Bab 3
Tidak Tahu Diri
Sebuah Hotel menjadi pilihan tempatku berlabuh malam ini. Menumpahkan segala kesedihan hatiku seorang diri. Menangis, meraung tersedu-sedu tak juga meredakan rasa sakit yang kian mendera hati.
Tega sekali suamiku sampai menikah lagi tanpa ijin dariku. Mengkhianati cinta kami yang telah di bina selama 3 tahun ini.
Terlintas kenangan saat kami belum menikah dulu. Aku hanyalah seorang wanita biasa yang bekerja di sebuah perusahan swasta. Bertemu dengan Mas Heru secara kebetulan di sebuah rumah makan pada jam istirahat yang sama. Karena sering bertemu tanpa sengaja, kami mulai jatuh cinta dalam setiap menatap mata.
Berawal dari keberaniannya untuk menyapaku dan meminta ijin untuk duduk semeja denganku. Perlahan kami mulai dekat dan mengenal satu sama lain. Hingga suatu hari lamaran datang padaku. Betapa bahagianya aku akan menjadi seorang isteri dari kekasih hati yang selalu bersamaku selama hampir 6 bulan lamanya.
Mas Heru bekerja sebagai PNS di sebuah instansi pemerintah. Dan karena itu orang tuaku langsung menerima lamarannya pada saat itu. Terkesan matre itu benar, tapi bagiku bukan pekerjaan Mas Heru yang membuat aku jatuh cinta padanya. Tapi dari cara dia yang memperlakukan aku dengan penuh perhatian dan kasih sayang, membuat aku terbuai akan cinta yang dia miliki.
Terdengar kumandang adzan menggema membelah langit membuyarkan lamunanku. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 18.55 menandakan sudah masuk sholat Isya'. Lekas ku bangkit untuk membersihkan diri dan bersimpuh pada sang Ilahi.
Kembali air mata ini menganak bagai sungai ketika doa-doa mulai aku lantunkan. Berserah diri terhadap keputusan terbaik Allah atas kehidupanku setelah ini.
Dering gawaiku sedari tadi tak berhenti berbunyi, puluhan panggilan tak terjawab dan deretan pesan dari Mas Heru memenuhi layar gawaiku, ketika aku meraih benda pipih itu selesai menunaikan kewajibanku.
[Indah kamu dimana?]
Untuk apa dia mencoba menghubungi ku kembali?
Kubaca satu persatu isi pesan Mas Heru tanpa berniat untuk membalasnya.
[Indah maafkan Mas yang tidak berani jujur padamu. Mas salah, mas begitu karena tidak ingin kehilangan kamu Indah]
Sekali pun kamu jujur kamu tetap akan kehilangan aku Mas. Aku tak ingin dimadu, batin ku kecewa.
[Indah kamu dimana sayang, Mas janji setelah membujuk Wina, Mas akan pulang selama 2 minggu ke rumah kita]
Bukankah kata-kataku sudah jelas, bahwa aku menunggu surat perceraian kami. Untuk apa dia kembali ke rumah setelah menorehkan sejuta luka di hati.
Gawaiku langsung kumatikan. Tak sanggup lagi membaca pesannya yang terus mengucap kata maaf tapi tidak berani bersikap tegas.
Aku berencana langsung pulang ke Kalimantan esok pagi. Biar lah malam ini kamar sunyi dan sepi ini menemani hati yang tersakiti.
Tidak terasa waktu terus bergulir. Kepalaku terasa berat ketika kumandang adzan subuh mulai terdengar. Tidak sedetik pun mata ini dapat terpejam memikirkan pengkhianatan Mas Heru kepadaku.
Kembali air mata ini menganak sungai dalam doa subuhku. Hanya kepada Allah aku menumpahkan segala sesak di dada ini. Tak sanggup rasanya mengatakan apa yang menimpa rumah tanggaku kepada Ayah dan Ibu di kampung. Biarlah luka ini ku coba obati sendiri dengan bersandar kepada Yang Maha Kuasa.
Kepala ku yang semakin berat dan pusing tak menghentikan langkahku. Aku tetap memaksakan diri untuk segera pulang pagi itu juga.
Koper ku tarik kembali meninggalkan Hotel menuju bandara. Sampai di bandara kepalaku semakin terasa berat dan terus berputar hingga akhirnya pandangan mulai gelap dan aku ambruk tidak sadarkan diri.
***
Ruang berwarna cat putih menyapaku saat mata ini terbuka. "Dimana aku?" Gumam ku.
"Indah, kamu sudah sadar?"
Mas Heru! Dan dimana ini? Batinku bertanya-tanya.
