Bab 17

Airin langsung berlari dan membuka kamar melihat apa yang sedang terjadi.

"Ada apa Mil?" tanya Airin dengan raut wajah panik.

"Ini Ringga mengompol, ah jadi basah semua nih bajuku, kamu lupa ya pakaikan popok?" ujar Milea, lalu memindahkan Ringga ke karpet dan menarik sprei hingga terlepas dari springbed.

"Ah iya maaf aku lupa Mil," sahut Airin lalu segera melepas baju anaknya dan menggantinya dengan yang bersih. Suara tangisan bayi pun menggema di dalam kamar, Airin segera menenangkan putranya, sedang Milea pergi mandi karena sudah tidak tahan dengan bau ompol Ringga.

Setelah tangisan anaknya berhenti, Airin lekas mempersiapkan barang dagangannya sebelum adzan subuh terdengar. Airin membungkus sayur yang dari pukul 1 pagi di masaknya, lalu memotong lontong hingga beberapa bagian dan ditata di dalam styrofoam. Setelah Milea keluar dari kamar mandi, giliran Airin mandi dan segera sholat subuh.

Beberapa doa dipanjatkan Airin pagi ini, salah satunya agar dagangannya laku sehingga memiliki uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.

"Mil, aku berangkat jualan dulu. Terimakasih sudah mau menjaga anakku. Aku pamit dulu, assalamualaikum," ucap Airin, sambil membawa tas anyam di sisi tangan kanan kirinya.

"Iya Rin, semoga laku. " balas Milea, sambil menggendong Ringga dipangkunya.

Perlahan langkah Airin menuruni tangga, sambil mulutnya tak berhenti mengucapkan doa, perasaan berdebar dan juga canggung terasa. Setelah keluar dari pagar, Airin menarik nafas dan dikempiskan berulang kali hingga lega. Beberapa orang sudah lalu lalang untuk pergi ke pasar, Airin memasang wajah senyum.

"Lontong sayur, lontong sayur, masih hangat," suara Airin mengiringi langkahnya hingga sampai ke jalan raya. Awalnya perlahan, kemudian semakin keras. Sesekali berhenti sambil berteriak menjual dagangannya, lalu saat masih sepi Airin mencoba berjalan lagi memutari pasar sambil terus menawari lontong sayurnya kepada beberapa orang yang lalu lalang berbelanja di pasar.

"Berapaan neng?" tanya pria paruh baya duduk di becak. Airin menoleh dan tersenyum.

"Sepuluh ribu, mang," jawab Airin sambil mengeluarkan satu styrofoam dari tas.

"Lah, adanya tujuh ribu saja neng di kantong," sahut Pria itu.

"Ya sudah nggak apa-apa, mang." Balas Airin lalu memberikan makanan itu pada Amang becak dan meraih uang tujuh ribu. Airin tersenyum dengan kebahagiaan kecil ini.

'Alhamdulillah,' batin Airin lalu melipat uang itu dimasukkan dalam kantong plastik.

Airin berkeliling lagi menjajakan lontong sayurnya sampai masuk ke gang dan gang lainnya, karena saat di pasar ternyata banyak orang yang lebih suka menikmati bubur ayam di pagi hari daripada lontong sayur.

'Baru laku tiga, Ya Allah mudahkanlah,' batin Airin melangkah, menyusuri jalan. Untuk bisa bernafas lega setidaknya Airin harus menjual 12, agar memiliki sedikit keuntungan.

Matahari mulai terbit dan perlahan awan sudah putih terang. Airin duduk bersandar di depan teras toko baju yang masih tutup. Mulutnya belum berhenti berteriak menawarkan dagangannya. Beberapa orang lewat hanya karena penasaran, setelah tahu dengan apa yang Airin jual, semuanya berpaling dan bilang tidak.

Airin mulai sedikit lelah, suaranya hampir hilang sudah 3 jam berteriak 'lontong sayur'. Melihat pemilik toko baju sudah tiba, Airin menyingkir dan berniat pulang ke kos. Hanya 7 saja yang laku, masih sisa 13 styrofoam yang berisi lontong dan sayur.

