Bab 20
Ganti Rugi
Beberapa hari kemudian video viral Mas Heru terlihat berkurang malah hampir susah di temukan. Sepertinya Mas Heru menyewa seorang IT untuk menghapus video itu.
Baguslah, itu berarti aku tidak perlu lagi menerima hujatan dan makian dari Ibu dan adik Mas Heru. Selama video itu muncul, hampir setiap hari mereka selalu mengirim pesan yang tidak jelas kepada ku. Membuat konsentrasi ku pecah saja saat sedang bekerja.
Dan sepertinya hari ini aku bisa fokus kembali bekerja. Walau masih saja ada pembicaraan mengenai video yang viral itu di kantor, tapi aku berusaha untuk tidak terpengaruh sedikit pun. Aku yakin seiring waktu berjalan, lambat laun orang akan bosan membicarakan itu-itu terus dan akhirnya akan hilang dengan sendirinya.
Tanpa terasa jam makan siang pun menghampiri. Aku dan Rara berencana makan di sebuah rumah makan yang tidak berada jauh dari kantorku.
"Indah...!" Suara seseorang yang ku kenal memanggilku.
Mas Heru! Mau ngapain dia kekantor ku?! Batin ku.
Mendadak hati ini merasa tidak tenang. Apalagi setiap perjumpaan kami tidak pernah berakhir dengan tenang. Selalu saja ada yang di ributkan, dan itu karena Mas Heru.
Mas Heru berjalan mendekatiku. Dan Rara pun tidak mau jauh dari ku. Aku tahu dia berusaha menjaga diriku. Mungkin takut terjadi hal yang tidak di inginkan seperti tindak kekerasan.
"Aku ingin bicara denganmu." Ujar Mas Heru lagi.
"Disana saja."
Ajakku kepada Mas Heru tanpa dia menyetujui atau tidak tapi kaki ku sudah melangkah menuju taman kantor yang tidak terlalu ramai di lalui orang-orang kantor.
Rara juga mengikuti. Namun kali ini dia sedikit menjauh untuk memberikan ruang privasi untukku dan Mas Heru.
"Ada apa Mas? Waktu istirahatku tidak lama." Kataku malas ingin cepat mengakhiri pertemuan dadakan itu.
"Kamu tahu dampak dari video itu sudah sangat merugikanku. Hampir setiap hari aku mendapat telpon dari siapa saja, bahkan Wina tidak berani keluar rumah karena video itu. Kehamilannya terganggu, akibat pikirannya tidak tenang. Apa kamu sampai ingin mencelakai calon bayiku juga? Tega sekali kamu Indah!"
Aku terkejut mendengar penuturan Mas Heru. Demi Tuhan, tidak ada niat ku mencelakai anak yang tidak berdosa itu. Kejadian itu mengalir begitu saja, dan itu pun bukan karena aku yang memvideokan.
Aku juga tidak bisa menyalahkan Rara yang mencoba menolongku. Semua ini hanya sebuah kebetulan karena keadaan semata.
"Kamu jangan menuduhku begitu Mas. Sedikit pun tidak ada niatku untuk mencelakai anak kalian." Ungkap ku jujur.
"Kalau begitu kamu harus ganti rugi!" Perintah Mas Heru penuh penekanan.
"Apa maksudmu Mas, ganti rugi apa?" Aku bingung mendengar ucapan Mas Heru.
"Ganti rugi atas semua akibat dari kejadian video itu! Kalau saja kamu mau berbagi atap dan tidak mengambil barang-barang mu itu, tentu hal memalukan seperti ini tidak perlu terjadi. Dan aku tidak akan merugi."
Ya Tuhan, salah apa lagi aku? Aku tidak dapat mengerti jalan pemikiran lelaki ini.
"Mas itu semua konsekuensi atas apa yang sudah kamu lakukan terhadapku. Dan sampai kapanpun aku tidak akan tinggal seatap dengan kalian!" Jelas Ku.
"Kalau begitu kamu ganti rugi atas biaya men-takedown berita itu, dan juga biaya pengobatan Wina yang tertekan karena video itu!"
Astagfirullah, tega sekali Mas Heru memerasku seperti ini. Ini semua juga karena dia yang membuat keadaan menjadi seperti ini. Seharusnya dia bisa berpikir, bukan mengikuti hawa n*afs*unya saja.
"Tidak Mas! Aku tidak akan mengganti apa pun! Kamu sendiri yang mengambil keputusan itu, kenapa aku yang kamu salahkan. Apa kurang cukup aku kamu siksa dengan melukai hatiku?! Dimana dirimu yang katanya mencintai dan menyayangiku, Mas?!"
