116
Bab 116 Pindah
117
Bab 117 Bertemu Tanpa Sengaja
118
Bab 118 Bogem Mentah
119
Bab 119 Menyerah Saja
120
Bab 120 Akhir Yang Bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!