Entah bagaimana dia bisa ada disini, aku masih bingung. Terakhir yang aku ingat aku sedang berada di bandara dan bersiap untuk cek in.
"Ough...!"
Aku memegang kepalaku yang masih terasa berat dan pusing.
"Jangan banyak bergerak dulu Indah, tensi darahmu tadi rendah. Asam lambungmu naik, sepertinya kamu tidak makan kemarin."
Bagaimana aku bisa menelan makanan Mas, jika hatiku hancur tak berkeping oleh perbuatan mu.
"Jangan sentuh aku Mas!"
Perintahku ketika Mas Heru ingin menggenggam tanganku dan aku menepisnya.
"Kamu masih isteriku Indah, dan kamu sedang sakit. Wajar jika aku khawatir."
Oh Tuhan, aku baru saja sadar dan ia mengajak ku untuk berdebat. Belum jelaskah ucapanku kemarin itu?!
Aku berusaha mengumpulkan hati dan tenaga untuk berlawan kata-kata dengan Mas Heru.
"Kenapa kamu tidak khawatir saat berniat menikah lagi Mas? Bukankah sudah pasti hal seperti ini bakal terjadi?" Sarkasku.
"Maafkan aku Indah, aku pikir kamu wanita yang kuat. Bahkan aku tinggal beberapa bulan pun kamu masih sanggup menahan."
Enteng sekali jawabnya. Apa dia pikir aku wanita super?! Aku juga punya keterbatasan meski aku berusaha untuk tetap menjadi wanita tangguh di mata orang-orang.
"Menahan apa Mas? Kamu jangan berasumsi sendiri sedangkan kamu tidak tahu apa yang aku rasakan." Kataku yang menatap Mas Heru dengan penuh kekecewaan.
"Aku tahu aku salah Indah, tapi mengerti lah, ini semua sudah terjadi. Apa salahnya kita mencoba untuk tinggal bersama-sama? Aku janji, aku akan bersikap adil padamu dan juga Wina."
Wajah Mas Heru tampak yakin dan memelas.
"Mudah bagimu berbicara Mas, karena kesenangan dan kebahagian hanya kamu yang merasakan. Tapi aku, aku terluka Mas! Sakit hati ini dan menderita atas kebahagiaanmu! Dari sini kamu sudah tidak adil kepadaku, apalagi seterusnya."
Ku keluarkan isi hatiku yang kecewa atas prilaku Mas Heru.
Mas Heru tampak menghela napas.
"Maafkan aku Indah, aku punya alasan kenapa menikah lagi."
Terus saja Mas Heru mengucapkan kata maaf dari mulutnya. Tetapi aku merasa muak mendengarkannya. Mungkin karena hati ini terlalu sakit hingga mulai mengikis rasa cinta yang dulu ada untuk Mas Heru.
"Apapun alasanmu tidak dibenarkan jika menikah lagi tanpa ijin isterimu terlebih dahulu Mas. Sudahlah, tinggalkan aku. Bukankah aku sudah meminta surat cerai darimu? Persiapkanlah dari sekarang!" Ucap ku dengan nada sedikit keras karena ingin menyudahi pembicaraan ini.
Aku ingin ia segera meninggalkan ruangan ini, karena hatiku sakit setiap kali melihat wajahnya.
"Tidak mudah menjalani kehidupan sebagai janda Indah, sebaiknya kamu pikirkan lagi."
"Tidak mudah jika hidup bersandar sama orang lain Mas. Tidak mudah jika tidak menjaga prilaku dan sikap di kehidupan bermasyarakat. Tapi tidak untukku Mas. Berjauhan dari mu aku tetap menjaga sikap dan prilaku ku. Aku juga punya pekerjaan. Lalu apa bedanya saat kita LDR dan saat kita berpisah kelak. Hanya status yang membedakan bukan?"
"Keras kepala!" Sarkasnya.
"Iya aku keras kepala, dan itu karena kamu Mas! Selama ini aku nurut saja apa katamu. Tapi sekarang tidak lagi, karena aku sudah kecewa padamu!"
Aku berusaha menahan air mata agar tidak tumpah karena telah berembun di pelupuk mata.
Semakin banyak bicara semakin kata-kata kasar yang ku lontarkan padanya.
Hati ini terlalu sakit untuk memaafkan perbuatan Mas Heru. Aku paling tidak terima pengkhianatan dan juga KDRT bila itu sampai terjadi.
Bersambung...
Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
guntur 1609
lah klu pns. lapor ke kantornya
2024-01-07
2
Olla Malaika
PNS gak boleh poligami tanpa izin istri,ayo buat ia dipecat dan sengsara dg gundiknya
2023-12-15
2
Riskiansah Riski
jangan lammah karna seorg lakilaki
2023-11-27
1