"Kamu sendiri yang memilih untuk tidak di cintai dan di sayang Indah."
"Kapan aku begitu, Mas?"
"Buktinya kamu menolak ku ajak tinggal bersama."
"Ya Tuhan. Mas, berulang kali sudah aku katakan, aku tidak ingin di madu! Sebaiknya kita sudahi pembicaraan ini. Aku sudah mengurusi proses perceraian kita. Jadi, kamu tidak usah membahas lagi soal tinggal bersama."
"Kalau begitu, bayar hutangmu!" Perintah Mas Heru bersikekeh.
"Hutang apa Mas?"
"Hutang ganti rugi!"
"Dasar gila!" Umpatku lirih.
Aku tidak ingin lagi meneruskan pembicaraan tak berguna ini. Dan langsung berjalan meninggalkan Mas Heru.
"Tidak bisa begitu! Kau harus membayar ganti rugi!" Perintah Mas Heru sambil mengikuti langkah ku di belakang.
"Indah, berhenti! Turuti perintah ku, aku masih suamimu!" Mas Heru terus saja mendesakku.
Aku memutar bola mata jengah. Selalu kata-kata andalan itu yang digunakan Mas Heru untuk menekanku.
"Kita selesaikan jalur hukum Mas. Tuntut aku kalau memang aku merugikan kamu! Dan aku pun akan menuntut hak ku selama ini." Kataku dengan geram.
Emosiku sudah di ambang batas menghadapi Mas Heru. Apalagi kami mulai di perhatikan orang sekitar yang mungkin mengenal Mas Heru dari video itu.
Tanpa sengaja ada beberapa orang yang sepertinya sedang memvideokan kami tanpa Mas Heru sadari.
"Apa yang ingin kamu tuntut Indah?! Tidak ada yang ku ambil darimu. Jangan bertindak yang tidak perlu!"
Memang Mas Heru tidak tahu malu. Keegoisannya sudah menutupi semua akal sehatnya. Ia lupa selama ini ia tidak pernah menafkahi aku secara materi. Bahkan rumah yang ia ubah atas namanya adalah miliku.
Kalau Mas Heru adalah kodok, mungkin sudah ku gilas saat ini dengan menggunakan buldozer. Kesal setengah mati rasanya dengan darah yang hampir keluar dari pori-pori ubun-ubun ku.
"Satu kata yang terlambat aku sadari saat ini adalah menyesal. Aku menyesal menikah dengan orang tamak, yang tidak tahu malu yang dan tidak tahu bersyukur." Kataku menatap Mas Heru dengan rasa benci yang membuncah di dada.
"Ayo Ra!" Kataku lagi mengajak Rara untuk segera pergi meninggalkan lelaki yang sungguh miris pernah aku cintai begitu dalamnya.
Sungguh akhir cinta butaku berakhir dengan kebencian yang menggunung oleh sikap Mas Heru.
"Indah, berhenti Indah!"
Aku tidak peduli Mas Heru terus berteriak memanggil namaku. Sudah cukup kewarasan ini hampir hilang menghadapi setiap perkataan Mas Heru.
"Indah! Aarrgghh!!" Teriak Mas Heru menahan kesalnya.
Aku tidak peduli. Kaki ku terus melangkah menuju parkiran, kemudian duduk dengan manis di jok belakang motor Rara yang siap melaju meninggalkan Mas Heru yang mulai sadar telah ditonton oleh banyak pasang mata.
Aku pernah di perdaya oleh mu, Mas. Tapi kini aku tidak ingin mengulang kebodohan yang sama. Bertopengkan cinta dan kasih sayang serta perhatian yang kamu berikan, tapi kamu menusukku dari dalam dan dari belakang. Sungguh berbakat dirimu.
Bersambung...
Note : jangan lupa untuk selalu like dan komen setiap bab ya, karena jejak kalian sangat berharga bagi Author. Terima kasih 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sulfia Nuriawati
jgn trus²an ks heru psnggung thor kpn d bejeknya lama² tendi ak mlonjak karna gregetan jg keseeeel
2023-10-22
3
Ariez Setiawan
goblok amat jd perampuan..gk bs gercep..tggl lapor polisi trus ajukan gugatan ke pengadilan agama..masalah mertua tggl kl ktmu hajar aja..ibuk2 gk tau diri itu. jd wanita hrs kuat
2023-10-19
1
Mamay Welly
suami tidak bersyukur dan tak tau diri..ingat hukum karma ttp berlaku winaaa..semangat thor
2023-09-19
1