Petugas kebersihan pasar juga sudah ramai berada di depan pasar, meminta para penjual pinggiran untuk segera pergi. Melewati toko sepatu yang pernah menjadi tempat kerjanya, ada kerinduan untuk bekerja lagi di toko. Namun, dengan situasinya sebagai Ibu saat ini sangat kesulitan. Jika ingin menitipkan Ringga, Airin sama saja kerja rodi di toko. Karena gaji di toko tidak seberapa.

Airin menaiki tangga menuju kamar kos dengan lesu, lalu duduk di depan kamar sejenak menenangkan diri sebelum membuka pintu kamar.

"Lho kamu udah pulang?" tanya Milea, saat membuka pintu.

Airin menatap Milea dan perasaan sedih mulai timbul. Airin merasa hanya merepotkan Milea yang terlalu baik kepadanya.

'Apa aku pulang saja dan meminta pengampunan pada Ayah,' batin Airin keras, saat menatap Ringga di pelukan Milea.

"Bagaimana, laku?" tanya Milea mendekat dan duduk disamping Airin.

"Sedikit Mil, bagaimana ini? Untuk modal balik pun tidak ada," sahut Airin.

"Ya sudah mau bagaimana lagi, nanti sisanya aku bawa, aku tawaran ke toko-toko belakang saat berangkat kerja," ujar Milea tersenyum.

Airin merasa haru dengan ucapan Milea, lalu mengambil alih Ringga dalam pangkuan Milea agar Milea bisa bersiap berangkat kerja.

Setelah Milea berganti pakaian, Milea menyusun dagangan Airin dalam satu tas agar tidak terlalu banyak membawa barang. Airin membantu Milea bersiap.

"Mil, maafkan aku. Selama satu tahun kita berteman hanya kesusahan saja yang aku bagi denganmu," ucap lirih Airin, lalu menangis.

"Sudah tidak apa-apa. Kelak jika bahagia jangan lupakan aku." balas Milea dengan senyum, lalu bangkit dan membawa tas yang berisi dagangan menuruni tangga. Airin hanya mampu berdoa di dalam kamar kos, berharap keajaiban datang dan dagangan yang dibawa Milea laku, setidaknya dia tidak rugi.

Seharian Airin di kamar kos, menjaga Ringga, membersihkan kamar kos dan juga mencuci baju Milea. Setidaknya hanya ini yang bisa Airin lakukan untuk membalas kebaikan Milea padanya.

***

Malam mulai tiba, ada perasaan sedikit tenang ketika Milea bilang dagangannya laku 5, sisanya dibagi kepada amang becak yang berbaris di depan pasar karena takut jika terlalu lama sayurnya akan bau dan mubazir, Airin meng 'iya' kan ucapan Milea, setidaknya ada tambahan uang dan tidak terlalu rugi.

Airin pun berpikir kembali untuk meneruskan jualan lontong sayur, karena sepertinya kurang banyak diminati. Airin membuka sosial media dan mencari tahu makanan yang sedang digemari dan disukai orang jaman sekarang.

Beberapa jenis kue basah pun menjadi sorotan Airin dan mulai mencatatnya satu persatu di kertas untuk bahan pertimbangan mana yang akan Airin buat.

"Selamat malam Ibu Airin," ucap seseorang yang berdiri tepat di depan Airin yang sedang fokus mencatat. Airin mendongak dan tersenyum melihat candaan Melia memperagakan suara berat laki-laki yang sempat membuat Airin terkejut.

"Ini uang Bu Airin," imbuh Milea, menyodorkan uang ke arah Airin. Airin meraihnya dengan mata yang berbinar.

"Ringga sudah bobok?" tanya Milea, sambil menoleh ke arah kamar.

"Iya, makasih ya Mil, bagaimana rasanya Mil masakanku?" tanya Airin meminta koreksi dari Milea tentang masakannya.

"Lumayanlah," jawab Milea.

Airin menoleh dan cemberut dengan jawaban yang tidak jelas.

"Untuk harga segitu lumayan Rin, kamu besok jualan lagi?" tanya Milea lalu duduk di samping Airin.

"Tidak, aku ingin jualan yang lain saja," jawab Airin sambil menunjukkan catatannya kepada Milea.

"Hah, sebanyak ini," ucap Milea terkejut melihat deretan nama-nama kue.

"Tidak hanya tiga jenis saja yang aku pilih," sahut Airin.

Tek …, tek …, tek …. Suara langkah berhenti Airin dan Milea menoleh. Dan raut muka keduanya berubah panik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!